Mohon tunggu...
Tiara De Silvanita
Tiara De Silvanita Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

All about mindfulness

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebangkitan Dakwah Digital di Masa Pandemi

16 Juni 2020   16:56 Diperbarui: 16 Juni 2020   17:05 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandemi membuat perubahan pola kehidupan layaknya efek domino, termasuk pola berdakwah yang biasnya dilakukan secara tatap muka dan berjamaah mengalami perubahan yang mencolok. Pemerintah aturan pelarangan aktivitas yang berpotensi mengumpulkan massa karena dapat menimbulkan resiko penyebaran virus.

Pada kenyataannya dakwah tidak hanya dapat dilakukan di masjid, majelis atau komunitas secara tradisional atau tatap muka. Dakwah bisa dilakukan dimana saja, dan kapanpun.

Covid-19 mendorong urgensi pendakwah untuk segera mangambil langkah start memasuki era digital, memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi secara optimal menjadi alternatif pergeseran pola dakwah. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para da'i yang baru memulai melakukan syiar agama secara virtual. Namun, disatu sisi merupakan peluang besar dalam memperluas jangkaun jamaah lintas daerah di Indonesia.

Diungkapkan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), terdapat 171,17 juta dari total populasi penduduk 264,14 juta, artinya ada 64,8% penggunainternet Indonesia di tahun 2018. Pengguna usia 15-19 yang mengakses internet sebesar 91 persen, sementara yang tidak menggunakan internet sebesar 9 persen. Kedua terbesar adalah usia 20-24 tahun, dengan tingkat pengguna internet sebesar 88,5 persen, dan 11,5 persen rentang usia tersebut tidak mengakses internet.

Selain itu, ada sebanyak 13,4 persen senior milenial dan 6,5 persen junior milenial yang mengakses internet selama 7-10 jam sehari (IDN Research Institute). data tersebut menunjukkan bahwa milenial lekat hubungannya dengan internet dan dakwah digital merupakan langkah efektif dalam menyebarkan syiar agama secara lebih kreatif, variatif, dan fleksibel.

YukNgaji, merupakan salah satu komunitas ngaji berbasis online dan offline. Komunitas YukNgaji telah aktif berdakwah di sosial media sejak 2016. Hingga tahun 2020 akun resmi YukNgaji memilik 514 ribu pengikut dan 124 ribu pelanggan youtube channel. Secara regular mereka berdakwah melalui berbagai cara dari desain, caption, video, rekaman hingga podcast. Pandemi justru menjadi momen untuk memperluas sasaran dakwah hingga lintas negara yaitu Hongkong, Istanbul dan Malaysia.

Akibat dari masifnya gerakan dakwah digital yg dilakukan tersebut, agenda rutin YukNgaji yang biasanya dilakukan tatap muka kemudian dialihkan virtual melalui siaran langsung youtube dan instagram dengan rata-rata 1000-3000 viewer dalam sekali penayangan. Tentu jumlah yang besar dibandingkan bila dilakukan secara offline/tatap muka.

Karekter generasi milenial lebih tertarik dengan hadirnya konten ringan seperti meme, quote, film, video atau vlog yang mana konten tersebut memiliki nilai visual yang indah. Juga pengajian taklim yang kemudian materinya direduksi menjadi rangkuman dan reupload di media massa agar mudah disimak ulang. Kemudian, metode penyampaiannya harus memasuki psikologi generasi milenial, misalnya tempo lalu viral kalimat "Rindu itu berat, kamu nggak akan kuat" di film Dilan diubah menjadi "Ngaji itu berat, kamu harus kuat".

Dakwah dengan konten ringan dan memanjakan mata salah satunya dilakukan oleh dakwahvisual.co melalui desainnya di platform instagram. Dalam penyampaian pesan dakwah sarat akan nilai estetika sehingga menarik mata tanpa meninggalakan pesan yang akan disampaikan.

Maka menggunakan teknologi informasi dan komunikasi menjadi pilihan yang mesti diambil oleh pendakwah. Pandemi seharusnya tidak menurunkan semangat dakwah, namun sebaliknya masa sulit ini bisa menjadi peluang tonggak awal kebangkitan dakwah Islam memasuki era indutri 4.0. 

Sikap adaptif para da'i dalam mengikuti perkembangan zaman tentunya hal yang diharapkan ditengah kecemasan ummat. Ditambah gencarnya penetrasi budaya bebas barat yang  menggerogoti moral dan menghilangkan identitas Islam dari generasi bangsa. Dengan kehadiran pendakwah yang aktif di sosial media bagaikan oase di tengah gurun pasir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun