Mungkin kesan pertama itu ada karena mereka tidak menyapa terlebih dahulu tetapi KITA SENDIRI yang harus punya inisiatif untuk mendekati mereka. Mereka sebenarnya ramah-ramah dan asyik diajak berteman, tetapi harus ada inisiatif terlebih dahulu.
Mereka santai dengan cara mereka sendiri dan orang Barat ada yang terlalu serius dan ada yang tidak. Tergantung sudut pandang saja.
4. Orang Barat apatis pada lingkungan sekitar
Bukan berarti mereka sombong tetapi mereka tidak mau ikut campur sesuatu yang bukan urusannya dan yang bersifat pribadi. Tidak mungkin mereka bertanya hal-hal seperti: "Enak nggak nikah sama orang bule?" "Eh, ketemu si A dimana?" "Menurutmu A kayak gimana". Orang Barat menghargai privasi masing-masing individu dan tidak memaksa tetapi mereka akan menolong jika diperlukan.
[[Dan jujur, buat saya pribadi pertanyaan yang seperti ini juga cukup membuat saya mengganggu karena terkadang pertanyaan ini mengandung niatan tertentu, apalagi kalau sama sesama perempuan. Tapi kalau mau tanya di komentar boleh kok]]
Stigma orang Indonesia yang pacaran dengan orang Barat:
1. Nggak nasionalis
Apa hubungannya nasionalis dengan pacaran dengan orang Barat? Ada yang bisa kasih saya korelasinya? Kalau orang Barat pacaran dengan orang Indonesia itu juga nggak nasionalis dengan negaranya sendiri, dong? Masalah relasi itu masalah hati, bukan kewarganegaraan. Walau saya berada di tengah-tengah mereka saya tetap mempromosikan budaya Indonesia dan senang jika disuruh bercerita mengenai Indonesia pada WNA. Bahkan saya mengajarkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia.
Lebih nggak nasionalis lagi segelintir fans K-Pop (saya nggak bilang semua fans) yang saking fanatiknya ingin pindah warga negara menjadi WN Korea Selatan bahkan menghujat Indonesia demi idolanya. Saya sering temui kasus ini di fanspage K-POP di facebook. [[No offense, K-pop ers :)]]
2. (Terutama buat kaum wanita) Memandang rendah orang Indonesia
Sudah dijelaskan di nomor dua dan saling berkaitan. Biasanya banyak orang yang beranggapan bila berpacaran dengan orang Barat itu memandang rendah wanita/pria Indonesia dan mengganggap wanita/pria Indonesia tidak memadai padahal itu bukan masalah nasionalisme tetapi masalah hati.