Mohon tunggu...
Theo kossay
Theo kossay Mohon Tunggu...

tinggi badan: 165, berat badan: 80 kg, hobbi nonton dan baca,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembangunan Kereta Api Papua: Difusi Inovasi dan Adopsi Kebudayaan

24 November 2016   06:45 Diperbarui: 24 November 2016   10:42 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

:
Tahap kelima ini, Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang atau kelompok kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang atau kelompok akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang atau kelompok  kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak akhirnya jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Kebijakan pemerintah pusat membangun Kereta Api di Papua adalah sebuah ide atau gagasan kebudayaan. Dalam mewujudkan idea atau gagasan ini, diperlukan sebuah tingkah laku sosial di mana pemerintah membangun komunikasi dan sosialisasi dengan lapisan masyarakat Papua yaitu mulai dari masyarakat di tingkat RT, RW, Kampung dan kelurahan, Distrik, tokoh masyarakat, onodafi, kepala suku tentang  manfaat pembangunan Kereta Api. Dilakukan juga studi amdal, trase atau jalur Rel Kereta Api, pemetaan wilayah adat dan pemukiman yang akan dilalui rel Kereta Api. Kereta Api yang akan dibangun secara fisik dengan peralatan serta fasilitas lengkap, canggi, yang akan beroperasi melayani penumpang antar kota, antar daerah dan antar Kabupaten disebut artafak atau hasil karya.

Pembangunan Kereta Api di Papua, tidak terlepas dari sejarah kereta api di dunia, khususnya di Indonesia. Dalam sejarah perkeretaapian di dunia, Kereta Api pertama kali ditemukan oleh William Murdoch. pada tahun 1784.  William Murdoch, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris, lahir tanggal 21 Agustus 1754 di Lugar, Skotlandia. Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan Kereta Api di Semarang, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, LAJ Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NVNISM) yang dipimpin oleh JP de Bordes dari Samarang menuju desa Tanggung dengan jarak panjang 26 kilo meter dan lebar sepur 1435 mili meter. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum hari Sabtu, tanggal 10 Agustus 1867. Pembangunan Perkeretaapian di Indonesia adalah negara kedua di Asia, setelah India yang mempunyai jaringan Kereta Api tertua. Negara Cina dan Jepang baru menyusul kemudian atu adopsi pembangunan Kereta Api. Oleh karena itu, sampai sekarang Kereta Api berkembang terus menerus dan dilengkapi teknologi canggih serta dengan berbagai model dan merek.

Penemuan hingga pengembangan serta penerimaan Kereta Api sebagaimana dijelaskan di atas, justeru memiliki multi manfaat yaitu mengurangi kemacetan, indicator pembangunan dan perubahan infrastruktur, mengurangi pengangguran dan kemiskinan, di mana orang diterima bekerja  pada PT Kereta Api dan mendapatkan penghasilan sehingga membiayai kehidupan keluarganya. Pemerataan pembangunan antara pusat dengan daerah, pulau Jawa dengan luar Jawa, antar pulau Papua dengan pulau luar Papua.

Kebijakan Pemerintah pusat dan daerah Provinsi Papua merasa mendesak membangun transportasi Kereta Api, karena Kereta Api merupakan salah satu alternatif transportasi umum massal yang digemari saat ini. Hampir semua Negara memiliki Kereta Api. Mulai dari yang berteknologi sederhana hingga canggih. Beberapa pengamat transportasi menilai bahwa sarana mobilisasi Kereta Api merupakan transportasi yang paling aman, nyaman dan memiliki resiko tingkat kecelakaan yang paling rendah. Oleh karena itu, wajar jika Kereta Api banyak digemari masyarakat dalam bepergian. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara.

Maksud pemerintah membangun Kereta Api di Papua sangat luar biasa dan strategis, karena fakta hari ini adalah: 1) Papua sangat luas wilayahnya sehingga diperlukan angkutan darat yang berkapasitas besar, efisien dan massal; 2) pembangunan rel Kereta Api ini mengangkat harga diri masyarakat Papua; 3) Jayapura tanpa transportasi Kereta Api akan terus “mengalami kemacetan” karena terlalu banyak kendaraan roda 2 dan 4; 4) selain itu, jalur Kereta Api akan membuat perkembangan wilayah kota Jayapura dan Sentani serta seluruh tanah Papua semakin teratur dan dapat dikendalikan, dibandingkan dengan perkembangan keramaian di sepanjang tepi jalan raya; 5) pelaksanaan PON ke XX di Jayapura-Provinsi Papua juga diperkirakan akan kedatangan sebanyak 35,000 tamu dan atlit, sehingga harus ada angkutan yang cepat dan berkapasitas massal, dapat memuat banyak orang dan tidak macet. Beberapa manfaat dan tujuan dibangunnya kereta api di atas, merupakan janji  Presiden Joko Widodo akan di bangun kereta api tersebut di Papua, maka pemerintah daerah dan masyarakat Papua wajib meresponnya agar segera direalisasinya.

Namun disisi lain, Kebijakan pembangunan Kereta Api di Papua, akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di kalangan masyarakat public di kota Jayapura, Sentani, Keerom, Sarmi dan beberapa Kabupaten di Papua. Dalam perbincangan itu terdengar sikap masyarakat yang pro dan ada pula yang kontra. Masyarakat yang pro sangat familier menerima perubahan, globalisasi, bahkan memahami bahwa pembangunan Kereta Api merupakan satu inovasi pembangunan bagi masyarakat Papua. Sedangkan yang kontra memahami bahwa lebih baik menyelesaikan pembangunan jalan raya darat dulu  baru kemudian pembangunan Kereta Api. Selain itu juga, ada yang berpendapat bahwa membangun manusianya terlebih dahulu baru kemudian membangun kereta api. Manusia Papua disiapkan sumber daya manusianya baru memikirkan dan membangun infrastrukturnya. Bahkan Papua dengan kondisi geografis yang maha rumit ini banyak yang akan mengalami kesulitan dalam proses pembangunan rel Kereta Api. Pro dan kontra dalam sebuah keputusan tentu wajar-wajar saja, namun pembanguna  Kereta Api demi kepentingan masyarakat umum sebagaimana tujuan dan manfaat diuraikan di atas maka tetap dikedepankan.

Akhirnya tulisan ini disadurkan dari berbagai literature, sumber, informasi dan data. Selain itu tulisan ini juga dalam rangka membangun pemahaman dan pencerahan bagi masyarakat publik, sekaligus menghimbau kepada seluruh masyarakat Papua, bahwa pembangunan Kereta Api dapat diadopsi sebagai sebuah terobosan inovasi dan mengikuti perkembangan modernisasi, supaya tanah masyarakat Papua juga tidak merasa ketinggalan.***

[1] Penulis adalah Antropolog, peneliti dan tenaga ahli  BP2KP Provinsi Papua

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun