Mohon tunggu...
Mawa Nahra
Mawa Nahra Mohon Tunggu... Penulis - Direktur di PT Minyak gas dan bumi Alias depot bensin eceran

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Saatnya Kantor Kepala Desa Jadi Tempat Belajar Bahasa Galela

13 Maret 2023   19:52 Diperbarui: 13 Maret 2023   20:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Kalau pasar tradisional terlihat lesu, tidak bersemangat, mukanya berminyak, banyak jerawat, dan karena itulah ia kalah bersaing dengan pasar modern yang wajahnya glowing maksimal. Pemerintah merasa perlu merevitalisasi pasar tradisional agar ia kembali memiliki wajah berseri-seri. Kalau BUMDes terlihat terbengkalai, direktur merangkap sekertaris dan bendahara, tata kerjanya tidak becus, tidak mendongkrak kebangkitan ekonomi bagi warga desa. Pemerintah merasa perlu dilakukan revitalisasi BUMDes.

Lantas, jenis tumbuhan apakah revitalisasi ini ? yang jelas, ia bukan jenis tumbuhan manapun dimuka bumi, melainkan suatu cara atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali, wajah pasar tradisional jadi makin glowing, BUMDesnya juga makin semangat bertahan hidup karena telah direvitalisasi.

Setali tiga uang, Badan bahasa Maluku Utara baru-baru ini melaksanakan rapat koordinasi revitalisasi bahasa daerah Maluku Utara seperti yang diberitakan HalmaheraPost 7 Maret 2023, terbaca disana kalau berdasarkan data kebinekaan bahasa dan sastra tahun 2020, bahasa Galela masuk dalam kategori mengalami kemunduran. Apa maksudnya kategori mengalami kemunduran ? Jadi, badan pengembangan dan pembinaan bahasa yang merawat bahasa seperti anak sendiri ini, mengategorikan status bahasa daerah Indonesia menjadi kategori aman, rentan, mengalami kemunduran, terancam punah, kritis dan punah.

bahasa galela menurut kantor bahasa malut sedang duduk manis di status mengalami kemunduran, artinya sebagian penutur anak-anak dan kaum tua seperti om Muhlis dan om Udin tidak lagi menggunakan bahasa Galela. (tidak penting siapa ini om Muhlis deng om Udin). 

Saya sendiri, tidak ingat kapan tepatnya saya tergerak menggunakan bahasa Galela dalam percakapan sehari-hari, itu terjadi begitu saja tanpa dipelajari. Maklum saja, lingkungan saya cukup banyak memberi asupan kosakata bahasa Galela yang saya kuasai seiring berjalannya waktu, kendati demikian, ibarat celana levi's, beberapa orang menerangkan kalau bahasa galela yang saya gunakan hari ini bukan bahasa galela asli, entahlah yang asli bentuknya seperti apa saya juga tidak pernah diajari.

Terlepas dari asli atau tidaknya, lingkungan bagi saya sangat berperan penting dalam membentuk penutur muda bahasa Galela, akan sangat bijak bestari jika kita menjadikan kantor kepala desa sebagai pusat belajar bahasa galela di hari libur berkantor, apakah tidak mengganggu aktivitas pemerintah desa ? yang jelas tidak, kalaupun ada kepala desa yang merasa terganggu dengan aktivitas belajar tersebut, isi kepala pemerintah desanya mungkin hanya pencairan dana desa, tapi sejauh ini saya belum menemukan kepala desa digalela seperti demikian. karena cenderung bisa diajak bekerja sama, utamanya dalam mengagas pusat belajar bahasa galela dikantor kepala desa.

lalu siapa penggeraknya ?  kalau bisa sih anya geraldine, cuman karena berhubung anya sibuk syuting sinetron. Jadi penggeraknya bisa pemerintah desa;komunitas penutur;organisasi pemuda;orang tua; maupun komunitas literasi. Meskipun harus diakui, tidak mudah melakukan ini karena diperlukan keikhlasan dalam membina regenerasi penutur bahasa galela.

jika kita merasa bahasa galela baik-baik saja,kita tidak perlu bersusah payah membiasakan bahasa galela pada penutur muda, tapi jika kita merasa bahwa bahasa galela sudah hampir menghembuskan nafas terakhirnya, maka senantiasa menjadi tugas kita bersama. Poma sou.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun