Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Allah yang Berkuasa Atas Darat dan Laut (Penciptaan Hari Ketiga: Kejadian 1:9-13)

5 Desember 2023   16:14 Diperbarui: 5 Desember 2023   16:18 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemandangan indah air laut dengan pasir putih yang dihiasi pohon-pohon kelapa. Sumber: Pixabay / Pexels

Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga (Kejadian 1:9-13).

Kompasianer yang terkasih, pada artikel sebelumnya tentang penciptaan hari kedua, dituliskan adanya air yang di atas cakrawala dan air yang di bawah cakrawala. Pada penciptaan hari ketiga ini air yang di bawah langit (cakrawala) dikumpulkan pada satu tempat dan dinamakan laut, dan bagian yang kering dinamakan darat. Sebetulnya darat sudah ada, tetapi tertutup oleh air sehingga tidak kelihatan. Jadi, pada mulanya Allah menciptakan darat dan laut itu sebagai bagian yang menyatu, dan setelah Allah berfirman barulah darat dan laut menjadi dua bagian yang terpisah. Pelajaran pentingnya adalah ketika Allah berfirman, maka semuanya pasti jadi, dan semua yang dijadikan-Nya baik adanya. Dalam pemandangan Allah itu baik berarti memang benar bahwa semuanya baik. Dalam kita menjalani kehidupan ini ketika ada masalah, biasanya kita melihat dari perspektif manusia yang lemah dan tak berdaya, tetapi sebagaimana kita melihat bumi yang tadinya kacau balau menjadi indah dan teratur ketika Allah berfirman, demikianlah kita akan mengalami kebaikan-kebaikan dari kuasa firman-Nya.

Pada penciptaan hari ketiga, meskipun air mendominasi bumi dan menutupi tanah, namun ketika Allah berfirman air pun tunduk dan mundur dari tanah dan Allah memberi batas sehingga air tidak melewati tanah lagi. Orang-orang di dunia kuno memahami, bahwa lautan atau samudera itu dapat dilambangkan dengan permasalahan dan penderitaan hidup seperti di Mazmur 42:8 dan Mazmur 69:3,15-16. Mereka juga tahu bahwa air dapat menjadi penghukuman akibat dosa. Seperti air bah yang menutupi seluruh bumi sebagai penghukuman Allah di zaman Nuh (Kejadian 7). Dalam Keluaran 14:26-31, ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir mereka menyaksikan Laut Teberau menjadi kuburan bagi tentara Mesir yang mengejar mereka. Dari Kitab Suci kita mendapati bahwa laut dapat memberikan kehidupan bagi makhluk-makhluk laut, tetapi laut dapat menjadi alat penghukuman Allah untuk bumi. Dalam pelajaran kehidupan, kita tahu dosa menghasilkan penghukuman dan maut. Rasul Paulus menulis dalam 1 Korintus 10:1-3, bahwa air laut digambarkan sebagai baptisan bagi orang Israel ketika melintasi Laut Teberau.

Bagi kita umat Perjanjian Baru, ketika kita bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita masuk dalam sakramen baptisan air sebagai simbol kita telah mati bagi dosa dan hidup baru bagi Allah. Sebagaimana lautan menutupi bumi, maka semua yang hidup di darat pasti mati, demikianlah air dalam sakramen baptisan menyimbolkan kematian hidup kita yang berdosa dan yang mencintai dunia. Baptisan air memproklamirkan kita sebagai manusia baru di dalam Kristus dan hidup untuk mencintai Allah. Sebagaimana laut mundur dan tampaklah darat di mana Allah menumbuhkan kehidupan di sana dengan tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan pohon-pohonan yang buahnya berbiji, demikianlah kita yang telah bertobat dan dibaptis harus mundur dari hawa nafsu dunia dan harus menghasilkan buah-buah kehidupan yaitu buah Roh (Galatia 5:22-23). Kehidupan kita yang sekarang harus menjadi berkat dengan menunjukkan karakter Kristus dan bermanfaat dengan perbuatan-perbuatan yang baik bagi sesama manusia.

Dalam menghadapi permasalahan hidup sehari-hari kita dapat belajar dari penciptaan hari ketiga ini. Jika air laut tidak akan melampaui daratan karena firman Allah, maka kita yang sedang bergumul harus percaya apa yang dikatakan dalam 1 Korintus 10:13: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya." Amin.

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun