Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Sepatu Rusak

10 Juli 2020   14:56 Diperbarui: 10 Juli 2020   15:06 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Idris, Jansen, jangan kasar -- kasar. Paman Kilesa tidak suka. Dari pagi kalian sudah membuatnya kesal."

Istriku masuk sambil membawa potongan semangka yang disajikan di atas piring besar, cukup banyak jumlahnya. Kedua keponakanku bersorak. Mereka keluar dari kolam renang, menimbulkan percik yang lebih -- lebih mengesalkan, dan langsung menyambar semangka. Tawa cekikikan terdengar dan sejujurnya aku cukup senang mendengarnya. Jika berada di TKP, tentu kau tidak pernah akan berhadapan dengan tawa, melainkan tangis dan teriakan.

"Makanlah, tuan besar. Sedari tadi kulihat kau hanya sibuk dengan handphonemu saja. Si Charles bodoh itu tidak mengganggumu lagi, bukan?"

"Oh, ia akan tetap mengganggu, bahkan ketika aku sudah mati. Namun, tenang saja, cantik, semua bisa kutangani." ujarku sambil mengecup pipi Lauren. "Ngomong -- ngomong, di mana kakakmu? Sedari pagi aku belum melihat."

"Ia bersama suaminya sedang mengurus STNK mobil VW kepunyaan ayah. Sebagai gantinya aku yang harus menjaga Idris dan Jansen. Huh."

Seseorang kemudian muncul dari belakang. Ia adalah seorang pemuda yang memiliki senyum menawan. Adik Lauren yang belum menikah, dan masih tinggal di rumah Abdul. Johnny namanya. Ia juga menyambar sepotong semangka.

"Idris dan Jansen masih lumayan dibandingkan Tomi dan Sherly, Lauren. Untungnya pada liburan keluarga kali ini, orang -- orang itu tidak datang."

Lauren menaikkan alis, "Sampai sekarang, sampai sekarang, aku masih belum paham mengapa Heru tertarik dengan Renjana. Perempuan itu laksana seorang iblis. Makanya anak -- anaknya berwatak seperti ibunya. Kak Leni juga setuju dengan pendapatku."

"Hus, jangan berkata seperti itu, Lauren." Abdul sudah  kembali ke tempat duduknya, sebuah kursi santai di depan kolam renang. "Setidaknya mereka tidak pernah meminta kalian berdua uang, bukan? Memang kelakuannya sedikit mengesalkan."

"Iya, tapi..." Lauren masih memberenggut.

Abdul tertawa kecil, "Tiga anakku sudah menikah. Heru dengan Renjana, Leni dengan Bambang, lalu Lauren dengan Kilesa. Tinggal kau Johnny, kapan kau menikah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun