Mohon tunggu...
Tinta emas
Tinta emas Mohon Tunggu... JURNALISTIK

Ragam informasi Aktual - Terkini

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konten Melejit, Rakyat Menjerit

27 April 2025   07:24 Diperbarui: 27 April 2025   07:24 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tim lapangan Tinta emas

Dalam beberapa waktu terakhir, media sosial diramaikan dengan berbagai unggahan pejabat negara yang sibuk berjoget, membuat konten hiburan, bahkan mengikuti tren digital dengan gaya yang mengundang tawa. Video-video tersebut tersebar luas, mendapat sorotan, bahkan kadang dipromosikan secara resmi sebagai bagian dari "upaya mendekatkan diri kepada rakyat".

Namun, di sisi lain, potret nyata kehidupan rakyat menunjukkan cerita yang jauh berbeda. Di tengah laju kenaikan harga kebutuhan pokok, sulitnya akses pendidikan, kesehatan yang makin mahal, hingga peluang kerja yang terbatas, rakyat bawah harus berjibaku setiap hari hanya untuk bertahan hidup. Banyak keluarga yang harus mengencangkan ikat pinggang, mencari tambahan penghasilan di tengah beban hidup yang kian berat.

Sementara itu, pejabat yang seharusnya menjadi garda depan penyelesaian masalah justru asyik berjoget ria di media sosial. Tidak sedikit dari konten-konten tersebut menampilkan senyum lebar para pejabat dalam balutan seragam, di tengah latar kantor megah atau fasilitas mewah, seolah tak terhubung dengan realitas keras yang dihadapi masyarakat luas.

Fenomena ini mengundang kritik keras dari berbagai kalangan. Banyak yang mempertanyakan sensitivitas sosial para pejabat tersebut. Di saat rakyat mengeluh soal mahalnya bahan pokok dan terbatasnya lapangan kerja, para pengambil kebijakan justru lebih fokus mengejar popularitas di dunia maya.

"Ini bukan sekadar soal citra, tapi soal empati. Di saat rakyat susah, pejabat seharusnya fokus bekerja, bukan berjoget untuk sensasi," ujar seorang aktivis sosial saat diwawancarai.

Ironisnya, banyak dari konten tersebut bahkan diproduksi dengan biaya besar, menggunakan fasilitas negara yang sumber dananya berasal dari pajak rakyat. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk program-program pemberdayaan, malah habis untuk membiayai kegiatan pencitraan yang jauh dari kebutuhan rakyat.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: untuk siapa sebenarnya negara ini bekerja? Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi rakyat kecil, mulai dari ketidakpastian ekonomi, tingginya biaya hidup, hingga lemahnya perlindungan sosial, rakyat membutuhkan solusi nyata---bukan sekadar tarian dan tawa di layar ponsel mereka.

Konten pemerintah mungkin melejit, trending di berbagai platform. Namun sayangnya, nasib rakyat pun ikut "melejit"---bukan ke arah kesejahteraan, melainkan semakin terjerembab dalam kerasnya perjuangan hidup yang tak kunjung mendapat perhatian serius.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun