Mohon tunggu...
Ratu Hemas Titalya
Ratu Hemas Titalya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ngomong Tapi Gak Nyambung: Kenapa sih Kita Sering Salah Paham sama Teman?

16 April 2025   12:50 Diperbarui: 16 April 2025   13:16 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian pernah gak sih ngerasain, "Kok makin lama ngobrol malah makin gak nyambung ya?" atau "Padahal niat aku baik, tapi kenapa dia malah ngambek?". Padahal kalian gak maksud gitu. Kok bisa sih? Kenapa ya kira-kira?

Tenang, kalian gak sendirian yang ngerasain seperti itu. Salah paham itu bukan hal aneh, namun sudah menjadi hal umum yang sering terjadi dalam pertemanan atau hubungan, apalagi anak muda yang hidupnya campur aduk antara real life dan dunia digital. Ternyata, salah paham kayak gini tuh bukan karena kita gak bisa ngomong, tapi karena adanya "gangguan sinyal" dalam komunikasi yang sering banget gak kita sadari. Dan parahnya, ini tuh kejadian tiap hari, tapi masalahnya, gak banyak yang tau apa sih penyebab asli dari kesalahpahaman ini, karena banyak banget aspek komunikasi interpersonal yang jarang dibahas secara dalam.

Di artikel ini, kita bakal kupas kenapa salah paham bisa terjadi, dan kenapa komunikasi antar teman kadang kayak ngobrol pake dua bahasa yang berbeda.

  1. Kita Milih-Milih Apa yang Mau Kita Dengar (Persepsi Selektif)

Kita tuh sering banget nangkep pesan bukan berdasarkan apa yang sebenarnya dikatakan, tetapi berdasarkan apa yang lagi kita rasain.  Contohnya: kamu lagi bad mood, terus temen kamu bilang, "Udah ah, gitu doang." Kamu langsung ngerasa dia ngegas, padahal dia mungkin cuma pengen bikin kamu santai ga kepikiran tentang hal yang sedang dipikirkan. 

Ini gara-gara ada  yang namanya persepsi selektif yang dimana otak kita memilih atau menyaring informasi sesuai apa yang mau kita denger atau emosi kita saat itu.Remaja sering menafsirkan pesan berdasarkan emosi dominan yang mereka rasakan saat komunikasi terjadi, bukan dari makna sebenarnya yang ingin disampaikan (Nizeyimana & Amon, 2021). Atau simpelnya: Kalian denger yang kalian ingin denger, bukan yang sebenarnya dikatakan. 

  1. Pikiran Sendiri Bisa Jadi Gangguan (Noise Psikologis)

Kalian pernah gak, waktu diajak ngobrol tapi otak kalian lagi mikirin tugas, chat yang belum dibales sama crush , atau mikir ini kompor tadi udah mati belum ya? Nah, itu yang bikin kalian gak bener-bener denger.

Yap, itu namanya noise psikologis. Bukan suara bising dari luar, tapi keributan isi kepala kita sendiri yang bikin kita gak fokus waktu dengerin orang. Menurut penelitian oleh Larsen dan Ito (2023), noise psikologis terbukti lebih intens pada kalangan remaja karena tingginya tekanan akademik, sosial, dan eksistensial di masa pertumbuhan mereka.

  1. Menganggap Orang Harus Tahu Tanpa Kita Bilang

Ini dia penyakit komunikasi paling sering kejadian, kalian nganggep temen kalian udah tau apa yang kalian maksud tanpa kalian pernah ngomongin. Kalian berpikir temen kalian bakal "ngeh sendiri." Padahal, temen kamu juga manusia bukan cenayang. Misalnya kamu lagi bad mood, terus kamu diem aja. Kamu ngerasa temen kalian harusnya peka. Tapi dia malah cuek, dan kamu tambah kesel. Padahal? Dia gak tau apa-apa karena kamu juga gak ngomong apa-apa. 

Ini namanya asumsi diam-diam, alias kamu berharap orang lain ngerti isi kepalamu padahal kamu gak pernah ngomong langsung. Studi oleh Kim & Kim (2022) menyebutkan bahwa kegagalan komunikasi interpersonal pada remaja sering disebabkan oleh implied expectations atau ekspektasi tersirat yang gak pernah dikomunikasikan secara langsung. Gimana orang mau ngerti...? Gak semua orang bisa baca pikiran kalian . Kalo kamu gak ngomong, ya jangan heran kalo mereka gak ngerti. 

  1. Salah Tangkap Lewat Chat

Zaman sekarang, komunikasi itu 80% lewat teks, baik itu WhatsApp, DM, Discord, atau lainnya. Masalahnya, teks itu miskin sinyal emosional. Gak ada nada suara, ekspresi wajah, gestur, dan intonasi terkait semua yang biasanya bantu orang ngerti maksud kita. Contohnya: Kamu ngetik "Iya." Temen kamu ngerasa kamu ngambek gara-gara ketikannya singkat. Padahal kamu cuma buru-buru waktu bales chat.

Menurut riset oleh Zhang et al. (2020), remaja yang terlalu mengandalkan  komunikasi teks cenderung memiliki konflik interpersonal yang lebih tinggi karena kurangnya kejelasan emosional. Komunikasi digital punya risiko tinggi buat emotional misunderstanding, terutama di kalangan Gen Z yang sering chatting tanpa konteks tambahan kayak emoji, stiker, atau voice note. 

Nah solusinya yaitu tambahin emoji, VN, atau bahkan ajak ketemu langsung kalo topiknya sensitif. Jangan biarin teks doang jadi satu-satunya cara nyampein maksudmu.

  1. Perbedaan Latar Belakang & Cara Pikir yang Beda

Kadang kalian udah ngomong jelas, tapi tetep gak nyambung. Bisa jadi karena cara berpikir kalian sama temen kamu beda jauh. Misalnya, kamu anaknya spontan, dia perfeksionis. Kamu suka bercanda, dia sensitif. Nah, nilai dan pola komunikasi kalian gak sama, jadi harus cari "frekuensi tengahnya."

Komunikasi interpersonal bukan cuma soal ngomong, tapi soal menyesuaikan gaya komunikasi biar bisa saling ngerti. 

Tips Biar Gak Gagal Paham Terus Sama Temen

  • Cek mood sebelum ngobrol. Kalau lagi emosian, tunda dulu ngobrol pentingnya,

  • Dengerin beneran, bukan sekadar nunggu giliran ngomong,

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun