Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 Hal yang Dilupakan Amien Rais dari Evo Morales

27 Juli 2018   15:19 Diperbarui: 27 Juli 2018   15:47 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Evo Morales dan Soekarno di antara Joko Widodo dan Amien Rais [diolah dari beragam sumber]

Hebatnya politik Indonesia adalah pernyataan-pernyataan para politisinya sangat dialektis, pada sedetik lalu bisa mengatakan A buruk, dan detik ini menyarakan A sebagai yang terbaik; yang menyanjung B tetapi juga menyerukan kebencian terhadapnya.

Orang-orang muda yang waras coba menebak. "Gara-gara tak punya ideologi," kata seseorang. "Justru karena ideologinya serupa saja, kanan yang oportunis," kata yang lain. "Mungkin karena kekuasaan yang dikejar sebagai tujuan, untuk kepentingan perut sendiri," timpal yang seorang lagi.

Entahlah, mana yang benar. Tetapi tak terbantahkan, karakter elit politik di Indonesia memang unik. Sepertinya pepatah bak air di daun talas memang diciptakan untuk para  politicker Indonesia masa kini.

Pekan ini Pak SBY yang selama masa pemerintahannya terkenal berhaluan ekonomi neoliberal tiba-tiba bicara anti-kapitalisme sebagai salah satu platform koalisi pilpresnya bersama Pak Prabowo. Hampir bersamaan, muncul lagi contoh serupa dari Pak Amien Rais.

Di Gedung DPR, 26 Juli 2018 lalu, Pak Amien Rais menyarankan Presiden Joko Widodo meniru langkah Presiden Bolivia Evo Morales dalam mewujudkan kedaulatan ekonomi bangsa, terutama kebijakan nasionalisasi perusahaan asing dan renegosiasi kontrak kerjasama pertambangan agar lebih menguntungkan negara dan bangsa (Detik.com, 26/07/2018).

Evo Morales, salah satu presiden berhaluan kiri di Amerika Latin itu memang menempuh langkah serupa Hugo Chavez, lebih radikal dari sejumlah pemimpin kiri Latin lain dalam dua dekade terakhir, seperti Lula Da Silva (Brazil), Rafael Corea (Ekuador), Daniel Ortega (Nikaragua), Michelle Bachelet (Chile), Fernando Lugo (Paraguai), Nestor Kirchner (Argentina), atau Tabarez Vazquez (Uruguai).

Jika hendak dibuat peta strategi dan kebijakan yang tidak mengikuti pakem peta pemikiran kiri masa lampau, mungkin tepat jika pemerintahan sosialis di Amerika Latin itu dikelompokkan atas dua haluan utama (tidak termasuk Kuba), yaitu Chavizme (yang mengikuti jalan Chavez) dan Lulisme (yang lebih kompromis, mengikuti Lula Da Silva). Evo Morales berhaluan Chavizme.

Salah satu karakter pemerintahan sosialis berhaluan Chavizme adalah kebijakan nasionalisasi industri pertambangan (termasuk energi), mulai dari bentuk halusnya berupa divestasi  saham perusahaan asing kepada negara hingga pengambilalihan paksa jika perusahaan asing menolak renegosiasi.

Rakyat dan pemerintah Amerika Latin sadar, kemiskinan di kawasan itu disebabkan oleh cengkraman panjang penjajahan dan eksploitasi ekonomi neoliberal yang menguntungkan negara-negara kaya, terutama Amerika Serikat, tetangga mereka di Utara.

Rakyat tidak akan bisa sejahtera jika ekonomi masih berhaluan neoliberal. Maka banting setir haluan ekonomi adalah satu-satunya langkah menuju ekonomi yang mandiri, politik yang berdaulat, dan bangsa yang berkepribadian dalam kebudayaan. Salah satu wujud banting setir itu adalah nasionalisasi industri strategis, terutama pertambangan dan energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun