Energi Bersih dan Terjangkau: Jalan Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Mengapa Energi Itu Penting?
Energi adalah pondasi kehidupan modern. Dari lampu di rumah, transportasi, hingga internet, semuanya tidak bisa berjalan tanpa energi. Tanpa listrik, anak-anak sulit belajar di malam hari, rumah sakit tidak bisa beroperasi dengan maksimal, dan ekonomi lokal tidak bisa berkembang. Dengan kata lain, energi bukan hanya soal teknis, tetapi juga erat kaitannya dengan kualitas hidup masyarakat.
Sayangnya, sebagian besar energi dunia masih bergantung pada bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara. Energi jenis ini memang murah dalam jangka pendek, tetapi menghasilkan polusi yang memperparah pemanasan global. Karena itu, PBB menetapkan Sustainable Development Goal (SDG) 7: Energi Bersih dan Terjangkau agar setiap orang dapat menikmati energi modern yang ramah lingkungan dan adil (Estevao, 2023).
Kondisi Global Saat Ini
Menurut laporan Tracking SDG7 tahun 2024, sekitar 92% populasi dunia sudah menikmati akses listrik. Namun, masih ada 666 juta orang yang hidup dalam kegelapan, mayoritas berada di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan (Rahayu, 2025).
Selain listrik, masalah lain adalah energi untuk memasak. Data terbaru menunjukkan 2,3 miliar orang masih menggunakan kayu bakar, arang, atau kotoran hewan sebagai sumber energi utama. Hal ini berbahaya karena asap dari bahan bakar tersebut menimbulkan penyakit pernapasan serius, terutama pada perempuan dan anak-anak (Sari, n.d.). Dari sisi lingkungan, praktik ini mempercepat deforestasi dan menambah emisi karbon yang memperburuk krisis iklim.
Kabar baiknya, energi terbarukan seperti surya, angin, dan air mulai berkembang pesat di beberapa negara. Norwegia, misalnya, sudah hampir 95% listriknya berasal dari energi terbarukan. Namun, secara global, porsi energi terbarukan dalam bauran energi dunia masih sekitar 17,9% pada 2022, sehingga masih jauh dari cukup untuk menggantikan dominasi energi fosil (Estevao, 2023).
Tantangan yang Dihadapi
Ada sejumlah tantangan utama dalam mencapai SDG 7. Pertama, biaya investasi untuk membangun pembangkit energi terbarukan masih tinggi. Negara berkembang sering kali lebih memilih energi fosil karena lebih cepat dan murah meski dampaknya buruk (Estevao, 2023).
Kedua, keterbatasan infrastruktur masih menjadi hambatan besar. Di banyak daerah pedesaan, jaringan listrik belum menjangkau seluruh wilayah. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara masyarakat kota dan desa.