Mohon tunggu...
Thera Dwi Kurnia
Thera Dwi Kurnia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Can u see me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hold On

16 Juni 2021   10:11 Diperbarui: 16 Juni 2021   10:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

By : Thera Dwi Kurnia

Ketika cahaya bersinar, menembus celah-celah kecil jendela. Udara sejuk menyentuh hingga ke raga. Wuss.. hembusan angin pagi itu terdengar mendesah berirama di  telinga. Mata yang awalnya terpejam, kini terbuka nyata. Terbitnya sang surya ibarat munculnya benih semangat baru.  Hari ini adalah hari senin, hari yang begitu sibuk bagi semua orang.

Tara Kaluna. Senyuman tergambar di bibir mungilnya. Dengan langkah gontai berjalan menuju gerbang sekolah.  "Taraa..." suara cempreng itu mengagetkan Tara. Dia adalah Iris Drisana, teman dekat Tara sejak pertama menginjak bangku SMA. "Berisik banget sihh!" ketus  Tara. Iris hanya membalas omelan Tara dengan cengengesan.

Tara mengedarkan pandangannya saat memasuki halaman sekolah. Nihil, orang yang dia cari tidak nampak batang hidungnya. Suara riuh kelas 11 IPS 3 menjadi hal yang biasa bagi Tara. Dari yang telat mengerjakan tugas, tidak membawa atribut upacara, dan yang lebih parah berangkat terlambat. Padahal mereka tahu, setiap hari senin adalah hari yang lebih awal dari biasanya. Tetapi mereka selalu mengulanginya.

Tara diam, duduk di bangkunya. Matanya sibuk  memperhatikan teman-teman kelasnya yang lalu lalang. Barangkali orang yang dicarinya tiba-tiba muncul. Raga Tara memang ada di dalam kelas, tapi pikrannya sedang di luar. Tara mengintip arlojinya sesaat, jam sudah  menunjukkan pukul  06:30. 15 menit lagi upacara akan dimulai. Namun, orang yang ditunggunya tak kunjung datang.

"Kepada seluruh siswa SMA Bhakti silahkan bebaris sesuai kelasnya dilapangan. Sekarang !" suara Pak Edi menggema sampai ke penjuru sekolah. Itu tandanya upacara akan segera dimulai. Para siswa SMA Bhakti bergegas menuju lapangan. "Tar baris di depan aja yuk" ajak Iris dengan menggandeng tangan Tara. "Nggak ahh, didepan tuh gak bisa celingak-celinguk Ris". Iris hanya pasrah mengikuti langkah Tara. Tara bukan tipe siswa yang teladan, berbaris didepan dengan megikuti upacara yang khitmat itu bukan sifat Tara. Dia siswa biasa, cantik juga tidak. Gadis bertubuh mungil dengan rambut di gerai sepundak itu sangat berbanding terbalik dengan sahabatnya Iris. Iris memang jauh lebih cantik ketimbang dengan Tara. Namun, karena sifat Tara yang humoris dan friendly , Tara cukup terkenal di sekolahnya.

Pelajaran pertama di mulai. Tara masih saja mencari orang itu. "Mungkinkah dia sakit? Atau mungkin malas berangkat sekolah?" pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Tara. Kemudian Tara kembai fokus pada pelajarannya. Kemudian seorang laki-laki bertubuh jakun masuk dengan kepala tertunduk.

Dia adalah, Galen Zaferino. Entah kenapa di mata Tara, sifat humoris dan supelnya Galen begitu menarik menurutnya. Galen memang tampan. Tapi, banyak yang jauh lebih tampan dari Galen. Dan entah dari mana awalnya, Tara mengagumi seorang  Galen. Tingkah-tingkah konyol yang di lakukan Galen saat sedang bercanda dengan Tara  atau hanya sekedar membuat lelucon di depan kelas membuat Tara tersenyum lebar.

Namun, sejak kejadian itu. Tara dibuat terbang tinggi, kemudian di hempaskan begitu saja oleh Galen. Tara tahu sebuah fakta, bahwa selama ini Galen tak pernah membalas perasaannya. Tara tersenyum saat menatap Galen. Beberapa detik mata itu juga membalas tatapan Tara.

I thought that i've been hurt before

But no one's ever left me quite this sore

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun