Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kultur Populer: Kajian Kritis tentang Industri Kebudayaan

27 Desember 2022   14:59 Diperbarui: 27 Desember 2022   15:39 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang pertama kali kalian fikirkan saat mendengar tentang kultur pop?

Mungkin berbagai hal betebaran di dalam fikiran kalian, hal hal yang berupa ragam tonton ataupun konsumsi harian yang dapat dinikmati dengan cara yang sederhana, mudah, menyenangkan dan menghasilkan kepuasan setelah kalian menontonnya.

Kemudahan itu sebagaimana mudahnya kita menghabiskan waktu menonton 'Cinta Fitri' ataupun 'Anak Jalanan' berjam-jam depan televise. Menghabiskan waktu dengan mendengarkan dua host Prambors saling berbincang tentang fenomena ibukota dan anak muda jaman sekarang. Ataupun menggulir layar sentuh di gawai pribadi kita untuk mencari film Netflix terbaru untuk menghantarkan waktu tidur kita.

Semua komoditas yang lahir dan diperjualkan lewat ragam tayangan, aplikasi ataupun peranti yang dapat kita gunakan dengan mudah sehari hari memanglah sangat menyenangkan untuk kita lakukan, terlebih waktu yang tidak banyak di tengah waktu-waktu yang dapat kita gunakan untuk bersantai di luar jam kerja telah menghasilkan kebiasaan monoton yang kadang tidak kita sadari ini.

Kajian kritis merupakan respon atas berbagai praktik industry media massa yang menyeruak luas di tengah masyarakat yag makin dimiskikan dengan ketimpangan sosial akibat system pemerintahan.

Kajian kritis tentang kultur populer pertama kali dicetuskan oleh sekelompok orang dari lingkar Intelektual  Frankfurt, mereka adalah Theodore Adorno dan Hokheimer, dan Herbert Marcuse. Kultur populer berupa ragam konsumsi budaya yang dilahirkan oleh pasar kapitalistik. Di dalamnya memberikan semua keinginan manusia, yang pada gilirannya akan mencabut manusia kebutuhan alamiah dari seorang manusia itu sendiri.

Semula Theodore Adorno dan Max Hokheimer mempopulerkan istilah 'Industri budaya' sebagai sebuah pabrik yang menghasilkan budaya populer. Mereka memandang Industri populer ini mirip dengan pabrik yang memproduksi berbaga barang berdasarkan standar budaya, seperti tayangan televise, siaran radio, konten di majalah ataupun website yang mudah dinikmati dan dipublikasikan lewat berabagi media massa, seperti transmiter radio, siaran jarak jauh ataupun produksi massal dari indusri publisitas.

Padahal pada dasarnya apa yang manusia butuhka secara psikologis adalah kebebasan, kreativitas dan kebahagiaan sejati, sebagaimana Pandangan Herbert Marcuse kalau kebahagiaan sejati seorang manusia bersifat historis dan kepekaannya ditunjukan lewat kemajuan di satu sisi dan hubungan sosial di sisi lainnya.

Belengu yang terjadi hadir karna hubungan manusia yang bersifat antagonistic,sebuah kecenderungan untuk memanipulasi pasar dan mendominasi lewat keuntungan capital. Sebuah ekosistem dari yang lahir dari konstruksi pasar yang terjadi lewat kapitalisme. Secara gamblang masyarakat memisakan berbagai aspek integral dalam kehidupannya. Sebagai contoh masyarakat telah mendefiniskan 'kerja keras' sebagai lawan dari hubungan batin dan kepuasan kerja. Hal yang lain terjadi sebagaimana masyarakat modern telah memisahkan antara hubungan sosial dan kebebasan individu.

Kehadiran Industri Budaya ini menciptakan kelas masyarakat yang patuh dan puas terlepas dengan seberapa sulitnya kondisi perekonomian mereka, ketimpangan lemakin besar tejadi dan menyeruak secara luas, sedangkan ragam produksi budaya ini diciptakan untuk memberikan keuntungan kapitalstik pada masyarakat kelas atas yang memiliki industry media massa.

Manusia modern yang telah mengestrak esensi dari berbagai objek terlah membatasi diri mereka pada berbagai hal yang bersifat objektif, dan mereka hidup di dalamnya. Teknologi modern mengandung semua sarana yang diperlukan untuk mengestrak kebutuhan alami ke dalam berbagai benda, seperti radio, televise, ataupun gawai telpon. Tanpa kita sadari kalau semua produksi budaya ini adalah apa yang kita pandang sebagai realitas dari masyarakat modern.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun