Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kandidat Lurah Payah

13 Maret 2019   21:40 Diperbarui: 13 Maret 2019   23:00 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemilihan Kepala Daerah tinggal 40 hari lagi.  Petahana tampak gelisah.  Duduk salah berdiri salah entah bersebab apa. Padahal kalau mau disederhanakan resiko hanya ada 2.  Menang atau kalah.  Apapun terjadi harus siap mental.  Tampaknya petahana tidak siap kalah.  Beliau takut itulah sebabnya seluruh tubuh keluar keringat dingin sedang beliau  tidak  olahraga.

Mengapa takut kalah.  Bukankah hasil survey dari berbagai lembaga menggunggulkan petahana.

 "jangan percaya hasil survey, jangan terlena, itu hanya angka, kalian harus lihat sendiri ke lapangan cari tahu bagaimana sesungguhnya keinginan warga" 

Tim sukses pucat, Kades tampaknya murka. anak buah bayaran  tidak mau menjawab, tetapi pelan pelan mengundurkan diri dari hadapan paduka.  Bukan karena takut kena semprot habis habisan  tetapi rasanya perut mules ingin kebelakang. Kog kompak?.  Entahlah sejak sebulan ini tim sukses ikut ikutan galau.  Mungkin penyakit stress itu termasuk jenis penyakit menular.

Konsultan pilkada sudah berulang ulang menenangkan petahana.   

"Bapak jangan terlalu risau, percayalah anda pasti menang"

Kades murka langsung mengebrak meja, semua hadirin terpesona, kaget.  Saking kuatnya gebrakan,  mejapun pecah terbelah tiga.

"tenang, tenang matamu, saya punya data intelijen akurat bahwa peluang menang 45 - 55"

Konsultant profesional tersinggung, namun tak punya nyali membantah.  Kuatir kontrak diputus ditengah jalan.  Konsultant bersabar, dalam pikiran bisnis non profesional alias profitable sudah ada jurus lari langkah seribu. Dalam diri  terdengar suara bisikan hati yang pasti tak terdengar oleh Pak Kades. 

"emang gue pikirin ente menang atau kalah, yang penting dana sisa survey diterima menjelang pilkada sesuai perjanjian kontrak "

Ya Pak Boss sangat murka.  Murka pada dirinya sendiri bukan kepada anak isteri.  Beliau tidak mau lagi menonton televisi.  Tidak juga mendengar radio apalagi membaca koran pada berita politik. Satu saja yang dikeluhkan isteri tercinta yaitu persoalan mandi.  Sang suami sudah jarang mandi. paling hanya sekali sehari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun