Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Keluarga Pembaca

26 Oktober 2014   14:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:42 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414283469666144479

[caption id="attachment_331145" align="aligncenter" width="594" caption="Sumber : dokumen pribadi TD"][/caption]

Tradisi Keluarga

Untunglah di keluarga kami mempunyai kebiasaan membaca.  Tradisi membaca itu sudah melekat dalam keseharian sebagai kebiasaan  turun menurun.  Mulai dari   Ayahanda Haji Dahlan Bin Affan, beliau  seorang ulama, tiada hari tanpa  membaca.  Hebatnya Bapak yang berasal dari Bengkulu  selalu  mendahulukan membaca kitab suci sebelum membaca kitab kitab lain.  Tak Ayal dalam siklus bulanan maka khatamlah kitab suci Al Qur'an.  Kitab suci Al Qur'an itu disisipkan kertas kecil sebagai penanda sampai dimana bacaan Bapak setiap hari.  Catatan kertas kecil dituliskan  nama surat, nomor ayat dan tanggal bulan batas membaca.

Tahun 60 sampai 70 an adalah masa terindah dalam sejarah kehidupan  saya ketika masih bersama Ayahanda dan Ibunda dan saudara sekandung sebelum dipaksa merantau ke Palembang untuk melanjutkan kuliah.  Seperti di utarakan diatas setelah membaca Al Qur'an,  Ayahanda baru membaca  kitab lain.  Kitab itu Ilmu Figh dalam tulisan arab melayu. Setelah itu Bapak baru membaca Majalah Selecta.  Majalah terbitan bulanan dari Jakarta adalah sejenes majalah poluper di zamannya yang memuat  berita nasional.

Maklum kami tinggal di desa kecil Tempino 27 Kilometer dari Kota Jambi.  Setiap bulan kakanda Syahrir (uda Buyung) diwajibkan membeli majalah Selecta ke Jambi.  Majalah itu pertama di baca oleh Ayahanda, tidak semua yang ada di majalah Bapak baca , hanya yang penting penting saja, terutama berita  nasional berupa politik dan ekonomi.  Sedangkan bacaan tetang berita selain itu berupa pemberitaan tentang film, artis dan olahraga menjadi  kegemaran kami anak anaknya.

Ibunda Hajjah Kamsiah Binti Sutan Mahmud lain lagi minatnya.  Mamak,  demikiann kami memanggil sayang Ibunda.  Mamak adalah seorang penulis.  Ibunda  yang asli berasal dari Lintau Batusangkar Sumatera Barat  sangat  gemar menulis. Maksud saya menulis surat.  Kami, 7 orang anaknya tidak ada  yang tidak mendapat  kiriman surat dari mamak.  Sebagai keluarga berasal dari minangkabau kami adalah  kaum perantau. Merantau karena melanjutkan sekolah dinegeri orang sampai ke jawa. Nah,  ketika anak anak Mamak  berada jauh di kota lain  maka surat mamak sebagai penyambung silaturahim keluarga.


Mamak sangat rajin menulis surat.  Hampir setiap bulan surat tiba di anak anak.  Dengan menggunakan fasilitas kantor pos dan prerangko secukupnya Mamak menulis berlembar lembar nasehat.  Ya isi surat itu adalah nasehat.  Tulisan mamak sangat bagus, miring kekiri dan di tulis dengan ejaan lama. Selalu saja soerat itoe ditanda tangani mamak dengan initial Kamsiah.  Turut serta pula disana tanda tangan Bapak Dahlan.  Selain sebagai penulis, Mamak juga seorang saudagar minang, Ibunda  rapi mecatat setap barang dagangannya termasuk oetang pioetang agar bisa dijadikan bukti dunia bahwa berniaga itu harus jujur seperti pesan sang Ulama Ayahanda haji Dahlan Bin Affan..

Penulis Kata Sambutan

Terbiasa dengan didikan membaca didalam keluarga, saya nampaknya tertular juga.  Apalagi yang akan dibaca selain buku pelajaran Karena disaat itu sekolah belum lagi ada buku buku cerita atau bacaan lain.  Sampai robek robek buku itu baca karena seringnya diulang.  Kata Bapak, bacalah terus kalau perlu sampai 40 kali, niscaya pelajaran itu melekat di otak.  Kini saya menyadari analog dengan sistem komputer dimana terdapat hard disk,  maka membaca berulang ulang ibarat meng entry tulisan via keyboard untuk di save di memory. Artinya pelajaran itu akan tersimpan abadi di memory permanet dan takkan hilang kecuali terkena virus gila.

Membaca paling tidak mengurangi kegiatan diluar rumah.  Sebutan kutu buku memang pantas saya terima, sementara kawan kawan bermain bola,  saya asyik masyuk dengan buku.  Seperti cerita bersambung kho ping ho yang menarik untuk ditamatkan ketika saya membaca buku pelajaran.  Tak laiklah ketika nilai nilai pelajaran bisa menggunguli teman teman sehingga saya selalu berbagi untuk mengerjakan PR teman teman.  Kegemaran membaca   terus semsakin mendapat takdirnya ketika duduk  bangku kuliah.  Buku semakin banyak tersedia di perpustakaan  dan disanalah tempat bertanya dimana sang "guru" tidak pernah bosan menjawab pertanyaan mahasiswa.

Alhamdulillah ketika bekerja kegemaran membaca itu mendapat dampingannya yaitu menulis.  Menulis adalah muara membaca, apapun yang ditulis semua bersumber dari bacaan yang kemudian dirangkum dalam kata demi kata menjadi kalimat berujung di paragraf.  Tidak mungkin seorang penulis bisa mendaratkan paragraf apabila dia tidak membaca terlebih dahulu.  Tentu saja yang ditulis adalah tulisan dinas dalam bentuk telaah staf, menyusun kata sambutan komandan dan ikut dalam team penyusun peraturan kedinasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun