Sejak 2019 lalu, direktorat jenderal kebudayaan kemdikbud RI Membuka peluang untuk keterlibatan anak muda dalam Pemajuan kebudayaan. Saya yang waktu itu sedang stalking instagram kemudian melihat peluang itu cukup baik dan ikut seleksi dengan teman-teman di 34 provinsi lainnya. Setelah menulis dan mengikuti seluruh rangkaian saya di konfirmasi via telepon oleh pihak panitia dan dinyatakan lolos mewakili provinsi Maluku Utara dalam kegiatan tersebut.
 Dua hari kemudian, salah satu panitia menelpon saya dan mengirimkan tiket pesawat untuk menghadiri agendanya di salah satu hotel dilokasi  Taman mini indonesia indah (lokasi yang Pembangunannya pernah ditantang oleh kalangan seniman dan intelektual seperti WS Rendra, Arief budiman dan mokchtar lubis ikut tergabung dalam aksi protes tersebut.Kompas.com ) sesampainya disitu, saya melaungkan waktu untuk pergi ke miniatur rumah adat Sasadu di TMII dan melanjutkan perjalanan untuk mengikuti kegiatan Selama tiga hari. Meskipun sudah 2021, kami terus diundang hingga beberapa kali untuk memberikan pikiran dan melihat seberapa jauh agenda pemajuan kebudayaan dan penyebaran informasi warisan budaya sampai ke mata masyatakatÂ
Tak sekedar pengetahuan
      Kami dikumpulkan dari 28 povinsi karena sebagian belum sempat meluangkan waktu untuk hadir dan belum tersaring. Intinya adalah didalam pertemuan ini kami berdiskusi untuk memanfaatkan media sosial Guna menyebar luaskan warisan budaya tak benda dan cagar budaya di Provinsi masing-masing. kami melihat bahwa media sosial akhir-akhir ini menjadi dekat dikalangan anak muda, apa salahnya kalau media ini dimanfaatkan sebagai ruang memberikan edukasi dan saling transfer energi positif terkait pemajuan kebudayaan.  Bagi saya selain mendapatkan pengetahuan. Saya bertemu dengan anak-anak muda kreatif dari berbagai provinsi, belajar bersama, tukar ide, dan memperkenalkan ciri khas daerah masing-masing membuat saya merasa beruntung bisa terpilih mewakili provinsi maluku utara.
 Secara pribadi saya sadar bahwa perubahan bisa diciptakan dengan kolaborasi berbagai disiplin ilmu. Disatu sisi kami bersepakat untuk tetap berada pada garis yang harus kami lakukan dan tak selamanya memuji ditjen kebudayaan karena telah memfasilitasi kami. Kami tetap mengkritisi kebijakan yang di rasa tak sesuai.Â
Diberikan kesempatan bertemu dengan penulis buku, sastrawan, duta kuliner dan berbagai macam basic keahlian masing-masing yang notabenenya adalah anak muda. Kami sepakat untuk terus berjejaring dalam merawat gagasan ditingkat provinsi semoga ikhtiar ini terus terjaga meskipun tak difasilitasi Pemerintah
Waullahu alam bisawab