Mohon tunggu...
Athifah Hasnamahirah
Athifah Hasnamahirah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Hai! it's me thifa:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Seperti Apakah Belajar ala Millenial?

1 Januari 2022   16:05 Diperbarui: 1 Januari 2022   16:16 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya yakin, hampir semua dari kita sudah sangat tahu dan tidak asing dengan kata 'generasi milenial'. Menurut laporan dari penelitian yang sempat dilakukan oleh Pew Research ditemukan fakta bahwa milenial adalah kelompok demografis terbesar yang pernah ada bahkan populasi generasi milenial mengalahkan populasi dari Baby Boomers.

Selain dari segi populasi yang sangat banyak, ini juga mempunyai dampak yang besar bagi para professional sumber daya manusia yang berada di dunia kerja karena itu artinya kita perlu menjaga semangat belajar dan memacu diri untuk meningkatkan kualitas individu bagi seluruh generasi milenial di Indonesia.

Itulah salah satu alasan mengapa para pebisnis dan seluruh pejabat yang ahli dibidang SDM harus mulai membangun budaya pembelajaran yang baik di tempat kerja. Ini menjadi hal yang sangat penting untuk diperharikan karena kesempatan belajar bukan suatu kesenangan bagi kaum milenial, melainkan sebuah harapan bagi masa depan. Tidak hanya itu, dipredisksi bahwa beberapa tahun ke depan, para milenial akan menjadi penguasa dunia dengan menjadi pemimpin di dunia kerja, sehingga pembelajaran harus benar-benar diterapkan dengan baik.

Generasi muda milenial adalah mereka yang memiliki kacamata sendiri untuk menilai dan memandang suatu hal. Perkembangan teknologi membuat generasi milenial memiliki beberapa kebiasaan yang baru dan cenderung melakukan perubahan dari cara lama yang sudah biasa digunakan, contohnya adalah cara belajar.

Cara belajar kaum milenial sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga secara tidak langsung menjadi salah satu alasan utama mengapa generasi milenial dapat cepat beradaptasi dan berbeda dengan generasi sebelumnya.

Mengganti cara mencatat manual di kertas dengan memfoto atau menuliskan di notes gadget adalah salah satu perbedaan generasi milenial. Mencatat menjadi kegiatan yang semakin lama semakin jarang dilakukan, kecuali juga mentor atau guru yang mengajar mewajibkan untuk mencatat atau ada peraturan yang melarang membawa gadget ke sarana pembelajaran.

Diskusi atau meeting yang biasanya dilakukan secara luring atau tatap muka, karena kecanggihan teknologi kini berganti menjadi via daring atau dirumah masing-masing. Apalagi semenjak adanya pandemi, yang mewajibkan seluruh masyarakat untuk tetap dirumah demi menekan angka kejadian COVID-19. 

Tugas kelompok, diskusi, meeting dan lain lain sekarang cukup di lakukan dengan cara membuat grup untuk koordinasi, lalu untuk bertukar pikiran bisa dengan call grup atau menggunakan aplikasi meeting seperti Zoom dan Google Meet. Tugas atau laporan yang sudah selesai juga bisa dikirimkan melalui surat elektronik atau email.

Pada masa kini, generasi milenial tidak harus terpaku dengan buku atau dengan materi yang disampaikan oleh guru demi mendapatkan informasi atau ilmu. 

Pengembangan mesin telusur kini semakin pesat dan sangat membant generasi muda untuk mencari informasi. Banyak sekali e-book atau jurnal yang bisa di akses menggunakan mesin telusur. Tetapi banyak juga informasi yang tidak benar atau hoax, sehingga harus hati-hati dalam memilih sumber.

Namun terkadang dengan membaca saja dirasa tidak cukup dan masih membingungkan. Oleh karena itu banyak developer yag mengembangkan teknologi berbasis audio visual yang membantu menjelaskan kepada generasi milenial agar tidak menimbulkan multipersepsi. 

Banyak juga video tutorial yang juga membantu dalam pengerjaan tugas dan membuat generasi milenial merasa 'berinteraksi' dengan pemateri yang ada di video.

Langkah awal yang dapat dilakukan untuk membangun budaya pembelajaran di tempat kerja adalah dengan mengenali masing-masing karakteristik generasi milenial. Meskipun banyak yang sering menganggap sebelah mata kinerja generasi milenial di dunia kerja, tetapi mereka juga bisa membuktikan bahwa mereka mampu dan kompeten.

Selanjutnya bisa dilakukan identifikasi kemampuan individu para milenial, maka yang dilakukan adalah menetapkan budaya pembelajara yang inisiatif strategis. Hal ini dilakukan agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. 

Perlu didiskusikan jenis pembelajaran dan ketereampilan apa saja yang dibutuhkan untuk menyokong strategi perusahaan di dunia kerja. Selain itu juga harus pintar dalam melihat dan mengambil semua peluang pembelajaran demi mencapai target yang sudah ditetapkan.

Adanya pembelajaran juga harus didukung dengan adanya praktik akan ilmu-ilmu yang diajarkan pada setiap proses pembelajaran. Dalam hal ini, para atasan memerlukan pelatihan untuk bekerja secara harmonis dengan generasi milenial dan mencapai hasil yang diinginkan bersama sama. 

Pujian, penilaian positif, serta dukungan dan semangat sangat ampuh untuk 'membakar' semangat generasi milenial dan berusaha untuk mencapai target yang diberikan.

Tanggung jawab. Jika suatu proses dilalui tanpa adanya rasa tanggung jawab dari masing-masing individu, maka hasilnya akan minimal bahkan cenderung nihil. Sama seperti proses pembelajaran lainnya, pembelajaran yang dilalui oleh para generasi milenial sangat memerlukan adanya rasa tanggung jawab, bukan hanya diterapkan. 

Karena seluruh perbuatan atau kegiatan harus dipertanggungjawabkan. Para milenial harus mempertajam keterampilan yang mereka pelajari, ilmu baru yang telah mereka dapatkan dan terapkan, kemajuan apa yang sudah mereka hadirkan, dan masih banyak lagi.

Generasi milenial adalah generasi yang sangat berbeda dengan pendahulunya. Mereka cenderung memiliki pergerakan yang cepat dan pesat melebihi pendahulunya. Disinilah yang menjadi tantangan untuk mempertahankan SDM yang terbaik dan paling cerdas diantara seluruh milenial. 

Perlunya untuk memutar otak untuk mencari cara bagaimana untuk memenuhi keinginan para milenial dalam pengembangan karir, mengingat dalam waktu yang cenderung bersamaan juga harus membuka peluang belajar untuk generasi selanjutnya (Generasi X,Y,Z) di dalam kelompok kerja multi generasi saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun