Nada Yohan yang meninggi serta sebuah gebrakan di atas meja membuat Iqbal bergetar ketakutan. Tidak ada lagi kata -- kata yang keluar dari mulutnya selain ucapan bunyi nasal. Aku berpandang -- pandangan dengan Yohan. Sudah jelas bahwa Iqbal tidak punya apa -- apa untuk membela dirinya. Untuk saat ini semua bukti memberatkan dirinya. Oleh karena itu kami mempersilakannya untuk dibawa pergi, ditahan di dalam sel sementara waktu.
Aku keluar ruangan ketika Iqbal dibawa keluar, bertemu dengan Charles. Ia dan pak bos kepolisian memerhatikan dari jendela pengintai. Kami berdiskusi.
"Ia bukan pelakunya, kan?" tanya Charles.
"Pelaku dalam arti apa, Charles?"
Charles mengernyit, "Apa maksudmu, Kilesa? Tentu saja, pencurian."
"Dalam hal pencurian, belum pasti. Dalam hal pembunuhan, ia terlibat."
Charles terperangah. Ia meminta penjelasan. Akhirnya aku menyerah setelah ia merengek. "Sudahkah kau periksa handphonenya? Ia mengatakan tadi dia memiliki nomor telephone bosnya. Sebelum masuk ke dalam, aku memintamu untuk mengecek identitas si 'pak bos' ini. Sudah kau lakukan?"
Charles mengangguk. "Nomor telephonenya tidak bisa dihubungi, juga namanya tidak muncul di daftar pencarian orang. Kemungkinan besar 'pak bos' ini fiksi sama sekali, Kilesa."
"Sudah kuduga. 'Pak bos' itu mungkin tidak pernah ada, hanya merupakan karangan Iqbal semata. Itu akan kita pastikan sesaat lagi. Tentang Alvin, mungkin ia diracun sehingga ambruk di dalam bank. Lalu pada malam hari setelah dinyatakan meninggal, ia berpesan pada teman -- temannya untuk mencuri mayat Alvin dari rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari kejahatan utama."
Charles semakin mengernyit. "Tunggu dulu, Kilesa. Bukankah Alvin dinyatakan meninggal karena sakit jantung? Lagipula, bagaimana caranya ia bisa tepat tewas ketika pukul 14.35, saat dirinya melakukan transaksi? Lalu, bagaimana uang itu bisa raib? Tolong jelaskan dengan sebenar -- benarnya, Kilesa."
Saat kami berbicara, seorang lainnya telah memasuki ruangan investigasi, diikuti oleh Yohan. Aku memegang lengan Charles. "Jangan khawatir, Charles. Sesaat lagi kau akan menyaksikan kami membongkar semuanya. Semoga saja. Orang ini kemungkinan adalah pelaku kedua. Dan aku berterima kasih padamu. Bill yang kau pungut di tempat sampah itu menjadi alat bukti nyata dalam kasus ini."