Mohon tunggu...
Theresia RE Manurung
Theresia RE Manurung Mohon Tunggu... Mahasiswa - A simple binoculars

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pahit Jauh Lebih Manis

13 April 2021   00:52 Diperbarui: 13 April 2021   01:33 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seperti yang kita ketahui, makanan – makanan seperti gula, cokelat, gulali, permen adalah makanan yang mengandung rasa manis. Kebanyakan dari kita pasti lah menyukai manisnya, dan bahkan menjadikannya sebagai makanan kesukaan kita. Tidak heran jika manisnya membuat kita tidak sanggup untuk berhenti mengkonsumsinya.

Yang namanya makanan kesukaan pasti akan lebih sering kita konsumsi, hingga rasa manisnya sudah melekat pada indera pengecap kita, yaitu lidah. Opss… tetapi ada kata “cukup” yang mengingatkan kita pada sifat jahat yang dimiliki si manis ini, yaitu kebiasaannya yang dapat mendatangkan penyakit, salah satunya “Diabetes”. Bagaikan lampu merah yang tiba-tiba hadir di depan kita, yang menyuruh kita untuk berhenti mengkomsumsi si manis itu. Yupss… karena segala sesuatu yang berlebih itu tidaklah baik. Ada kalanya, kita harus berpisah dari yang manis. Belajar untuk berpaut pada rasa yang lain, seperti asem, asin, pedas dan bahkan pahit.

Haaaaah….
Kenapa harus begitu, ya? Coba kita pikirkan sejenak. Seakan-akan hidup kita tidak pernah bisa bebas merasakan kehidupan ini sepenuhnya.

Bicara tentang hal-hal yang berlebihan bukan hanya berlaku pada rasa manis saja. Kalau rasa manis berujung diabetes, asam berujung asam urat, asin jadi darting alias darah tinggi, suka pedas punnn jadi maag (gastritis). Pahit? Nah… tidak selamanya kepahitan menjadi simbol keburukan. Beberapa media literatur ada yang menyatakan, rasa pahit dapat memberikan kebaikan. Adapun beberapa manfaat dari mengkonsumsi makanan yang mengandung rasa pahit, yaitu:

1. Mengurangi ketagihan pada gula (mencegah kecanduan gula)

2. Membantu reseptor lidah untuk memproduksi enzim

3. Membantu menghilangkan racun dari lever kita

4. Mengandung nutrisi yang lebih baik, seperti vitamin A, C, K dan mineral

5. Dapat membantu melawan radikal bebas dalam tubuh seperti kanker dan penyakit saraf lainnya.

Sama halnya dengan kehidupan kita. Siapa sih yang tidak berharap memiliki kehidupan yang manis, yang dapat kita defenisikan sebagai hidup dalam kebahagian? Lepas dari penderitaan, kesedihan, kebodohan, juga sakit penyakit. Tetapi kadang kala, kita harus merasakan rasa hidup yang lain, bahkan menjadi penyuka rasa pahit, yang berarti kita sudah kebal dengan berbagai kepedihan hidup. Karena kepahitan, dapat menjadi guru yang sejati dalam hidup kita. Seperti pepatah yang mengatakan

“Bersakit – sakit dahulu, bersenang – senang kemudian.”

Apakah mungkin mengawali kesenangan dengan sakit? Mungkin itu yang menjadi pemikiran kita sehingga banyak sekali orang – orang yang memilih untuk hidup senang. Tetapi, hal itu justru membuat kita lupa, bahwa hidup kita seperti roda yang digayuh atau jarum jam yang berputar, yang menunjukkan bahwa posisi kita dapat di atas, tetapi di gayuhan selanjutnya, atau di detik – detik selanjutnya, kita sudah di posisi tengah, dan kemudian akan benar-benar jatuh di bawah.

Bagaimana? Apakah kita sanggup? Harus sanggup! Tetapi banyak juga yang tidak sanggup karena berpikiran bahwa penderitaan yang dialaminnya sangat berat, dan memilih untuk mengakhirinya. Miris bukan?  Orang-orang yang putus asa, terkadang memang menjadi seperti orang buta, yang tidak bisa lagi melihat cerahnya dunia kedepannya. Melihat masih banyaknya orang – orang yang lebih menderita darinya, seperti tunanetra. Tidak malukah kita? Mereka yang tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa berbicara, dan bahkan dari kecil, justru mereka yang memiliki antusias hidup lebih besar daripada kita yang telah mendapatkan hal yang lebih baik dari mereka.

Pahit, memanglah rasa yang tidak enak. Tetapi apabila hidup kita belajar mencintainya, pasti akan memberikan rasa manis yang lebih mengesankan daripada rasa manis yang terus menerus telah kita rasakan. Juga akan lebih tidak enak jika tibat-tiba kemanisan itu berubah menjadi kepahitan. Bersyukur dalam segala hal, merupakan keywordnya. Syukur akan menjadi timbangan kita untuk mengetahui makna cukup sesungguhnya. Selain itu, dapatkah kita rasakan pula, bahwa ketika kita bersyukur akan menjadi multinutrisi bagi kita dalam menghadapi sakitnya kehidupan ini.

Oleh sebab itu, jadikan hidupmu manis melalui kepahitan yang senantiasa dinikmati disetiap waktu, tempat, dan situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun