Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Tomorrowland dan Misi Perdamaian Dunia

24 Januari 2020   00:00 Diperbarui: 11 Januari 2023   19:59 3154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Afrojack (kiri), David Guetta (tengah), dan Nicky Romero (kanan) saat Tomorrowland tahun 2013 | flickr.com 

Penonton Tomorrowland hanyut dalam kebahagiaan dan mampu berdamai secara organik.

Festival musik biasanya selalu menyajikan berbagai macam atraksi spektakuler dan kejutan yang luar biasa dari para musisi kepada para penggilanya. Festival musik memang selalu identik dengan hal-hal yang menyenangkan, penuh kehangatan, penuh semangat, penuh euforia, dan juga dapat menjadi sarana untuk menciptakan serta menjalin perdamaian di antara mereka yang saling berseteru secara politik, baik dalam konteks politik makro maupun mikro.  

Perdamaian? Apakah mungkin hal ini dapat disuguhkan dalam sebuah pagelaran festival musik? Jika kita melihat festival musik besar di Indonesia maupun internasional, macam Soundrenaline, Hammersonic, ataupun Djakarta Warehouse Project, rasanya konsep atau unsur seperti perdamaian bukan lah hal utama yang akan disajikan, selain daftar musisi top yang terpampang dalam headline poster serta tata panggung yang besar dan disajikan dengan spektakuler. 

Konteks yang mempersoalkan tentang perdamaian di dalam suatu festival musik, rasanya memang tidak terlalu begitu terlihat, termasuk beberapa contoh festival musik yang sudah disebutkan tadi. Namun ternyata, ada sebuah festival musik elektronik asal Belgia yang setiap tahunnya selalu dikunjungi oleh para penonton dari seluruh dunia, dan ternyata secara tidak langsung festival musik ini membawa semangat dan nuansa perdamaian. Festival musik itu bernama Tomorrowland.

Apa itu Tomorrowland?

Seperti apakah bentuk perdamaian yang diterkandung di dalam festival musik sekelas Tomorrowland? Sebelum masuk ke sana, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu Tomorrowland. Tomorrowland adalah sebuah festival musik EDM (Electronic Dance Music) asal Belgia dan merupakan salah satu festival EDM terbesar di dunia. Festival musik ini berlokasi di De Schorre Park, Kota Boom, Belgia dan sudah menapaki perhelatannya yang ke-14, sejak pertama kali dihelat pada tahun 2005. 

Menurut Pajaro (2018), Tomorrowland didirikan oleh dua orang bersaudara asal Belgia, yakni Manu dan Michiel Beers sebagai founder dan menggandeng kerja sama dengan perusahaan agensi di bidang industri hiburan asal Belanda bernama ID&T sebagai co-founder sejak tahun 2005. Kerja sama tersebut sudah berlangsung kurang lebih selama 14 tahun dan telah berhasil menjadikan Tomorrowland sebagai salah satu festival musik elektronik terbesar di dunia (ID&T, n.d). 

Keberhasilan ini dapat dicapai oleh Tomorrowland karena mereka selalu berfokus untuk menyajikan kebaruan aspek visual dari tema, panggung, dan dekorasi yang diusung setiap tahunnya. Singkatnya, Tomorrowland sebagai festival musik betul-betul memperhatikan aspek komunikasi visual mereka secara detil, segar, dan berbeda. Tomorrowland mengedepankan konsep negeri dongeng sebagai tema, dekorasi, dan desain panggung mereka setiap tahunnya. 

Konsep negeri dongen dipilih karena Tomorrowland ingin membuat semua orang yang datang merasakan sensasi bak masuk ke dunia mimpi dan penuh fantasi, namun bisa dirasakan secara nyata serta seutuhnya oleh mereka. Tomorrowland seolah-olah ingin mengajak pengunjungnya untuk hanyut dan berpesta dunia mimpi. Atas konsep yang unik itu, Tomorrowland berhasil menghipnotis para pengunjung seperti akan masuk ke dalam suatu negeri dongeng, baik sebelum berpesta, saat berpesta, dan sesudah berpesta.  

Tidak hanya itu saja, Tomorrowland juga sangat memperhatikan aspek-aspek detail lainnya. Pada urusan F&B serta souvenir misalnya, setiap pengunjung Tomorrowland harus menukarkan uang tunai dan digital mereka ke dalam uang khusus Tomorrowland yang dinamai Pearl. 1 Pearl Tomorrowland misalnya seharga  1,67 Euro dan 1,79 Dollar Amerika Serikat. Setiap pengunjung wajib menggunakan Pearl selama berada di lingkungan festival. 

Pearl, mata uang resmi dalam Tomorrowland | play.google.com
Pearl, mata uang resmi dalam Tomorrowland | play.google.com

Adapun Tomorrowland juga menggandeng kerja sama di bidang transportasi dengan salah satu maskapai penerbangan Belgia, Brussels Airlines. Kerja sama ini ditujukan sebagai sarana transportasi untuk menjemput seluruh "People of Tomorrow," panggilan khas untuk para pengunjung Tomorrowland dari berbagai belahan dunia. Setiap pembelian tiket konser, para calon pengunjung nantinya juga akan ditawari akomodasi transportasi udara dengan menggunakan Brussels Airlines.

Tidak seperti maskapai penerbangan kebanyakan, kerja sama antara Tomorrowland dengan Brussels Airlines memiliki keunikan, yakni seluruh pesawat yang menuju Tomorrowland akan menggunakan livery khusus Tomorrowland. Bahkan, kota tujuan yang tertulis di papan-papan pengumuman keberangkatan menuju Kota Boom, Belgia, di beberapa bandara di benua Eropa akan ditulis menjadi "next destination Tomorrowland," benar-benar sangat unik dan kreatif. 

Menjadi Raksasa

Ada tujuan besar dibalik ambisi dan kerja keras Tomorrowland dalam memainkan aspek visual serta kreativitas dalam industri hiburan mereka. Sebagai festival musik elektronik terbesar di benua Eropa dan dunia, Tomorrowland tahu betul bahwa mereka tidak bersaing sendirian. Menurut Pajaro (2018), alah satu kompetitor terbesar Tomorrowland saat pertama kali berdiri adalah Mysteryland, sebuah festival musik elektronik asal Belanda dengan konsep yang hampir serupa seperti Tomorrowland. 

Meski pada akhirnya eksistensi Tomorrowland terus membesar dan semakin menenggelamkan popularitas Mysteryland, namun kompetitor Tomorrowland malah saat ini justru bertambah banyak dan semakin sengit. Tomorrowland kini harus bersaing dengan festival-festival musik elektronik besar lainnya, seperti Ultra Music Festival (UMF) yang berlokasi di Miami, Florida dan memiliki sejumlah waralaba di beberapa negara di bawah bendera perusahaan di bidang hiburan bernama Ultra Worlwide. 

Adapun juga Electric Daisy Carnival (EDC), yang berlokasi di Las Vegas, Nevada. Sama seperti Ultra Music Festival, EDC juga memiliki sejumlah waralaba di beberapa negara di bawah bendera perusahaan di bidang hiburan bernama Insomniac. Kita akan ambil contoh menarik antara Electric Daisy Carnival dan Tomorrowland. Kedua festival ini masuk dalam tiga besar festival musik elektronik terbesar di dunia bersama dengan Ultra Music Festival. 

Menariknya, Tomorrowland dan Electric Daisy Carnival memiliki strategi yang sama, yakni sama-sama mengedepankan unsur kreativitas visual dalam wujud negeri dongeng sebagai konsep utamanya (Graham, 2022). Berbeda dengan Tomorrowland yang mengusung konsep negeri dongeng dari kisah-kisah dongeng di sekitar benua Eropa, EDC justru mengusung konsep negeri dongeng yang lekat dengan nuansa fiksi sains dan futuristik, lengkap dengan dekorasi lampu neon kemerlapnya (Live Design, 2015). 

Jumlah pengunjung yang datang pun juga tak kalah banyak. Pada tahun 2018 misalnya, EDC berhasil memperoleh 350.000 pengunjung dalam tiga hari perhelatan event, dan pada tahun 2022 lalu, EDC berhasil memperoleh 525.000 pengunjung! Bagaimana dengan Tomorrowland? Ternyata, angkanya jauh lebih besar. Pada tahun 2018, Tomorrowland berhasil memperoleh 400.000 pengunjung dan pada tahun 2022 lalu berhasil memperoleh 600.000 pengunjung! Sangat fantastis. 

Keberhasilan Tomorrowland ini tidak lepas dari brand image lokasi dari Tomorrowland. Menurut Pajaro (2018), Tomorrowland berlokasi di Belgia, yang mana merupakan bagian dari Uni Eropa. Atas itu, ada keuntungan yang diperoleh berupa akses ke festival tersebut yang jauh lebih fleksibel dan terbuka bagi warga Uni Eropa lainnya. Sebagai contoh, saat Tomorrowland menghelat festival pertama mereka pada tahun 2005, Tomorrowland berhasil memperoleh 10.000 penonton. 

Panggung Tomorrowland pada tahun 2010, dengan tema Zon (Sun) | nieuwsblad.be
Panggung Tomorrowland pada tahun 2010, dengan tema Zon (Sun) | nieuwsblad.be

Penonton yang datang ke Tomorrowland saat itu kebanyakan berasal dari luar Belgia, seperti Perancis, Jerman, Inggris, Swiss, Spanyol, dan lainnya. Kasus ini terus berlanjut hingga memasuki tahun 2010, di mana Tomorrowland berhasil menjual 90.000 tiket dalam waktu enam jam! Fantastis. Pada tahun yang sama, Tomorrowland perlahan mulai berhasil mengundang orang-orang dari luar Uni Eropa, seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, India, Australia, dan lainnya untuk datang dan berpesta bersama. 

Sarana Perdamaian

Seperti disinggung di awal, Tomorrowland tidak hanya sekadar festival musik, namun juga menjadi sarana dalam menciptakan perdamaian. Salah satu bukti konkretnya datang dari keterlibatan mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni Ban Ki-moon. Pada tahun 2015 silam, Ban Ki-moon menuliskan pesan di atas sebuah ukiran papan kayu karya Arne Quinze bergambar mata angin lengkap dengan ukiran khas negeri dongeng Tomorowland dan logo PBB di tengahnya (Medved, 2015). 

Pesan yang ditulis oleh Ban Ki-moon berbunyi "Let’s work as one towards dignity for all," atau jika diterjemahkan menjadi "Mari bekerja sebagai satu kesatuan menuju pemenuhan martabat untuk semuanya." Pesan tersebut ditulis, karena Ban Ki-moon menyadari bahwa Tomorrowland sebagai festival musik  mencerminkan semangat dan nilai yang dimiliki PBB, yakni martabat, rasa hormat, keragaman, dan rasa solidaritas. 

Festival ini menurut Ban Ki-moon menjadi jembatan sekaligus wujud nyata, bahwa musik menjadi mediu yang mampu menciptakan satu kondisi hidup yang damai, adil, solider, saling menghargai, dan penuh dengan martabat bagi semua orang. Atas itu, proyek festival musik ini menurut Moon harus terus eksis, karena telah memberikan bukti akan persatuan dan menjadi langkah penting dalam bagaimana menciptakan kondisi hidup yang harmonis di masa depan.

Bukti mengenai hal ini semakin diperkuat dari temuan-temuan riset yang dilakukan Nikjou (2019), bahwa para pengunjung yang datang ke Tomorrowland dan notabene saling berbeda bangsa serta beberapa di antara saling terlibat dalam konflik malah justru bersatu padu dan terhubung secara organik, tanpa mempedulikan latar belakang atau pun masalah-masalah politik yang saling melibatkan mereka secara tidak langsung.

Sebagai contoh, Tomorrowland setiap tahunnya selalu kedatangan pengunjung dari negara-negara yang saling berkonflik, seperti Iran dengan Israel, Cina dengan Jepang, dan Rusia dengan Ukraina. Namun, menurut hasil observasi Nikjou, penduduk dari negara-negara yang saling berkonflik ini, ternyata justru dapat saling menghargai, bekerja sama, bertoleransi, menjunjung martabat, serta dapat saling menghormati. 

Nikjou menemukan beberapa fenomena unik, seperti pengunjung dari Israel dan Iran yang justru saling berdansa serta berpelukan alih-alih berseteru dan saling mengutuk; pengunjung dari Rusia dan Ukraina yang saling duduk bersama serta berbagi makanan alih-alih saling acuh tak acuh; dan tak ketinggalan juga pengunjung dari Tiongkok serta Jepang yang saling berfoto, mengibarkan bendera masing-masing, dan saling berangkulan ketika ada di atas lantai dansa.   

Dari sini saja kita bisa memahami bahwa Tomorrowland itu bukan hanya sekadar festival musik elektronik yang mampu menghadirkan DJ papan atas dan komunikasi visual yang ciamik. Akan tetapi. Tomorrowland telah menjelma menjadi sarana untuk mewujudkan situasi hidup yang damai dan penuh dengan penghargaan, tanpa harus memperdulikan latar belakang atau pun msalah-masalah politik yang akhirnya membuat mereka saling berkonflik. 

Mereka bisa bergaul dengan siapapun, tanpa tekanan dan tanpa paksaan. Fenomena ini memang jarang ditemukan di festial-festival musik manapun, dan Tomorrowland telah membuktikan jika mereka mampu menjadi salah satunya. Tomorrowland setidaknya dapat mengajarkan kita bahwa apalah gunanya rasa saling berselisih paham dan bersikukuh, toh kalau musik ternyata bisa meleburkan semua ego dan rasa dengki itu menjadi rasa persaudaraan yang sejati dan penuh welas asih. 

Daftar Pustaka:
Pajaro, I. (Juli 21, 2018). Inside the fairy tale festival: how does Tomorrowland work? Diakses tanggal 15 November 2019, dari medium.com.
Nikjou, K. (September 6, 2019). Is Tomorrowland World's Best Music Festival? Diakses tanggal 16 November 2019, dari forbes.com.

ID&T. (n.d). ID&T is the world’s leading electronic music experience company. Diakses tanggal 11 Januari 2023, dari id&t.com.

Graham. (Maret 1, 2022). Which Is Bigger: Tomorrowland Or EDC? Diakses tanggal 11 Januari 2023, dari lowandtheoryclub.com.

Live Design. (Juli 14, 2015). Elation Lighting Again Used to Decorate Multiple Stages at Electric Daisy Carnival Las Vegas. Diakses tanggal 11 Januari 2023, dari livedesignonline.com.

Medved. (27 Mei, 2015). UN Secretary-General Ban Ki-moon Visits Tomorrowland. Diakses tanggal 11 Januari 2023, dari billboard.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun