Dalam tulisan kali ini lebih berbagi tentang pekerjaan saya sebagai guru honorer di salah satu sekolah swasta di tempat tinggal saya. Saya memulai pekerjaan di saat surya masih terlelap sampai sepertiga hari. Hal yang paling mengikis ketebalan dompet tentunya biaya bahan bakar. Untuk kebutuhan pulang-pergi dari sekolah saya membutuhkan kurang lebih dua puluh empat ribu ditambah, untuk makan siang sekitar sepuluh ribu. Rata-rata kebutuhan ongkos kerja sekitar empat puluh ribu jik ada keadaan darurat yang tak terduga.Â
Selain itu, saya juga mengajar sebagai guru privat untuk setiap rumah walaupun tidak setiap hari tetapi cukup memakan ongkos pulang-pergi. Jadi pengeluaran saya setiap minggunya untuk ke sekolah dan bimbel privat saya membutuhkan ongkos sekitar empat ratus ribu. Sementara gaji saya sebulan adalah tiga kali pengeluaran saya selama satu minggu. Bahkan, saya terkadang harus mencari sumber cuan lain untuk menjaga tempat tinggal dan pencahayaan saya. Saya sebut hal ini menjadi sebuah pengembaraan yang terasa penderitaanya.Â
Saya menggunakan sepeda motor pribadi, untuk jarak kurang lebih 25 KM dari rumah ke sekolah adalah sebuah tantangan tersendiri. Meskipun hal ini cukup menekan emosi jiwa dan raga, saya tetap merasakan butir-butir keceriaan berkerja. Kita semua tahu mengajar bukanlah sebuah pekerjaan dengan gaji bergengsi, bahkan statuspun tidak seprestisius itu, butuh keiklashan dan ketabahan. Pengajar memang butuh ketangguhan dalam menghadapi pahitnya upah bulanan, jika hanya mengandalkan itu tak sampai satu bulan jalannya pasti buntu.Â
Oleh karena itu, ongkos untuk perjalanan pulang pergi harus ditutup oleh sumber lain yang pasti.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI