Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Transaksi Kosong [Detektif Kilesa]

7 September 2020   17:10 Diperbarui: 7 September 2020   17:06 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menatap Charles. "Mungkin ia sibuk di internet banking, mengirim dua puluh miliar ke berbagai rekening di seluruh dunia? Lalu menggunakan rekening -- rekening yang tak terlacak? Atau mungkin menyetorkan uangnya ke usaha -- usaha sehingga terjadi pencucian uang?"

"Aku tahu kau hanya mengejekku saja, Kilesa. Kau hanya bosan. Kau tentu paham bahwa divisi IT sudah diperintahkan pak bos untuk terus mengintai pergerakan internet dari rumah ini. Selama ini kau tahu apa saja yang bocah itu akses? Facebook dan instagram."

"Itulah mengapa kubilang kasus ini aneh. Iqbal tidak jadi mentransfer uangnya di bank, lalu temannya meninggal, lalu ia tinggal di rumah selama dua hari tanpa melakukan apa pun. Tidak sama sekali menginjak keluar ubin di luar kamar. Di mana uangnya? Mengapa temannya bisa tiba -- tiba meninggal? Lalu kelakuan direktur operasional yang enggan membuka secara detail neraca keuangan. Akan membuka rahasia customer, ujarnya. Huff. Katakanlah kepadaku ada berapa keanehan di kasus ini. Tidak perlu menunggu esok pagi, Charles, malam nanti akan kupelintir leher anak itu."

"Well, jalur messaging tidak bisa dilacak oleh divisi IT, jadi bisa saja ia sibuk berkomunikasi dengan teman -- temannya."

"Dan setahuku seorang makhluk bernama manusia tidak bisa mentransfer uang dari aplikasi messaging. Untung bagi kita, sistem teleport dan hologram belum sempurna sehingga ia tidak bisa berada di tempat lain dalam satu waktu. Lalu..."

"Kilesa, lihat!"

Charles menunjuk pintu kamar Iqbal yang terbuka tiba -- tiba. Seorang pemuda keluar dengan berpakaian kantoran rapi, sedang menenteng sebuah tas koper berwarna hitam. Ia berjalan dengan terburu -- buru. Sepertinya ia akan berjalan menuju tangga, kemudian menuju ke parkiran. Benar saja. Ia mendekati mobil sedannya, masuk ke dalam, dan berkendara. Aku meminta Charles untuk mengikuti Iqbal secara diam -- diam.

Uang dua puluh miliar tentu tidak akan masuk ke dalam koper yang dibawanya sekarang. Entah apa yang ia bawa di dalam koper itu. Namun sekarang kami diliputi perasaan was -- was. Kasus ini adalah kasus besar, melibatkan uang dalam jumlah besar dan banyak divisi kepolisian. Dari antara semua divisi itu, hanya kamilah yang sepertinya membuntuti Iqbal saat ini. Ujung tombak dari pemecahan masalah ini ada padaku dan Charles.

Perasaan tegang membuat kami terdiam selama perjalanan. Hanya ketika kami menyadari bahwa rute ini menuju ke suatu tempat yang kami kenal akan keramaian, kami bertambah panik.

"Ia menuju ke bandara, Kilesa! Ia mau kabur! Kita harus melakukan sesuatu."

Aku langsung sigap menghubungi pak bos, juga beberapa keamanan polisi yang sudah bersiap di bandara. Mereka menyatakan siap untuk menangkap Iqbal seandainya ia hendak kabur ke luar negeri. Tebakan kami benar, mobil Iqbal memasuki kawasan bandara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun