Mohon tunggu...
thamzilthahir tualle
thamzilthahir tualle Mohon Tunggu...

lahir di makassar. selalu mencoba menulis apa adanya bukan ada apanya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung 'Zikir Rebana Barzanji' Patte'ne, Maros (1)

9 November 2009   18:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulit Rebana Ditambal Pakai Isolatif

SIJA Daeng Kulle melepas senyum sembari menghentakkan tiga jari di permukaan kulit rebana di dekapannya. Dari jarak tiga langkah di depannya, getaran suara alat musik perkusi tradisional itu jernih terdengar.

Namun senyuman pria berusia62 tahun itu tiba-tiba tak membekas. Ujung bibirnya tertarik ke atas. Mata kirinya terpicing. Tiga kerutan di kulit dahinya menandakan dia tak nyaman dengan suara itu.

Untuk kali kedua, empat jarinya menghentak kulit rebana yang licin mengkilap. Ekspresi mukanya belum berubah. “Sudah satu tahun mi, tak kena sinar matahari,” kata pria itu seraya menekan rotan pipih yang melingkari ujung bawah rebana yang laiknya wajan penggoregang sedang itu.

Gagang kayu rebana di dekapan Daeng Kulle, memang tak lagi kokoh. Meski terdengar ada dentuman nada, setiap dia menghentakkan jarinya, tapi gelombang suara yang terdengar bukanlagi harmoni. “Untungnya, masih ada gendang, gong, dan pui-pui yang menutupi,” ujarnya seperti menertawakan perkusi tua kelompoknya.

Senar tali yang menarik ujung kulit sapinya sudah tak bening lagi. Warnanya sudah pucat laiknya rambutnya, coklat kehitam-hitaman. Bahkan di beberapabagian senar terlihat beberapa sambungan dengan tali nyilon. Di ujung kulit rebana sudah ada beberapa sobekan yang ditambal dengan isolatif warna senada.

Di mulut kayu bulat bagian bawah, ada luka yang menganga. Dari jarak dua depah, “luka” itu memperlihatkan tiga lapisan cat, coklat tua, putih, dan warna paling atas hijau. “Rebana ini sudah ada saat saya masih telanjang,” kata Daeng Kulle, mengambarkan usia pakai enam rebana milik kelompoknya.

Akhir pekan di Kaemba, Sabtu (24/2) pagi, bersama 11 rekannya, Daeng Kulle, mendapat tawaran pentas di sebuah rumah panggung di kampungnya,Kaemba, Desa Pa’bentengan, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros. Oleh kepala desa setempat, dia diajak pementasan berkolaborasi dengan sejumlah seniman kontemporer asal Maros dan Makassar, seperti Asdar Muis RMS, Aco Dance, dari Makassar serta Yusri, dan Isra dari Maros.

Daeng Kulle adalah orang yang dituakan di grup musik kampung yang berjarak 4 kilometer sebelah barat tapal batas Kotamadya Makassar dan Kabupaten Maros, Sulsel.

“Kami main terakhir waktu Imam besar masjid Haraimain, (Mekkah) ceramah di Masjid Agung Maros,” kata Daeng Kulle, menginga t pementasan terakhirnya bersama 11 rekannya dua tahun lalu. Pentas itu sebulan sebelum Wakil Presiden Jusuf Kalla menresmikan masjid termegah di kabupatennya, April 2005.

“Waktu saya belum kawin, setiap ada acara pengantin, warga desamasih selalu pakai zikir rebana barzanji,” kata Daeng Samad, anggota kalompok ini.Daeng Samad kini sudah bercucu lima, dia mengaku lahir saat masa pendudukan Jepang.

Dalam dua dekade terakhir, order pentas mereka bisa dihitung jari. Jurnalis dan seniman Asdar Muis, menyebutkan, model kesenian khas ini memang berangsur tergusur oleh zaman. “Pemerintah hanya memelihara mereka sebagai proyek kebudayaan,” ujarnya.

Para pemainnya pun bukan hidup dari berkesenian, malainkan sebagai petani atau nelayan petambak. Mereka juga tak butuh latihan serius. “Syair inin turun-temurun, dan diajarkan kalau bulan Muharram atau kalau sudah salat Isya,” kata Daeng Kulle.

Wakil KetuaDPRD Maros, Andi Fachry Makkasau, yangikut menyaksikan pementasan itu mengatakan, bersama dinas pariwisata, pihaknya pernah berupaya membangkitkan kesenian resligi khas Maros itu dengan mengagendakannya pentas di Malaysia dan Brunai. Namun, hingga tiga tahun berlalu, rencana mulia itu masih tetap jadi wacana.(thamzil thahir)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun