Mohon tunggu...
TIO LITA TARIGAN
TIO LITA TARIGAN Mohon Tunggu... Sekretaris - tio lita dora br tarigan

perubahan datang dari sebuah pena dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Merawat Kebhinnekaan Melalui Moderasi Beragama

14 Agustus 2020   16:20 Diperbarui: 14 Agustus 2020   17:09 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah negara dengan masyarkat yang majemuk, kendati demikian diikat dengan semoyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan ini menjadi pemersatu ditengah kemajemukan yang ada. Perbedaan itu terutama dalam hal suku, ras, dan agama. Keberagaman sejatinya adalah kekayaan yang harus dimanfaatkan dengan baik. Karena jika keberagaman itu disalah artikan, ia akan berpotensi menjadi sumber perpecahan atau disintegrasi bangsa.

Sebagaimana Sila ke-3 dari Pancasila mengatakan " Persatuan Indonesia". Sebuah semangat persatuan yang diutarakan para pendiri bangsa yang kemudian dijadikan salah satu poin pada dasar negara Indonesia. Bhineka Tunggal Ika harusnya dimaknai bersama dengan menerapkan sikap saling menghargai dan toleransi.

Hal yang paling rawan menimbulkan perpecahan adalah adanya perbedaan, khususnya perbedaan keyakinan (agama). Meskipun Indonesia memberikan kebebasan setiap warganegaranya untuk memeluk agama, tetapi tidak ada jaminan pasti bahwa antar ummat beragama diIndonesia itu saling menghargai. Karena sikap saling toleran itu diawali dari individu masing-masing. Karena itupula dibutuhkan kesadaran tentang persatuan bangsa, persatuan sesama warganegara Indonesia.

Sikap saling menhargai sesama pemeluk agama dinamakan dengan moderasi beragama, artinya walaupun berbeda agama, kita harus tetap saling menghargai sesame warganegara. Menteri Agama  RI Fachrul Razi mengatakan : "moderasi beragama penting untuk terus dikembangkan masyarakat untuk membangun kebhinekaan yang ada di Indonesia". Facrul menilai moderasi penting untuk terus dikembangkan karena jika tidak bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Karena, pada dasarnya moderasi beragama adalah kukuh pada ajaran masing-masing tapi tetap penuh toleransi.

Moderasi beragama adalah sebuah warisan leluhur yang mengajarkan kita untuk saling memahami satu sama lain yang berbeda dengan kita. Seruan untuk selalu menggaungkan moderasi, mengambil jalan tengah, melalui perkataan dan tindakan bukan hanya menjadi kepedulian para pelayan publik seperti penyuluh agama, atau warga Kementerian agama namun seluruh warga negara Indonesia saja dan seluruh umat manusia, sehingga tidak sampai menimbulkan konfik dimasyarakat.

Namun sayangnya, kebhinnekaan yang menjadi semboyan bangsa itu hanya sebatas kata tanpa makna. Masyarakat kita sangat mudah terpecah, bahkan beberapa diantara mereka menganggap hanya kelompoknyalah yang benar, selain itu adalah salah. Sikap etnosentrisme semacam ini haruslah dihentikan, kesatuan bangsa terancam jika terus dibiarkan. Sikap saling menghargai, dan memahami adalah syarat mutlak bagi setiap individu atau kelompok yang hidup berdampingan dengan kelompok yang memiliki warna kulit dan agama yang berbeda. Mayoritas harus melindungi minoritas dan minoritas harus memahami mayoritas.

 Langkah awal untuk membangkitkan semangat bermoderasi dalam beragma adalah melalui para Penyuluh agama merupakan salah satu jabatan fungsional di Kementerian Agama Republik Indonesia. Penyuluh Agama adalah ujung tombak pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan agama maupun pesan-pesan program pemerintah.

Peran penyuluh agama dalam masyarakat sangat penting karena sebagian masyarakat masih memandang pentingnya sosok ideal sebagai figur atau patron dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu penyuluh agama memiliki potensi untuk didudukkan sebagai figur atau tokoh agama di masyarakat..

Dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, moderasi beragama menjadi sebuah harga mati, karena hanya dengan saling menghargailah kerukunan antar ummat beragama akan terjaga. Dalam bernegara, perbedaan ras, suku, dan agama memang menjadi konsekuensi, apalagi negara yang menganut demokrasi seperi Indonesia. , bentuk moderasi ini bisaberbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Sikap moderasi berupa pengakuan atas keberadaan pihak lain, pemilikan sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat, dan tidak memaksakan kehendak dengan cara kekerasan

Pemerintah, Tokoh masyarakat, dan Penyuluh agama, adalah tiga elemen penting dalam mewujudkan sikap moderasi beragama di Indonesia guna mensosialisasikan, menumbuhkembangkan wawasan moderasi beragama terhadap masyarakat Indonesia untuk terwujudnya keharmonisan dan kedamaian.

Sejarah membuktikan perpecahan antar kerajaan di Nusantara akibat dari politik pecah belah Belanda, pernah membuat masyarkat menderita, dan menjadi sejarah hitam bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun