Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Gagal, Tenang Sejenak, Lalu Coba Lagi!

23 Desember 2020   14:26 Diperbarui: 23 Desember 2020   14:30 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mencoba ber-sharing  tentang pengalaman sebagai seorang debutan di Kompasiana. Saya suka dan cinta literasi. Kecintaan saya terhadap dunia tulis-menulis semakin bertumbuh dan berkembang persis setelah saya menjadi seorang skriptor (penulis skripsi tingkat S1). 

Saya harus kreatif, sabar, teliti, dan jeli memahami buku yang saya baca setiap hari. Saya ingin skripsi yang saya susun tidak asal jadi, amburadul, dan ngawur. Tapi, saya ingin lewat skripsi tersebut, orang mengerti dan mengetahui dunia tema yang saya dalami.

Perjuangan menyusun sebuah skripsi tidak gampang. Kadang bosan juga! Tak jarang mata pedih karena lama membaca! Tak jarang pusing dengan tulisan orang lain yang rumit! Tak jarang saya mengantuk di meja belajar! Setiap kali muncul ide, saya catat. Begitulah seterusnya. Tapi, ada saja momen lucu ketika saya baca kembali tulisan yang sudah saya rangkai. Ngak nyambung, gitu loh! Tapi, saya tak lekas menyerah!

Ternyata, ketenangan sungguh diperlukan dalam menulis. Tenang bukan berarti lalai. Saat otak buntu untuk berpikir, perlu rehat sejenak, menikmati hijaunya rerumputan atau pohon di luar rumah. 

Pikiran harus relaks kembali jika sudah mulai penat dengan dunia literasi. Setelah pikiran relaks dan tubuh tidak tegang karena duduk seharian di depan laptop atau buku, barulah saya melanjutkan lagi menulis dan merangkai kalimat. Alhasil, saya bisa mengamati dan meneliti tulisan sendiri. Akan jauh lebih mudah tertemukan mana kata atau frasa yang kurang tepat; mana kalimat yang tidak nyambung; dan apakah ide tulisan sudah tajam atau masih gado-gado. 

Langkah yang sudah saya tempuh itu akan sangat membantu. Saya akan lebih percaya diri ketika berhadapan dengan dosen pembimbing. Setidaknya, catatan yang diberikan tidak terlalu banyak dan tidak seputar tata bahasa, paling-paling pembaruan ide tulisan. Memang, bagaimana pun ide dosen dan ide saya akan ada yang berbeda. Justru dengan itu, pandangan saya diperkaya dan tulisan semakin tajam.

Begitulah berlanjut hingga saat ini.

Saya sangat senang menulis dan merumuskan ide dalam literatur pun jurnal harian. Di tengah-tengah kesibukan berkerasulan di tengah umat dan Ordo Kapusin, saya selalu menyempatkan diri untuk membaca dan menulis. 

Kebetulan, saat melihat-lihat status teman di medsos, saya menemukan seorang Kompasianer yang baik dalam menulis. Saya coba gali informasi darinya bagaimana cara menjadi seorang kompasianer. Teman itu menerangkan dengan sangat jelas, sehingga saya termotivasi untuk mendaftarkan diri. 

Setelah punya akun, saya coba buka dan baca tulisan para kompasianer. Saya kagum dan sedikit minder. Ternyata, banyak sekali kompasianer yang begitu handal dan mantap dalam dunia literasi. Rumusan idenya tajam, judul artikel menarik, dan pesannya nyampek. Awalnya, saya kurang PD untuk upload tulisan di sini. 

Saya takut kalau-kalau tata bahasa saya kacau dan terurai lepas dari satu kalimat ke kalimat lain. Untuk itu, langkah terbaik yang saya lakukan adalah membaca beberapa model tulisan yang menjadi artikel utama atau yang mendapat nilai tertinggi. Perlahan, saya terdorong untuk merumuskan tulisan yang lahir dari buah pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun