Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Mengarang] Hadirkan Duo Didu dan Faisal Basri Satu Panggung di Kompasianival 2015

2 Desember 2015   06:51 Diperbarui: 2 Desember 2015   10:12 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya ngak klop ketika kompasiana di obok obok awak diam saja.  Pak Said Didu Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) nampaknya lupa menggunakan kata oknum ketika bicara kompasiana itu ngarang saja.  Tentu saja komentar beliau itu menuai  reaksi  keras dari kompasianer terutama sobat penulis yang sepenuh hati menuangkan akal pikiran untuk sharing and connecting.

Kosa kata mengarang masih kita ingat ketika duduk di bangku sekolah dasar.  Salah satu mata pelajaran adalah mengarang dimana Bapak dan Ibu Guru mengajarkan kepada anak anak bagaimana cara menuangkan ide ide atau inspirasi dalam bentuk tulisan. Biasanya diawal mata pelajaran mengarang,  si anak disuruh menuliskan apa cita citanya kelak ketika telah dewasa.  Mulailah anak anak merenung dan melemparkan jauh jauh angan angan setinggi langit. Anak Indonesia menuliskan cita cita dengan kata sederhana dan jujur. Kelak  aku akan menjadi Presiden, Polisi dan Insinyur atau jenis pekerjaan lain sesuai dengan impian mereka.   Itulah mengarang dalam pengertian positif versi anak anak sekolah dasar.

Ketersinggungan kompasianer atas istilah mengarang Pak Said Didu lebih kepada pelecehan.  Berkembang di pergaulan masyarakat kosa kata ngarang itu ketika ditujukan kepada oknum yang hanya banyak bicara atau banyak menulis tetapi apa apa yang diungkapkan hanya bullsit.  Tidak ada fakta, tidak ada data akurat yang mendukung pernyataan serta semua yang disampaikan hanya sebatas pengetahuan cetek serta ditimpali oleh niat yang tidak selaras oleh peri kemanusiaan. Mungkin inilah istilah ngarang versi Said Didu.

Ya sudahlah nasi telah menjadi bubur.  Bisa jadi Pak Said Didu belum paham benar apa isi jeroan kompasiana.  Mungkin pendapat sekilas terlintas ketika Beliau membaca pembahasan sobat soal rame rame freeport.  Terlebih lagi setelah transkrip rekaman itu beredar di madia sosial maka opini bermunculan bak air terjun menghujam bebatuan.

Nah kini untuk mengklarifikasi tentang keberadaan kompasiana sebagai media sosial terbesar dalam ukuran blogger yang  tergabung ada baiknya Pak Said Didu di undang ke pesta akbar kompasianival 2015.  Tak kenal tak sayang itulah pepatah nenek moyang kita dulu.  Awak yakin Pak Said Didu akan terperangah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa kemegahan dan kekuatan kompasiana. Ya awak berharap dengan sangat Admin kompasiana meng - agendakan  kehadiran Beliau pada hari Minggu 13 Desember 2015.

Untuk mendampingi  kehadiran beliau tentu saja harus tampil pula kompasianer Faisal Basri.  Artinya admin kompasiana meninjau kembali jadual yang telah tersusun  dan kemudian meyisipkan satu acara  talk show.  Alangkah indahnya seandainya Said Didu dan Faisal Fasri berkolaborasi membahas kepentingan nasional terkait kekayaan mineral nusantara.  Agar acara lebih meriah kenapa tidak menghadirkan pula pada satu panggung itu komedian Arif Didu.  Mungkin takdir yang melanggengkan nama Didu pada Arif seorang  Stand Up Comedian.  Apabila sobat belum 'ngeh siapa sosok Arif Didu silahkan longok kehadiran komedian senior ini setiap sore di salah satu televisi dalam acara komedi club. 


Pasti pesta blogger terbesar Indonesia tahun ini lebih meriah dan tidak garing seperti pesta pesta sebelumnya.   Ada sisi sisi humaniora yang akan disuguhkan ketika Duo  Didu bercengkerama ditimpali oleh Pakar Ekonomi ternama Faisal Basri.  Istilah karang mengarang itu akan di klarifikasi karena menyangkut nama baik kompasiana.  Ujung ujungnya kita berharap pernyataan itu dicabut oleh Pak Said Didu, bahwa tidak semua  kompasianer menulis asal japlak.

Akhirnya semua keputusan terpulang ke Admin kompasiana dengan harapan kiranya usulan ini mendapat tanggapan positif.  Kalupun impian awak dan mungkin sebagian besar harapan kompasianer untuk menghadirkan Duo Didu satu Panggung tak terwujud, apalagi daya kami, nama  nan telah tercoreng dalam pengetian mengarang yang negatif. Dan tidak akan ada perubahan sehingga jadilah label karang mengarang kompasiana  tetap pada sisi pemikiran Pak Said Didu untuk selamanya.

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun