Mohon tunggu...
titik garis
titik garis Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenaikan BBM seperti Minum Pil Pahit yang Menyehatkan? Masa Sih...

20 November 2014   04:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak yang bilang kenaikan BBM seperti minum pil pahit yang menyehatkan paling kerasa beratnya 3 sampai 6 bulan kedepan, setelah itu daya beli kembali normal inflasi ga kerasa lagi

Yaelah...

Kenaikan BBM bukan pil pahit yang menyehatkan, cuma pil penghilang rasa sakit sementara tidak menyembuhkan, Bentar lagi setelah daya beli normal trus APBN jebol lagi paling masyarakat di suruh tegak lagi tuh pil pahit, (pusing dikit) atau kalo defisit anggaran lagi tinggal cekokoin sama pil pahit.., hehe mau sampai kapan??

Selama masalahnya ga di selesaikan yah solusinya rakyat di suruh minum pil pahit terus,

Gini..., Subsidi BBM itu di alihkan karena APBN tidak cukup untuk di bagi dengan anggaran kesehatan, pendidikan dan pembangunan.

Kenapa APBN tidak cukup?... Ya karena pendapatannya sedikit

Loh ko bisa sedikit? Katanya negara kita kaya?.... Nah itu, Yang menjadi sumber sumber pendapatan negara di rampok,, Sumber sumber penghasilan yang seharunya jadi Devisa kita bocor bocor bocor. Sebelum menjadi APBN sudah lenyap nguap tu duit duit,

Kalau gitu daripada bela mati matian kebijakan pemerintah dengan pil pahitnya dan menghibur diri dengan teori teori yang ngejelimet. Mending desak pemerintah untuk kerja kerja kerja selamatkan uang negara agar menjadi Devisa agar masuk ke kas negara, Kata buya hamka, kalau kerja sekedar kerja, kera juga bekerja... Iya kerjanya ngambilin kelapa dari pohon untuk majikan 

Bayangin deh kalau Devisa dan APBN kita berlimpah, Mau bikin apa aja bisa, bukan cuma subsidi BBM, Mau bangun Infrastruktur pun Duitnya ada. Jadi kata gemah ripah loh jinawi bisa jadi kenyataan bukan cuma mitosssss

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun