Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Perjuangan Atlet Bulu Tangkis Mendapatkan Status Kewarganegaraan

18 Januari 2023   14:21 Diperbarui: 18 Januari 2023   14:41 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bulu tangkis adalah permainan India bernama Poona. Sayang permainan itu tidaklah berkembang di negara asalnya.

Hingga kemudian para perwira Inggris membawa permainan tersebut ke Inggris, dan dimainkan pertama kali secara resmi dikediaman Duke of Beaufort.

Selanjutnya pada 1934, didirikanlah IBF (International Badminton Federation). Dan pada 1949 mulai diadakan pertandingan untuk memperebutkan piala dari Sir George Thomas atau yang kini kita kenal sebagai Thomas Cup.

Kemudian pada 1957 mulai diadakan pertandingan untuk memperebutkan piala dari Ny. Betty Uber atau lebih dikenal Uber Cup. Sementara itu, di Indonesia sendiri permainan bulu tangkis baru mulai berkembang pada 5 Mei 1951, yakni ditandai dengan pembentukan PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia).

Bulu tangkis menjadi salah satu permainan sekaligus cabang olahraga yang populer di Tanah Air. Bahkan bulu tangkis merupakan olahraga andalan karena berhasil melahirkan tujuh medali emas sejak dipertandingkan pada Olimpiade 1992.

Kesuksesan besar dunia bulutangkis di Indonesia sejak awal tidak bisa dilepaskan dari peran para atlet dan pelatih keturunan Tionghoa. Misalnya saja di Thomas Cup pada 1957, yang menampilkan laga perdana tim bulu tangkis Indonesia di kompetisi luar negeri.

Dimana tim Indonesia diperkuat dua tunggal putra andalan, yakni Tan Joe Hok dan Ferry Sonneville.  Ada pula pemain andalan lain, seperti Lie Poo Djian, Njoo Kiem Bie, Eddy Joesoef, Tan King Gwan, dan Olich Solichin.

Ketujuh pemain itu merupakan para pendekar bulu tangkis era 1950-an. Saking hebatnya mereka dijuluki 'The Magnificent Seven'.

Selain para legenda tadi, hingga kini ada begitu banyak etnis Tionghoa yang berkecimpung di ranah olahraga bulu tangkis. Bukan hanya sekadar demi eksistensi, generasi Tionghoa selanjutnya terus membuktikan kemampuannya lewat rentetan prestasi di dunia bulu tangkis.

Misalnya saja medali emas perdana yang ditelurkan oleh Alan Budikusuma dan Susi Susanti di Olimpiade Barcelona 1992. Adapula pebulutangkis etnis Tionghoa, Liliyana Natsir yang berpasangan dengan Tontowi Ahmad, berhasil merebut gelar Juara Dunia 2013 di Guangzhao, China.

Kisah mereka di lapangan memang begitu mengesankan dan mengharumkan nama Indonesia. Namun sayangnya, terkadang ada saja kisah pilu yang dialami pemain bulu tangkis terkait latar belakang keturunan Tionghoanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun