Mohon tunggu...
Tifany Azahra
Tifany Azahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Universitas Siber Asia_200501010048

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pentingnya Literasi Media Digital Bagi Masa Depan Generasi Milennial

19 Februari 2023   22:38 Diperbarui: 19 Februari 2023   22:55 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dengan kehidupan kita yang sudah dibalut dengan teknologi digital seperti sekarang ini, siapapun pasti dengan mudah bisa mengakses informasi melalui internet, terutama pada anak – anak tergolong dalam generasi Z. Seringnya kita sebagai orang dewasa membiarkan anak-anak menggunakan gadget yang padahal tanpa kita sadari, banyak dampak dari tontonan yang mereka lihat yang bisa saja itu mempengaruhi perilaku mereka.

Di sisi lain, kemajuan teknologi digital saat ini rupanya juga turut merubah cara orang tua dalam mendidik anak. Ketika dahulu orang tua lebih suka bermain bersama anak mereka, sekarang orang tua lebih mudah memberikan dan mengenalkan teknologi kepada anak dengan alasan agar anak bisa diam, namun tanpa melakukan pantauan dari mereka. Tanpa di sadari kini anak-anak menjadi kecanduan terhadap gadget. Hal ini masih di anggap sepele oleh orang tua, sebab sekarang dipenuhi oleh jaman digital yang serba canggih, dan takut jika mereka tertinggal zaman.

Menurut Nielsen (2016) menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia didominasi oleh generasi Z (usia 10 -19 tahun) dan generasi millenniall (usia 20-34 tahun) dengan masing masing sebesar 34% dan 48%. Ini bisa dikatakan bahwa untuk anak dibawah umur, mereka sudah banyak terpengaruh gadget yang membuat mereka sulit melepasnya. Maka dari itu, anak – anak perlu diajarkan untuk memahami Literasi Digital

Literasi digital merupakan kemampuan dalam memahami teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan bentuk kognitif dan teknikal. Literasi digital secara sederhana mengarah pada kemampuan audience (masyarakat) yang mengerti terhadap teknologi digital. Kemampuan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kritis masyarakat terhadap digital saat ini. Sehingga dengan adanya literasi digital yang baik terhadap orang tua dan guru diharapkan anak-anak usia dini tidak mengikuti perilaku yang negatif dari tayangan digital. Karena saat ini segala kegiatan belajar-mengajar tidak lepas dari peran teknologi (A’yuni, 2015).

Dengan literasi digital, membantu dalam mengembangkan kemampuan emosi, merasakan hal yang dirasakan diri sendiri dan orang lain dari suatu pesan serta mengembangkan kematangan moral dalam kaitannya dengan konsekuensi moralitas bagi setiap orang terutama bagi para anak – anak yang baru memasuki fase remaja awal.

Remaja merupakan kalangan paling produktif dalam mengakses media, hal ini di sebabkan ada peluang bagi mereka dalam mengekspresikan diri, bersosialisasi, menambah kreativitas yang dapat disalurkan melalui situs media sosial (Livingstone, 2008). Di samping itu, remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa remaja terjadi perubahan yang mencangkup perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional yang nantinya akan berpengaruh pada perilaku, sikap, nilai-nilai pada masa remaja (Santrock, 2003).

Tidak seperti orang dewasa, masa remaja memang menjadi masa yang paling rawan dalam bermedia karena mereka identiknya memiliki karakteristik yang eksploratif dan rasa ingin tahu yang tinggi, mudah terpengaruh, serta belum dapat membedakan mana yang salah dan benar, sehingga para remaja menerima begitu saja isi pesan media tanpa mengetahui baik buruknya dampak yang didapat.

Hal ini dibuktikan dengan riset yang saya lakukan beberapa waktu lalu. Ketika memberikan pertanyaan terkait paham atau tidaknya mengenai literasi digital, sebagian besar dari mereka menjawab belum memahami dan menerapkan pada gadgetnya. Hal ini didukung dengan kebiasaan mereka yang sering membuka sosial media seperti Instagram, Tiktok, dan Twitter yang kini lebih mendominasi ketimbang media sosial lainnya. Dari aplikasi ini, mereka dengan mudah menerima, memposting, menyiarkan, serta membalas cuitan yang rata – rata informasi kini sifatnya adalah hoax.

Ketika menerima berita hoax, mereka juga banyak yang asal menerima tanpa mencari tahu lebih lanjut apakah itu sudah benar atau belum. Saat ditanya bagaimana cara membedakan antara berita hoax dengan berita asli, mereka menjawab bahwa perbedaannya sangatlah tipis sehingga masih sulit untuk membedakannya.

Kita sebagai orang dewasa yang mempunyai anak, saudara, teman yang usianya masih dibawah umur sepatutnya perlu diberikan pendampingan dan diajari tentang bagaimana sikap yang tepat saat menerima hingga menyebarkan informasi yang datanya belum tentu benar.

Sebagai mahasiswa komunikasi, langkah cerdas dalam membantu anak generasi milenial untuk mendekatkan mereka pada pemahaman literasi digital yakni dengan mengadakan sosialisasi seperti melakukan seminar ke sekolah – sekolah yang nantinya kita akan mengenalkan tentang bagaimana sih cara mendapatkan informasi yang bersumber pada fakta dan data yang ada, atau tentang bagaimana caranya di usia saat ini mereka bisa pintar dan bijak dalam bermedia sosial. Dan diharapkan dari diadakan sosialisasi nanti, mereka menjadi lebih peka dan sadar bahwa tidak semua informasi yang diterima itu baik sehingga perlu di filter dan ditelusuri lebih dalam terkait informasi yang didapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun