Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh (Matius 8:5-8).
Kompasianer yang terkasih, setelah kisah tentang penyembuhan yang dilakukan Yesus bagi seorang yang sakit kusta (lihat artikel sebelumnya dengan judul: "Meminta Yang Terpenting Kepada Tuhan), Matius melanjutkan dengan cerita tentang Yesus yang menyembuhkan hamba seorang perwira dari penyakit lumpuh. Peristiwa itu terjadi di Kapernaum, tempat Yesus tinggal. Perwira yang datang kepada Yesus bukan seorang Yahudi, tetapi seorang Romawi, mungkin ia seorang pemimpin tertinggi dari suatu unit pasukan Romawi yang bermarkas di Kapernaum dengan penempatan pasukan di sana. Menarik, karena pada saat itu bangsa Yahudi ada di bawah pemerintahan kolonial Romawi di mana warganya tunduk kepada Kaisar, tetapi di sini seorang perwira Romawi justru datang meminta pertolongan kepada Yesus, "Raja orang Yahudi", bagi hambanya yang sedang sakit.
Kisah ini menyoroti iman dan kerendahan hati dari si perwira Romawi (terdapat juga dalam Lukas 7:1-10). Ia mempunyai seorang hamba yang sangat dihargainya, yang saat itu sedang sakit keras dan hampir mati (Lukas 7:2). Dari narasi Matius, si perwira bertemu langsung dengan Yesus, namun dalam Lukas 7:3-5 si perwira diwakili oleh beberapa orang tua-tua Yahudi dan sahabat-sahabatnya untuk bertemu dengan Yesus. Apakah Matius salah menulis? Tidak, karena Matius menganggap tua-tua Yahudi dan sahabat-sahabatnya itu sama dengan si perwira yang mereka wakili saat bertemu dengan Yesus. Di mana iman si perwira? Perhatikan ayat 5-6. Pertama, Ia datang kepada Yesus dan memberitahukan permasalahannya. Kedua, ia memohon pertolongan kepada Yesus bagi kesembuhan hambanya. Ketiga, ia mempercayai perkataan Yesus dapat menyembuhkan hambanya.
Sekarang, di mana kerendahan hatinya? Pertama, ia menyebut Yesus dengan sebutan "Tuan", padahal seorang Romawi, apalagi ia seorang pejabat, status sosialnya lebih tinggi dari orang Yahudi, namun ia mengakui kedaulatan Yesus dengan menyebut-Nya "Tuan" (ayat 6, 8-9). Kedua, ia merasa tidak layak untuk langsung menemui Yesus dan menerima-Nya di dalam rumahnya, menunjukkan ia percaya Yesus lebih tinggi derajat-Nya dari dirinya (ayat 8-9). Ketiga, para tua-tua Yahudi yang menyebutkan, bahwa ia mengasihi bangsa Yahudi dan ia yang menanggung pembangunan rumah ibadat mereka (Lukas 7:5), menunjukkan ia tidak suka pamer kebaikan yang telah dilakukannya. Keempat, meskipun ia seorang perwira Romawi, namun ia sangat menghargai hambanya.
Apa respons dari Yesus? Pertama, Yesus bersedia untuk menyembuhkan hamba si perwira, Ia tidak membuang waktu, saat itu juga langsung direspons oleh-Nya (ayat 7). Kedua, Yesus kagum akan iman si perwira yang notabene seorang Romawi, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel" (ayat 10). Ketiga, Yesus menyembuhkan hamba si perwira dengan perkataan-Nya, sesuai dengan iman si perwira yang percaya bahwa perkataan Yesus ada kuasa kesembuhan (ayat 13). Respons Yesus yang memuji iman si perwira, namun sekalian mengeritik orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias Israel, karena si perwira tahu secara medis hambanya tidak bisa disembuhkan kecuali oleh kuasa Tuhan dan ia percaya Yesus sanggup melakukannya (ayat 10-12).
Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kisah ini? Pertama, kita harus memiliki kasih kepada orang yang menderita tanpa memandang suku, agama, dan ras. Kedua, kita harus menolong orang yang menderita, paling tidak berdoa agar Tuhan menolongnya. Ketiga, melalui iman dan perbuatan kita Tuhan akan menolong orang yang menderita. Demikian juga para majikan atau pimpinan, hendaklah memiliki empati dan bersedia menolong karyawan atau bawahan yang selama ini telah bekerja dengan baik ketika mereka mengalami kesusahan dalam hidupnya. Iman dan kerendahan hati bukan hanya melalui ibadah di gereja, namun harus terwujud nyata kepada sesama melalui perbuatan-perbuatan baik. Amin, Tuhan Yesus memberkati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI