Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peribadatan (Tanpa) Berkorban

25 Oktober 2012   22:49 Diperbarui: 17 Agustus 2015   17:00 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Mahatma Gandhi mensinyalir terdapat 7 Dosa Sosial.  Dosa Dosa kolektif yang dilakukan secara bersamaan oleh masyarakat dengan komando para penguasa.  Sadar atau tidak sadar salah satu dari dosa sosial itu adalah peribadatan tanpa pengorbanan. Tokoh Dunia sekaliber Mahatma Gandhi mengatakan bahwa dunia ini semakin diperburuk oleh perilaku manusia akibat dari sistem  pendidikan tanpa karakter.

Baik kita ulangi sekali lagi menelisik apa saja dosa - dosa sosial itu :

  1. politik tanpa prinsip
  2. kaya raya tanpa kera keras
  3. kesenangan tanpa nurani
  4. perniagaan tanpa moralitas
  5. sains tanpa humanis
  6. peribadatan tanpa pengorbanan
  7. pendidikan tanpa karakter

Salah satu dosa sosial itu adalah peribadatan tanpa pengorbanan.  Begitulah peredaran bumi terus berlangsung bersamaan dengan merasuknya hawa nafsu manusia dalam menjalankan kehidupan sehari hari. Terkait dengan hari Raya Idhul Adha, maka relevan kalau kita melihat lagi bahwa berkurban bagi umat Islam adalah suatu kewajiban bagi yang mampu.  Mampu dalam arti memiliki harta yang harus dikorbankan. Nabi Ibrahim sebagai Bapak Tauhid telah memberikan contoh teladan baik tentang makna sejati berkurban.  Beliau mengorbankan harta yang paling disayanginya yaitu anak kandung sibiran tulang Nabi Ismail.

Ya itulah makna sebenarnya dari berkurban.  Memberikan yang kita sayangi dan cintai sebagai pembuktian iman kepada Sang Khaliq.  Kurban itu akan diterima Allah SWT sebesar apa pengurban umat.  Semakin besar nilai hakiki kurban maka semakin tebal pula keimanan yang terkandung didalam dada. Mengurban sesuatu yang disayangi bukan mengurban harta jelek. Janganlah  mengurbankan harta yang buruk,( bahkan kita sendiri tak menginginkannya.) Berikanlah yang terbaik, kurbankan yang paling disayangi, keluarkan harta senilai seekor kambing atau seekor sapi untuk komunitas kelaurga.

Mengalirkan darah khewan yang ditakdirkan sebagai kurban adalah suatu pembuktian bahwa keimanan dan ketaqwaan itu masih bersemayam di dalam qalbu.  Inilah hari raya haji, hari raya kurban yang memberikan dimensi sosial bagi sesama umat.   Betapa tidak masih banyak saudara kita yang berada dalam status sosial dan status ekonomi dibawah garis kemiskinan.  Inilah hari raya bagi mereka, hari raya kasih sayang dimana saudara saudara kita itu bisa menikmati hidangan Tuhan.

Selamat berkurban, kurbankan apa yang disayangi, inilah makna sesungguhnya dari peribadatan dengan berkurban, bukan peribadatan yang bersifat ritual semata.

Salam salaman

Tede

PenaSehat PenaKawan PenaSaran

10 Dzulhijah 1433 Hijriah

26 Oktober 2012

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun