Mohon tunggu...
Tintus  Gustamal
Tintus Gustamal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa katanya

---

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Sebagai Media Propaganda

21 Juni 2021   03:00 Diperbarui: 21 Juni 2021   06:27 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tahun 1958 tepatnya pada saat penyisihan babak kedua Piala Dunia 1958 zona Asia, Indonesia nyaris saja mendapatkan tempat di putaran final Piala Dunia Swedia 1958 jika tidak ada intervensi terkait konflik Israel – Palestina.

Saat itu Indonesia berada di grup 1 bersama dengan Mesir, Sudan, dan Israel, namun ketiga tim yaitu Mesir, Sudan, dan Indonesia menolak untuk bertanding dengan Israel.

Hal ini jelas sesuai dengan posisi Indonesia pada konflik Israel – Palestina yang jelas menentang tindakan kolonialisme Israel terhadap Palestina.

Selain ketegangan konflik Israel – Palestina yang selalu dapat dipolitisasi di ranah sepak bola, Konflik antar negara pecahan Yugoslavia juga selalu menjadi intrik tersendiri di sepak bola eropa.

Baru – baru ini pada gelaran EURO 2020 tepatnya pada pertandingan di group stage yang mempertemukan antara Austria melawan Makedonia Utara telah terjadi peristiwa yang membuat heboh jagat sepak bola.

Marko Arnautovic seorang penggawa tim nasional Austria yang memiliki ayah seorang Serbia ini melakukan selebrasi setelah mecetak gol pada menit ke-89 dengan meneriakan kalimat “f*** your Albanian mom!” meskipun Arnautovic sendiri tidak mengatakan kepada siapa teriakan ia itu ditujukan tapi nampaknya publik sepak bola sudah tahu bahwa teriakan itu ditujukan kepada Ezgjan Alioski penggawa Makedonia Utara yang merupakan orang Albania.

Perlu diketahui sebelumnya bahwa hubungan antara Serbia dengan Albania selalu dalam tensi yang tinggi dan tidak jarang terjadi konflik antar dua negara tersebut. Perseteruan dua negara ini  bermuara pada perang Kosovo. Kosovo awalnya merupakan daerah otonom Serbia.

Sementara Serbia masuk kedalam salah satu negara federasi Yugoslavia. Serbia pada saat itu di dominasi oleh etnis Serbia, sedangkan penduduk Kosovo mayoritas beretnis Albania. Namun perbedaan etnis tersebut tidak menyurutkan niatan Serbia untuk mengakui Kosovo sebagai bagian dari jajahan Serbia.

Jika menarik mundur ingatan ke tahun 2018 tepatnya pada penyelenggaraan Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Russia aksi kontroversial yang menyangkut konflik Serbia – Albania ini juga pernah terjadi pada saat itu.

Pada laga babak kualifikasi yang mempertemukan Swiss dengan Serbia, dua pemain Swiss yaitu, Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka melakukan selebrasi dengan membuat gestur yang berbau politis.

Usai mencetak gol baik Xhaka maupun Shaqiri melakukan selebrasi dengan membentuk simbol elang berkepala dua dengan tangan di depan dada mereka sambil berlari ke tepian lapangan. Xhaka yang berasal dari etnis Albania harus mengalami kejadian tragis ketika ayahnya harus menjadi tahanan Serbia dan keluarganya dipaksa untuk diaspora Albania di Swiss karena keadaan yang sulit di tanah kelahirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun