Mohon tunggu...
Titi Warsiti
Titi Warsiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang yang simple, ceria dan senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Norma, Etika dan Sopan Santun Terabaikan, Klinik Kami Jadi Ajang Perkelahian

21 Oktober 2011   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:41 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_138474" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi Perkelahian, from news.okezone.com"][/caption] Sesungguhnya kejadian ini tidak perlu terjadi, apalagi harus terjadi di klinik kami tempat semua pasien berobat dan meminta dokter untuk membantu kesembuhan. Tapi kemarin klinik kami menjadi ajang perkelahian dengan adanya selisih paham antar keluarga pasien, yang seharusnya klinik kami menjadi tempat berobat, tapi berubah menjadi tempat yang membuat orang menjadi sakit, baik sakit hati atau sakit fisik akibat perkelahian itu. Seperti biasa klinik kami melayani semua pasien dengan baik, memperlakukan semua pasien secara adil tidak membedakan satu sama lainnya, tapi karena ada ulah salah satu pasien yang telah mengabaikan norma, etika dan sopan santun, maka terjadilah kesalah pahaman itu. Diruang tunggu sudah ada beberapa pasien yang sedang menunggu giliran di klinik kami dan dokter kami-pun memberikan pelayanan seperti biasa, tapi kebetulan saat itu sedang hujan sangat deras sekali, lalu tiba-tiba datanglah seorang pemuda dengan basah kuyup masuk ke klinik kami dan segera menemui saya selaku pertugas jaga di bagian pendaftaran, lalu dengan serta merta pemuda ini berkata, "Mbak..., dokternya disuruh ke rumah!" Saya yang saat itu sedang melayani pasien, menjawab,"baik pak ditunggu sebentar ya..." Pemuda itu berkata lagi sambil sedikit membentak,"Eh! Mbak ini bagaimana sih..., tahu nggak saya minta dokternya ke rumah, keluarga saya sedang sakit!!!" Dengan sedikit gugup dan terbata-bata saya mencoba melayani dengan tetap sabar, "Maaf ya pak, nanti saya sampaikan pesan bapak ke dokter, karena dokter sedang memeriksa pasien", jawab saya. Malah pemuda ini makin tidak sopan dan tidak tahu diri, sambil mengebrak meja pendaftaran, dia berkata "Cepat!!! Kamu bilang sama dokter, pasiennya gawat!. Spontan saja penunggu pasien yang lain yang melihat kelakuan pemuda ini mencoba membantu saya yang mulai merasa terdesak dan ketakutan. Seorang bapak berdiri dan membantu menjelaskan, "Maaf ya pak sabar sedikit, dokternya sedang memeriksa pasien di ruang periksa, jadi jangan marah-marah sama suster", jelas bapak itu, Pemuda itu menjawab,"Eh Apa urusan kamu, duduk saja disitu, ini urusan saya sama suster!!!", bentak pemuda itu kepada bapak yang membantu saya. Tapi bapak yang membantu saya mencoba menjelaskan maksud baiknya itu dengan nada yang masih terlihat sabar, tapi pemuda ini malah makin marah hingga memukul bapak ini sampai jatuh. Lalu penunggu pasien lainnya yang melihat pemuda ini makin tidak sopan langsung mengambil tindakan membela bapak yang tidak salah itu, dengan memegang agar tidak memukul lagi, tapi pemuga ini makin emosi, sambil mengangkat kursi akan memukul penunggu pasien yang membela bapak itu, terjadilah keributan dan perkelahian hingga berdarah-darah pada kedua orang yang berkelahi itu. Lalu karena terdengar begitu ricuh dan rebut, dokter kami-pun keluar dan melihat sudah terjadi apa di ruang tunggu. Lalu segera memanggil satpam klinik untuk mengamankan pemuda yang tidak sopan itu. Setelah diamankan oleh satpam dengan memborgol pemuda itu dan masih berdarah darah karena perkelahian itu, maka pemuda itu di bawa ke ruang satpam. Dan kami langsung menangani bapak yang dipukul oleh pemuda itu dan penunggu lainnya yang juga mengalami luka. Singkat cerita setelah semuanya jelas, maka dokter kami-pun membawa semua persoalan ini ke balai desa dan kepolisian agar dapat diselesaikan secara baik. Dengan keadaan diborgol pemuda itu dibawa ke balai desa dan di periksa oleh polisi juga aparat desa, namun tetap saja mengelak dan merasa benar, lalu dokter dan saya serta saksi-saksi lain dipanggil guna memberikan keterangan dan kesaksian tentang kejadian yang sesungguhnya. Tapi pemuda itu tetap saja mengelak dan tidak mau mengakui semua perbuatannya yang tidak sopan itu, malah menuduh bapak dan penunggu lainnya itu yang melakukan pemukulan pada dirinya (sungguh keterlaluan sudah salah menfitnah pula, Ugh....!!!) Lalu dokter kami berbicara kepada pihak polisi dan aparat desa, dan meminta pihak balai desa menyiapkan laptop, lalu dokter kembali ke klinik. Beberapa saat dokter kembali lagi dengan membawa removal hard-disk yang berisi rekaman CCTV di ruang tunggu klinik kami. Nah! Mati kutu deh pemuda itu, setelah diputar rekaman CCTV di laptop pak Lurah, maka semua kejadian dari awal hingga terjadinya perkelahian berdarah itu terungkap semua. Secara otomatis salah satu aparat desa langsung menempeleng pemuda itu karena ikut jengkel dengan semua kelakuannya itu. Lalu atas permintaan dokter untuk ditindak-lanjuti sesuai prosedur hukum yang berlaku, maka pihak kepolisian segera membuat berita acara pidana (BAP) atas perkara itu, dan bapak serta penunggu pasien lainnya yang menjadi korban kebrutalan pemuda itu ikut diperiksa. Nah setelah diamati oleh dokter kami dan pasien keluarga pemuda nekat itu didatangi rumahnya, ternyata bukan sakit parah atau kasus gawat seperti yang katakan pemuda itu di klinik, ternyata hanya menderita darah tinggi dan kepalanya sangat pusing, sehingga meminta pemuda itu memanggil dokter, karena saat itu sedang hujan deras dan malas untuk keluar rumah dan datang ke klinik kami. Owh...owh...owh, ada ya kelakuan aneh seperti itu, sudah alasan pemanggilan dokter ke rumahnya tidak tepat (hanya karena malas akibat sedang hujan), cara meminta bantuan kepada dokter tidak sopan, mau jadi apa keluarga pasien seperti ini, seolah-olah dunia ini milik dia dan kami semua ini dianggap budak olehnya, ck...ck...ck... sungguh aneh sekali. Untung dokter kami bukan orang sembarangan yang bisa dibodohi oleh pemuda itu yang selalu merasa benar dan mau menang sendiri, dengan kecanggihan teknologi CCTV, maka KO-lah dia, biar kapok deh!, he...he... Salam Kaget, Titi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun