Kota Banjarmasin, kota yang dijuluki sebagai "Kota Seribu Sungai" adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki masyarakat dengan latar belakang budaya dan keyakinan yang beragam. Dan sebagai kota yang memiliki berbagai macam budaya, di Banjarmasin sendiri dapat dijumpai berbagai macam bangunan-bangunan zaman dulu yang masih terawatt hingga kini. Mulai dari rumah, museum, dan tempat-tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, hingga kelenteng.
Berbicara soal kelenteng, di kota Banjarmasin terdapat kelenteng yang sudah berdiri selama lebih dari 1 abad lamanya dan kelenteng ini masih terjaga keindahannya. Kelenteng tersebut adalah kelenteng Sen Sen Kung atau Soetji Nurani yang berdiri di tepian sungai Martapura. Kelenteng Soetji Nurani dibangun pada tahun 1898 di jalan Veteran atau yang dikenal dengan nama jalan Pecinaan.
Di kelenteng Soetji Nurani terdapat berbagai barang-barang kuno yang masih terjaga dari awal dibangunnya klenteng seperti patung, guci, tempat sembahyang dan cawan-cawan yang terbuat dari kuningan yang langsung dibawa dari Negara Tiongkok. Tak hanya barang-barang khas etnis Tionghoa, terdapat juga lonceng yang biasa ditemukan di gereja serta bedug yang biasa digunakan oleh umat islam untuk menandakan waktu sholat.
Selain memiliki kelenteng, jalan pecinan juga memiliki sesuatu yang khas yaitu sebagai pusat jual beli aneka satwa liar mulai dari ular, biawak, kura-kura serta berbagai hewan langka lainnya. Selain hewan-hewan di pecinan juga terdapat penjual minyak bulus atau minyak bidawang yang digunakan untuk perawatan kecantikan wanita Banjar zaman dulu.
Penulis: M. Rais Safitri