Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Etnis Sunda, Pemahaman, dan Pemanfaatannya dalam Film "Keluarga Cemara" (2019)

13 Desember 2019   16:10 Diperbarui: 16 Oktober 2022   12:38 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster dari film Keluarga Cemara 1 tahun 2019 | tribunstyle.com

Dalam film Keluarga Cemara 2019 karya Yandy Laurens dan Giantri S. Noer, etnis Sunda memang menjadi etnis utama yang disuguhkan dalam film ini. Hal itu pertama terlihat sangat jelas mulai dari nama-nama tokoh yang sarat dengan panggilan maupun dalam penamaannya yang lekat dengan identitas etnis Sunda. Sebagai contoh nama-nama dan panggilan seperti Abah, Euis, Kang Fajar, Ceu Salma dan Kang Romly adalah beberapa nama-nama dan panggilan yang cukup familiar dengan penamaan orang-orang yang beretnis Sunda secara umum. Karena etnis Sunda menjadi etnis utama yang ditonjolkan dalam film ini, maka penulis ingin mencari tahu tentang konteks budaya komunikasi apa yang berkembang ditengah kehidupan berbudaya mereka.

Penulis menggunakan metode analisis teks film untuk berusaha menemukan fenoma konteks budaya komunikasi yang berkembang dalam film tersebut. Berdasarkan hasil analisis teks film yang telah penulis lakukan, penulis kurang lebih menemukan sekitar ada sepuluh fenomena konteks budaya komunikasi yang terjadi dalam film tersebut. Konteks budaya komunikasi yang ada dalam film Keluarga Cemara 2019 kebanyakan menyasar kepada bentuk konteks budaya komunikasi tinggi atau high-context communication. Dari delapan fenomena yang berhasil penulis temukan, ada dua konteks komunikasi budaya tinggi yang menyasar kepada bentuk ritual dan konteks komunikasi budaya tinggi lainnya menyasar kepada bentuk komunikasi tidak langsung (indirect communication). 

Enam konteks komunikasi budaya tinggi itu bisa dilihat dari beberapa fenomena komunikasi yang terjadi dalam film tersebut. Dalam film tersebut, ada sebuah adegan yang menggambarkan tentang ketidakhadiran dari sosok sang abah yang diharapkan Euis untuk datang ke acara perlombaan dance-nya. Dalam cuplikan tersebut, abah sedang berbicara dengan emak dan seolah menyampaikan basa-basinya seperti sedang ada banyak pekerjaan di kantor yang membuatnya tidak sempat untuk menyaksikan perlombaan dance putrinya Euis.

Setelah kejadian itu, abah pun meminta maaf kepada Euis dan kemudian berjanji untuk hadir ke acara ulangtahun Euis yang ke-13. Disini penulis menangkap dan membuktikan bahwa janji yang dibuat oleh abah adalah sebuah bentuk basa-basi abah untuk menyenangkan hati Euis. Pada akhirnya, Abah tidak bisa datang ke acara ulang tahun Euis.

Bentuk konteks budaya komunikasi tinggi itu juga ditunjukkan dengan tindakan Abah yang menyampaikan bahwa liburan sekolah Euis dan Ara kali ini akan berkunjung ke tempat Aki. Padahal, Abah disitu sebetulnya berbohong dan bermaksud untuk membawa mereka tinggal selamanya disana namun dengan adanya iming-iming liburan sekolah ke rumah Aki.

Dalam cuplikan yang lain, Abah kembali menunjukkan bentuk konteks budaya komunikasi tingginya saat Ara (anak Abah yang paling kecil) bertanya kepada Abah soal peran dalam pentas drama anaknya yang memerankan peran pohon cemara. Disitu Abah menyampaikan alasannya yang berbelit bahwa memerankan karakter dari pohon cemara adalah suatu hal yang bagus dan baik. Namun, kenyataannya adalah keluarga dari Abah saat itu sedang mengalami kesulitan ekonomi yang akhirnya berimbas pada ketidakmampuan mereka untuk membeli kostum tuan putri bagi Ara sehingga Abah kemudian membuat alasan demikian.


Salah satu cuplikan dalam film Keluarga Cemara 1 saat makan bersama | aline.id
Salah satu cuplikan dalam film Keluarga Cemara 1 saat makan bersama | aline.id

Bentuk konteks budaya komunikasi tinggi itu pun juga masih ada banyak dalam tayangan film tersebut. Saat adegan Euis marah-marah kepada Abah, Euis saat itu sedang mengalami haid. Alhasil, Euis berubah menjadi orang yang lebih emosional dan marah-marah kepada Abahnya. Kemudian, Emak mencoba menenangkan Euis dan kemudian Euis berkata dalam film itu bahwa "pantesan emak suka marah-marah ya kalau lagi mens". Mengetahui hal tersebut, Emak berbohong membuat alasan bahwa dirinya tidak pernah marah-marah ketika sedang dilanda haid. Adapun juga cuplikan yang menampilkan bentuk dari konteks budaya komunikasi tinggi yang dilakukan oleh Euis.

Dalam cuplikan tersebut, Euis tampak beralasan tidak bisa lebih lama lagi bersama teman-teman SMP-Nya dahulu dikamar hotel dan tidak bisa menyaksikan acra perlombaan dance teman-temannya karena ada ujian pada esok hari. Pada cuplikan tersebut, terlihat Euis melakukan hal tersebut karena sudah tidak merasa nyaman dengan teman-teman SMP-Nya dahulu. Euis juga takut untuk kembali ditegur oleh Abah dan Emak karena telah pergi ke kota Bogor tanpa seizin dan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dalam film tersebut, terdapat dua buah cuplikan yang menggambarkan akan kegiatan perjamuan makan dengan mengundang orang-orang sekitar. 

Cuplikan yang pertama merujuk pada bentuk syukuran atas penyambutan orang baru yang tinggal disebuah wilayah dan cuplikan yang kedua merujuk pada strategi yang dilakukan oleh keluarga Abah untuk membujuk Ceu Salma untuk tidak menjual rumahnya. Bentuk fenomena tersebut bisa dikatakan masuk kedalam konteks budaya komunikasi tinggi karena menekankan aspek ritual didalamnya.

Ritual sendiri menurut Mulyana (2008: 27-28) adalah sebuah bentuk komunikasi yang ekspresif karena ritual merupakan sebuah kegiatan yang hanya bisa dilakukan secara kolektif. Fungsi ritual selalu dilakukan oleh setiap orang yang menganut budaya komunikasi konteks tinggi karena ritual pada dasarnya juga merupakan suatu bentuk komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan sebuah masyarakat. Ritual menciptakan tata tertib (a sense of order) dalam dunia yang tampaknya kacau balau. Ritual disatu sisi juga memberikan rasa nyaman akan keteramalan (a sense of predictability) (Mulyana, 2008: 30).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun