Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Paskah dari Saribudolok

18 April 2022   10:56 Diperbarui: 18 April 2022   11:40 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Paskah untuk teman-teman semua...

Bagaimana situasi perayaan paskah kalian tahun ini ? Saya berharap semua kita mengalami suka cita paskah dan berharap juga bahwa kita mampu bangkit dari segala hal-hal yang membuat kita terkungkung dalam penderitaan atau hal-hal yang memenjarakan kita selama ini. Rantai dosa telah diputuskan, maut juga sudah dikalahkan. Bangkitlah..bangunlah..!!

Perayaan paskah adalah momen yang saya tunggu-tunggu setia tahun. Selain perayaannya yang meriah ,saya rindu untuk melayani di stasi-stasi kecil. Jadi, untuk tahun ini saya merayakan semarak paskah di kabupaten simalungun, kecamatan silima kuta tepatnya di Saribu Dolok, Huta tinggir dan Purba Tua.

Pada hari minggu pagi sekitar pukul 05.00 wib saya bersama teman-teman berangkat dari Medan menuju Saribu Dolok. Kami berangkat subuh karena di stasi Purba Tua akan diadakan misa pukul 09.00 wib. Perjalanan pagi hari itu sungguh menggembirakan bagi saya, cuaca yang dingin tidak menghalangi saya untuk menikmati perjalanan itu. 

Satu hal yang membuat saya bahagia dalam perjalanan itu adalah bahwa dibeberapa titik kami menemukan banyak orang yang longmarch dengan obor. Barangkali mereka adalah umat nasrani lainnya yang sedang melakukan ritual keagamaan mereka pada hari raya paskah yakni mengunjungi kubur sebagaimana Maria Magdalena pergi mengunjungi kubur sewaktu subuh. 

Menyaksikan rombongan-rombongan itu hati saya tertegun. Dalam hati saya berkata " Luar biasa, semarak paskah ternyata menggema hingga kepelosok sekalipun". Dengan rasa bangga kami pun memberi salam kepada mereka seraya menyampaikan selamat paskah kami.

Sekitar Pukul 08.30 wib kami tiba di stasi yang pertama yakni stasi Purba Tua. Seibanya disana anak-anak sekolah minggu telah menanti kehadiran kami,anak-anak sekolah minggu ada sekitar 120 orang. Keceriaan mereka menyambut kami nampak dari raut wajah mereka yang senyam senyum tiap kali melihat kami. 

Saat itu juga kami menyapa mereka sebagaiman biasanya kemudian ibadat singkat bersama dengan mereka. Mereka yang cukup antusias mendengarkan cerita paskah yang kami bawakan membuat diri ini untuk menggebu-gebu bercrita kepada mereka, bukan hanya itu aja semangat mereka untuk bernyanyi dua kali lipat dari biasanya. 

Nah, setelah ibadat sekolah minggu selesai dilanjutkan dengan kegiatan yang lain seperti mencari telur, dan permainan lainnya sementar kami bersama umat yang lain melanjutkan perayaan ekaristi sebagaimana telah terjadwal.

Perayaan ekaristi yang meriah membuat seluruh umat bersuka cita.  Pada kesempatan itu juga saya ikut ambil bagian dalam perayaan itu yakni sebagai pemazmur. Stasi ini memang menggunakan bahasa simalungun yang bagi saya layaknya bahasa asing begitu. Tapi saya tidak menutup diri terhadap hal itu, saya mencoba untuk berlatih dua sampai tiga kali hingga akhirnya saya bisa tampil maksimal versi kampung. Hahahaha.

Lagu-lagu yang digunakan hingga ritus perayaan berbahasa simalungun. Bahasa ini cukup mudah untuk dipelajari karena mirip dengan bahasa batak toba yakni bahasa kebanggaan saya. Hehehehe. Syukur saja saya pernah tinggal didaerah simalungun meski dalam kurun waktu yang singkat. 

Pengalaman inilah yang membantu saya sehingga saya bisa care dan wellcome kepada seluruh umat. Dan pada saat itulah saya merasa ternyata saya bisa berbahasa simalungun. Kemampuan ini adalah salah satu karunia dari perayaan paskah tahun 2022.

Perayaan ekaristi di stasi purba tua berakhir pukul 10.15 wib sementar kami harus merayakan ekarsti yang kedua di stasu Huta Tinggir pukul 11.00 wib. Jadi, setelah perayaan ekaristi beraktir di stasi purba Tua kami tidak sempat lagi untuk berbagi cerita dengan umat Allah dikarenakan harus mengejar waktu untuk Perayaan ekaristi yang kedua. 

Kami berangkat menuju stasi yang kedua yang merupakan stasi besar di paroki St Fransiskus Asisi saribu dolok. Kami tiba di stasi yang kedua pkl 11.30 wib. Setibanya disana tidak ada basa-basi lagi dengan umat Allah. 

Saya sendiri bergegas untuk menyiapkan peralatan Misa sementara teman yang lain mengambil tugas masing-masing. Perayaan itu berjalan dengan khidmat dan penuh suka cita. walaupun diawal perayaan kami harus menyampaikan minta maaf kami kepada umat Allah atas segala keterlambatan kami.

Syukurlah keterlambatan itu tidak menghalangi umat untuk mengalami suka cita Allah malahan mereka menambah suka cita kami dalam perayaan itu melalui koor  dan tarian yang sudah disiapkan. Setelah selesai perayaan kamipun bersilaurahmi bersama segenap umat. 

Mulai dari perkenalan, berasal dari mana hingga cerita panjang yang mencipta kehangatan dalam perjumpaan itu.Perjumpaan dengan umat di Huta Tinggir tidak hanya sebatas itu saja. Kami makan bersama dengan semua umat yang ada di stasi tersebut.

Satu hal yang membuat saya heran dan merasa waw terhadap stasi itu adalah bahwasanya stasi itu berada di salah satu kampung yang penduduknya semua beragama katolik. Umat distasi itu sekitar 250 KK menurut pengurus gereja tersebut. Mereka menyebut tempat itu sebagai Roma kedua yang penduduk asli ataupun pendatang wajib beragama Katolik. Salut..!!

Setelah selesai makan, seorang bapak mengajak kami jalan ke kebun miliknya. Jarak kebun dengan gereja tidak begitu jauh. Ketika berangkat ke kebun Bapak itu memberikan karung kepada masing-masing kami. Katanya mau panen suka-suka ! Setibanya di kebun saya melihat taman firdaus yang subur, indah dan tertata rapi. Kami diberi kebebasan untuk memanen apa saja mulai dari sayuran hingga buah-buahhan. Satu syarat untuk memanen adalah karung harus penuh. 

Saya memang sudah biasa menyaksikan kebun yang luas dan subur seperti itu karena saya juga anak petani dengan tanaman yang sama. Sementara teman-emanku yang berasal dari sebrang sana barangkali belom pernah melihat situasi yang demikian sehingga membuat mereka gelagapan alias mabuk. Hahaha.

Singkat cerita kamipun panen melimpah dari kebun itu mulai dari terong ungu, terong belanda, sayur-mayur hingga jeruk dan strowbery. Kegiatan panen ini sungguh membuat kami senang dan mewarnai perayaan paskah kami tahun ini.

Sebagaimana pesan yang disampaikan Pastor lewat khotbahnya bahwa kita harus meninggalkan penjara-penjara yang membuat kita tidak bebas untuk menemui Tuhan sang guru. Salah satu penjara yang selama ini membelenggu adalah ketakutan akan pandemi. 

Ketakutan itu membuat saya atau kita tidak bebas untuk bertemu dengan siapapun. Tapi kali ini saya bahagia sekali karena saya mampu menerobos ketakutan itu hingga mengalami berkat yang melimpah bersama seluruh umat Allah yang kami jumpai.

So, perayaan Paskah Tahun ini luar biasa bagi saya. Saya tidak terpikir untuk mencari telur paskah lagi tapi saya lebih mencari hati yang gembira dan hati yang damai. Semarak Paskah dialami oleh banyak umat Allah, kebangkitan itu benar-benar hidup dalam diri umat Allah juga dalam diri saya. 

Hal ini terlihat ketika saya berdialog dengan mereka. Keinginan untuk mengalami kehadiran Allah lebih dalam lagi mereka ungkapkan lewat kerinduan-kerinduan mereka selama ini. Dan hari ini terjawab bahwa saya bisa hadir ditengah-tengah mereka.

Hidup ini bukanlah perkara memberi dan menerima tetapi bagaimana juga kita mampu menata hati sedemikian hingga Allah memiliki tempat bernaung didalamnya. Berdoa dan terus berdoa adalah hal yang baik tetapi kita perlu memperhatikan kualitas doa kita. 

Baiklah jika kita meluangkan waktu untuk mendengar apa yang hendak dikatakan Tuhan kepada Kita, dan sebaliknya jangan melulu kita hanya meminta,memohon agar Tuhan mencukupkan segalanya bagi kita. 

Sekali lagi mari kita belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada dan meninggalkan penjara-penjara yang membuat kita merasa terkungkung, singkirkan batu-batu yang menghalangi perjalanan kita. Bangkitlah bersama Yesus yang bangkit..

selamat paskah..

salam sehat,salam dari Saribu Dolok..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun