Ternyata Sapaan itu Membahagiakan Orang
Pembelajaran tatap muka di sekolahku sudah dilaksanakan sejak pertengahan Maret lalu. Saat ini murid-murid mengikuti aturan baru sehubungan dengan protokol kesehatan yang berlaku. Memakai masker sudah menjadi kebiasaan mereka. Mencuci tangan juga mereka lakukan sebelum masuk kelas. Yang sulit dilakukan adalah menjaga jarak.Â
Meskipun tempat duduk sudah diatur supaya tidak berdekatan tetapi pada saat-saat tertentu mereka lupa akan hal itu. Ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada anak-anak, terkadang orang dewasa juga melakukan hal ini.
Pembelajaran tatap muka bisa membantu mengurangi masalah yang dihadapi para guru dan murid. Memang tidak semua masalah bisa diatasi dengan pertemuan murid dan guru di dalam kelas. Masih ada juga kendala karena terbatasnya waktu pertemuan dalam pembelajaran. Lamanya pembelajaran di kelas tak seperti dulu lagi.
Suatu hari di saat istirahat seorang anak dari kelas lain menyapa diriku. Ia menanyakan kabarku. Sangat biasa sih, tetapi menjadi luar biasa karena yang melakukan seorang laki-laki kecil berusia 8 tahun. Ia ingin mencium tanganku seperti dulu ia sering lakukan. Akan tetapi hanya kusorongkan siku untuk beradu siku dengannya.
"Sudah makan Bu?"
"Belum."
"Makanlah dulu Bu, anak-anak kan istirahat."
"Okelah, Ibu akan makan."
Pada saat pulang sekolah sekali lagi anak itu mampir di kelasku. Saat itu saya masih berkemas-kemas membereskan buku-buku dan perlengkapan mengajar. Sapaan anak itu datang lagi.
"Sudah jadi makan Bu?"