4. Kurangnya Kesadaran akan Etika Digital
Dengan kemudahan mengakses informasi, anak muda seharusnya akan lebih sadar tentang pentingnya etika digital. Namun, banyak dari anak muda tidak berpikir Panjang sebelum menyebarluaskan atau mengikuti tren viral. Kurangnya kesadaran ini dapat terlihat dari:
* Penyebaran isu-isu tanpa verifikasi yang memperkuat informasi berita hoax
* Cenderung lebih mengutamakan sensasi daripada substansi
* Rendahnya kesadaran akan dampak dari tindakan online terhadap di kehidupan nyata
Kesalahan ini bukan hanya terjadi di kalangan individu, tetapi juga sering kali di dorong oleh sistem media sosial yang lebih mengutamakan engagement daripada kualitas konten tersebut.
Konten viral tidak selalu  memberikan dampak baik, namun ada juga yang memberikan dampak buruk. Tetapi tanpa di filter dengan tepat, akan menjadi boomerang untuk merusak etika anak muda Indonesia. Dari adanya normalisasi perilaku tidak etis, mengorbankan moral demi popularitas dan validasi digital, mengedepankan gaya hidup konsumtif dan hedonisme, kurangnya kesadaran akan etika digital, semua ini bisa membentuk generasi yang lengah terhadap hal-hal yang sebenarnya bertentangan nilai-nilai moral. Untuk mengatasi dampak buruk ini, diperlukan adanya kesadaran dari anak muda dan platform media sosial. Anak muda harus lebih tanggap dan kritis dalam mengonsumsi konten, sementara media sosial harus memperkuat edukasi dan etika mengenai digital. Dengan demikian, media sosial bisa menjadi wadah yang lebih sehat dalam membangun etika dan moralitas anak muda di  masa depan.
Tiara  Margareta Togatorop, mahasiswa FEB, prodi manajemen, Universitas Katolik Santo Thomas Medan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI