Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Transaksi Kosong [Detektif Kilesa]

7 September 2020   17:10 Diperbarui: 7 September 2020   17:06 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hmm. Terdengar seperti sebuah organisasi kriminal. Pak bos ini terdengar mencurigakan. "Saya paham kamu bekerja di sebuah perusahaan simpan pinjam, Iqbal. Namun dari gerak -- gerik yang kamu sampaikan, pak bos ini terlihat seperti seorang gembong kriminal. Bisakah kami mendapatkan identitasnya?"

"Saya hanya memiliki nama dan nomor teleponnya, pak polisi. Ada di handphone saya."

Yohan mengangguk. "Tentu, tentu. Kami sudah mendapatkan handphonemu. Kami akan memeriksa bosmu juga. Bila perlu kami akan mencarinya, lalu menyeretnya ke tempat ini. Namun kau belum menjelaskan soal mendekam dua hari di dalam kamar, lalu tiba -- tiba memiliki tiket penerbangan ke LA."

Iqbal mendesah panjang. Ia menggigit bibir sebelum menjawab. "Saya tau bahwa saya sedang diintai. Saya ketakutan, pak polisi, berita di mana -- mana. Sebenarnya saya menunggu polisi untuk memberikan surat penahanan agar saya bisa memberikan keterangan, namun sepertinya mereka ingin menyiksa saya. Karena saya tidak tahan lagi, dengan uang tabungan saya membeli tiket keluar negeri. Dan sekarang uang itu hangus lenyap."

Aku dan Yohan berpandang -- pandangan. Sudah jelas di sini kami melakukan sebuah kesalahan besar. Jika saja kami menginterogasi anak ini dua hari yang lalu, mungkin pak bos ini sudah berhasil diringkus detik sekarang juga. Masihkah ada harapan?

Tapi, yang menjadi pertanyaan terbesarku: bagaimana caranya uang dua puluh miliar itu raib? Jika Iqbal berkata benar, ia tidak melakukan hal itu. Pak bosnya juga tidak mungkin bisa melakukan itu. Alvin sedang ambruk di lantai. Maka satu -- satunya kemungkinan...

Yohan berpikiran sama denganku. Ia mengambil sebuah neraca besar bank Cendrawasih. Direktur operasional awalnya enggan menunjukkan rekening ini, namun akhirnya setelah kami tekan, ia mengijinkan. Tentu saja isinya tidak bisa dipercaya. Kami hanya membutuhkannya untuk menekan terdakwa. Yohan menunjukkan sebuah baris di mana terdapat sebuah selisih sebesar 20 miliar antara kredit dan debit. Iqbal terlihat tertekan.

"Jujur, pak polisi, saya tidak mengetahui apa pun. Apa pun. Saya tidak tahu bagaimana uang itu bisa hilang begitu saja."

"Kau bisa lihat waktu transaksi ini, Iqbal. 14.35. Tepat waktu keberadaanmu di meja customer service. Tepat dua menit setelah Alvin ambruk. Tepat lima menit sebelum kau mengundurkan diri dari transaksimu, juga bank. Apa kesimpulannya? Kau ada sangkut pautnya dengan transaksi 20 miliar ini. Jelaskan dengan sebaik -- baiknya."

"Tidak ada, pak polisi...aku tidak ada sangkut pautnya...aku tidak tahu apa pun."

"Kuberi tahu sesuatu lagi, Iqbal. Tubuh temanmu itu, setelah dinyatakan meninggal di rumah sakit, esok harinya raib ditelan bumi. Tubuh itu menghilang! Jelaskan keganjilan ini, sebelum kau didakwa oleh pasal yang berlapis!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun