Dilema Pengangguran dan Tantangan Produktivitas pada Usia Kerja
"Hanya satu pilihan yang kami punya: Bertahan hidup, atau mati tenggelam" demikian kalimat yang pernah keluar dari mulut seorang sahabat ketika dirinya harus kehilangan pekerjaan --- bukan hanya tentang kehilang penghasilan, namun juga tentang rutinitas hidup, harga diri, dan masa depan.
Fakta Pengangguran di Indonesia
Dilansir dari salah satu media online tempo.com menuliskan satu realitas yang terjadi dalam kehidupan sosial yang ada di masyarakat terkait dengan kenaikan angka pengangguran di Indonesia.
Menurut laporan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 mencatat bahwa jumlah pengangguran terbuka mencapai angka 7,28 juta orang. Dari angka ini mengalami kenaikan sekitar 83.000 orang dibanding dengan tahun sebelumnya.
Ironisnya, kelompok usia produksi muda (15-24 tahun) justru menempati tingkat tertinggi dalam statistik pengangguran terbuka di Indonesia. Padahal mereka merupakan generasi yang secara fisik, mental, mau pun intelektual berada di posisi yang lebih siap untuk bekerja.
Realitas Pasar Kerja yang Tersedia
Di setiap tahunnya Indonesia akan melahirkan jutaan angkatan tenaga kerja baru --- baik dari SMA/ SMK mau pun perguruan tinggi. Hal ini merupakan fakta, sehingga terjadilah persaingan ketat di antara mereka untuk masuk ke pasar kerja.
Sedangkan kondisi pasar kerja yang ada di lapangan, belum mampu menyerap tenaga kerja secara proporsional. Â Sehingga banyak dari antara mereka harus menghadapi situasi, bahwa jumlah lowongan kerja jauh lebih sedikit daripada jumlah pelamar yang membutuhkan pekerjaan.
Kondisi ini semakin membuat parah keadaan mereka, ketika mereka tidak memiliki atau minim keterampilan yang dibutuhkan lapangan, di luar ijazah formal yang mereka punya.
Ketatnya Persaingan dan Sempitnya Peluang
Persaingan untuk masuk ke perusahaan-perusahaan pun semakin ketat, karena mereka lebih mengutamakan dan memilih tenaga kerja yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman bersertifikat dari keterampilan tertentu sebagai tambahannya.
Hal ini mengakibatkan, banyaknya lulusan baru yang terjebak dalam status sebagai pengangguran dalam waktu yang cukup lama, Â karena alasan sistem yang ada, belum cukup beradaptasi untuk menampung energi dan potensi generasi muda yang berlimpah ini.
Baca juga:Â Perpisahan dan Wisuda Sekolah: Bukan Sekadar Gaun dan Panggung Mewah