Dalam kaitannya dengan penumbuhan minat baca anak, sebagai orangtua, ada beberapa cara yang yang biasa kami lakukan. Salah satu, ketika anak belum bisa (baru belajar) membaca, biasanya kami memilih untuk membacakan buku cerita kepada anak sebelum tidur. Tetapi, ketika usianya terus berkembang dan sudah bisa membaca, kami lanjutkan memilih buku bacaan sesuai dengan umurnya.
Menariknya, untuk beberapa jenis buku, sesungguhnya ada yang telah mencantumkan usia yang layak untuk membaca buku tersebut. Hal ini tentu membantu para orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak.
Bagi orangtua yang ingin memberikan buku pada anak usia dini, ada baiknya memperhatikan ketiga hal ini. "Pertama, pilihlah buku dengan gambar dan warna yang menarik. Kedua, pilih buku dengan tulisan yang pendek-pendek dan hurufnya pun agak besar. Ketiga, pilihlah buku yang tidak mudah robek dan kusut, Sebaiknya pilihlah buku yang kertasnya agak tebal dan tidak mudah rusak. Karena pada umumnya gerakan anak usia dini masih sangat kasar sehingga ada kemungkinan buku tidak hanya dibaca tetapi juga dibanting, diduduki, diremas, bahkan dirobek atau basah karena makanan dan minuman".
Nah, berikut ini yang tidak kalah penting, mengingat bahwa anak adalah apa yang dilihatnya  (masih memiliki sifat meniru), maka sebagai orangtua harus pula membiasakan diri membaca buku di depan mereka, dengan demikian anak akan meniru tindakan tersebut. Artinya orangtua harus menjadi teladan dalam hal membaca buku. Untuk itu, ada baiknya menyediakan  buku-buku bacaan di rumah. Bila memungkinkan, buatlah perpustakaan mini keluarga.
Sebagai contoh, di rumah kami saat ini terdapat sekitar 300 judul buku yang selalu siap untuk dibaca. Mungkin tidak terlalu banyak, tapi setidaknya sudah bisa menjadi bukti nyata kami untuk menularkan semangat baca kepada anak dan keluarga.
Sejatinya, ada banyak cara lain yang bisa dilakukan oleh setiap orangtua, semakin sering membaca buku dan berdiskusi dengan orang lain tentu akan memperkaya pemahaman sebagai orangtua dalam menanamkan budaya baca pada anak. Atau barangkali dengan cara kita masing-masing, mungkin jauh lebih kreatif dan lebih sesuai dengan kebutuhan anak.
Prinsipnya, pendampingan dan keteladanan adalah dua hal yang tidak boleh lepas dari proses menumbuhkan semangat membaca buku pada anak. Ketika orangtua mendampingi dan memberikan keteladanan dalam membaca buku, sadar atau tidak sadar orangtua sedang menanamkan nilai-nilai dan karakter yang berharga bagi anak. Jadi, bukan sebatas mengajak untuk cinta buku. Tapi juga mengajarkan nilai-nilai prioritas pada keluarga, saling memperhatikan kebutuhan anggota keluarga, kerjasama, integritas, dan lain sebagainya.
Dasar Hukum Peran Keluarga dan Masyarakat Menumbuhkan Budaya LiterasiÂ
Apa yang sudah kita bicarakan panjang lebar, adalah satu bentuk literasi. Hal itu pula yang sedang digalakkan oleh pemerintah. "Sejak  tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti."
Sesungguhnya, Gerakan Literasi Nasional ini adalah upaya untuk memperkuat sinergi antar pelaku gerakan literasi. Harapannya, dengan menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di negeri kita. Tentu gerakan literasi tidak akan berhasil jika hanya berharap kepada sekolah saja. Peran keluarga dan masyarakat tidak boleh abai. Jadi, sekolah-keluarga-masyarakat adalah tripusat literasi yang sesungguhnya.
Bahkan pemerintah sendiri telah mengatur hal tersebut dalam sebuah regulasi. Bahwa keluarga dan masyarakat harus terlibat penuh dalam kemajuan pendidikan anak. Termasuk membangun literasi yang menjadi bagiannya.