Beberapa waktu lalu tersiar kabar tidak mengenakan telah menimpa Student Indonesia di Jerman. Mereka tertipu bukannya magang atau praktikum tetapi bekerja kasar dan mendapat perlakuan buruk.
Sebagai Kompasianer yang tinggal di Jerman rasanya kok tidak enak kalau tidak menulis dan menanggapi situasi tersebut.
Kasihan, sedih, marah dan jengkel mendengar berita tersebut.
Di sini saya ingin menanggapi dan menuliskan pendapat saya mengapa hal tersebut sampai terjadi.
Situasi tenaga kerja di Jerman
Saat ini Jerman setiap tahunnya membutuhkan tenaga kerja asing dan pendatang setiap tahunnya sekitar 400 ribu, menurut Tagesspiegel.
Lebih dari satu juta lowongan tidak terisi. Terutama kekurangan insinyur, teckniker, elektriker, tenaga pertukangan, perawat, hotel, gastronomi, pekerja di bidang pertanian dan banyak lagi.
Hal tersebut disebabkan karena angka kelahiran di Jerman terus menurun, sehingga jumlah orang muda semakin sedikit.
Sedangkan orang muda yang ada tidak mau mengisi lowongan-lowongan tersebut. Mereka memilih kuliah atau mengisi pekerjaan lain yang tidak membutuhkan tenaga fisik.
Untuk itu banyak didatangkan dari luar Jerman. Pada awalnya izin kerja hanya untuk pekerja dari negara EU, sekarang lebih diperlonggar lagi yang bukan hanya dari negara EU saja, tetap seperti Indonesia juga bisa.
Sering saya mendengar dan menyaksikan di televisi dan media-media lain, banyak perawat, anak muda untuk Ausbildung atau magang di Restaurant dan perusahaan-perusahaan yang direkrut dari Indonesia.
Saya mendengar tenaga kerja dari Indonesia sangat disukai karena rajin, tidak mudah mengeluh, mau belajar dan mudah berintegrasi.
Dari banyak agen-agen penyalur pasti banyak yang tidak serius seperti yang terjadi dan menimpa student Indonesia baru-baru ini.
Terlepas dari student yang tidak beruntung tersebut banyak juga kisah sukses dari orang-orang di sekitar saya.
Hampir semua kisah sukses dari anak-anak muda di sekitar saya mereka dari awal sudah belajar dan mengerti bahasa Jerman.
Jadi paling tidak mengerti apa isi perjanjian kontrak kerja sebelum ditanda tangani.
Contoh pertama:
Kisah Nina Aupair Maedchen
Nina, keponakanku bukan nama sebenarnya. Sejak SMA sudah belajar bahasa Jerman. Selain di sekolahnya menerima pelajaran bahasa Jerman, masih ikut kursus di Goethe Institut. Jadi mereka sudah sedikit mengerti bahasa Jerman.
Nina menyelesaikan S1 di UI, setelah selesai S1 baru ke Jerman. Nina mendaftar sebagai Aupair Maedschen. Setahu saya sebagai Aupair usianya tidak boleh lebih dari 30 tahun dan mendapatkan ijin kerja hanya 1 tahun.
Sebagai Aupair mendapatkan kamar sebagai tempat tinggal, sedikit uang saku dan berkesempatan ikut Kursus bahasa Jerman di Volkshochschule.
Volkshochschule merupakan lembaga pendidikan nonformal milik pemerintah Jerman.Â
Saat ini Nina tidak sebagai Aupair lagi. Nina telah menyelesaikan S2 dan S3nya dan bekerja di suatu perusahaan di Berlin.
Kisah Irwan AusbildungÂ
Kisah ke dua si Irwan. Irwan datang ke Jerman untuk studi.
Dari Indonesia bila berkeinginan studi harus memiliki Visa studi dan harus ada tanda di terima di suatu Universitas.
Bisa juga mendaftarkan belajar bahasa Jerman dan diterima di suatu kursus bahasa. Syarat studi di Jerman harus lulus C1.
Jenjang kursus bahasa Jerman, A1, A2, B1, B2, C1 dan C2.
Irwan datang ke Jerman untuk kursus bahasa, sebelum masuk universitas. Setelah selah kursus bahasa mendaftar Studienkolleg. Studienkolleg suatu persamaan lulusan SMA di luar Jerman dengan Abitur. Abitur merupakan ujian kelulusan Gymnasium atau SMA di Jerman.
Setelah dipikir-pikir toh Irwan tidak studi tetapi mengambil Aubildung atau semacam program diploma.. Sekarang Irwan telah menyelesaikan Ausbildungnya sebagai Zahntechniker atau teknik gigi.
Irwan yang rajin, pintar dan sopan mendapat pujian dari chef-nya dan pemilik perusahaannya. Saat ini baru terpikir apakah mau membeli perusahaan chef-nya, karena anak-anak dari chef-nya tidak mau meneruskan perusahaan papanya.
Kesimpulannya bila benar-benar ingin kuliah, belajar dan magang di Jerman syarat utamanya harus bisa berbahasa Jerman, karena bahasa pengantar di Berufschule, sekolah khusus untuk bekerja berbahasa Jerman.
Praktikum atau Magang
Anakku Michael saat ini sedang magang atau praktikum. Setelah menyelesaikan S1 Michael magang atau Praktikum sebelum menyelesaikan S2nya.
Karena kami tinggal di Jerman, mendapatkan tempat magang di Swiss sudah di luar negeri untuk kami.
Michael bercerita kalau perusahaan-perusahaan tersebut datang ke universitasnya mengadakan Event-event dan mencari student untuk magang di perusahaan tersebut.
Selain mendaftar dan mengikuti event, biasanya perusahaan mengadakan test untuk menyaring mahasiswa yang nantinya diterima untuk praktikum. Materi test, test tertulis dan wawancara.
Tentu saja, Michael juga mengirimkan lamaran ke banyak bank untuk mendapat tempat magang atau praktikum. Dari pengalaman mencari, melamar banyak yang tidak menjawab, banyak juga yang memanggil untuk wawancara.Â
Dari pengalaman tersebut banyak yang menerima dan banyak yang menolak.
Sudah beberapa kesempatan magang diikuti Michael, baik itu di Jerman atau di Swiss.
Hubungan dan komunikasi yang baik dengan alumni tempat kuliah dulu, teman-teman saat bertemu di tempat magang juga amat membantu.
Kadang mereka saling memberikan informasi tentang bahan test yang akan di berikan.Â
Pernah mendapatkan tempat magang karena referensi dari teman kuliah dulu yang magang di bank tempat dia magang.
Biasanya, dari pihak bank atau perusahaan akan meminta kepada student tersebut untuk menyampaikan pada teman-teman universitasnya yang ingin magang juga.Â
Pada saat magang atau praktikum ini, student juga mendapatkan uang saku yang cukup untuk sewa kamar yang tidak jauh dari tempat magang , biaya hidup ukuran mahasiswa dan menabung untuk berlibur.
Berlibur penting juga karena saat magang juga benar-benar bekerja dan keras juga. Kadang kalau hampir deadline hari minggu pun harus masuk kerja.
Ferienjob, Studentenjob
Student Indonesia yang tertipu beberapa saat lalu, bukan Ausbildung tetapi Ferienjob. Ferienjob, merupakan kerja sampingan yang dilakukan semasa liburan. Ferien artinya liburan, Job artinya pekerjaan.
Studen di Jerman biasa menggunakan waktu liburannya untuk mencari uang. Pekerjaan yang di tawarkan biasanya pekerjaan yang kasar dan tidak ringan.
Misalnya di bidang pertanian. Saat ini musim Asparagus. Pekerjaan memetik Asparagus sangat berat. Harus membungkuk dan tidak ada mesin.
Asparagus muda ada di bawah gundukan tanah. Gundukan tanah disingkirkan asparagus dipotong dengan pisau kusus pemotong asparagus.
Pekerjaan lain yang biasa dilakukan Mahasiswa, misalnya sebagai Kellner, Kellnerin atau pelayan di restaurant.
Membongkar pasokan di toko, supermarket bahan makanan atau supermarket bahan bangunan.
Ada suatu cerita, adikku sepupu yang juga student melamar bekerja di saat liburannya di suatu supermarket bahan bangunan.
Adikku diminta mengangkat kloset. Melihat cara mengangkatnya, langsung tidak diterima.
Mungkin pintar di uni tetapi bukan jaminan memiliki kecakapan dan tenaga di pekerjaan kasar di Ferienjob.Â
Bekerja di Ferienjob, bekerja paling tidak 8 jam per hari dan 30 menit istirahat. Bagi orang muda yang belum 18 tahun harus mendapatkan istirahat 1 jam. Gaji sekitar 12-15 Euro per jam.
Karena Ferienjob untuk Student, student hanya boleh bekerja dalam satu tahun 50 jam.Dalam satu bulan tidak boleh lebih dari 520 Euro.Â
Bila lebih dari 520 Euro terkena pajak. Tidak enak juga kalau terlalu banyak bekerja dan gajinya melampaui 520 Euro tunjangan anak atau Kindergeld yang 250 Euro per bulan bisa dicabut.Â
Inilah sekelumit tentang magang dan Ferienjob di Jerman.
Semoga student Indonesia lebih hati-hati untuk mencari tempat magang dan pengalaman kerja saat liburan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H