foto-foto:TS
TERONGGOK lembar-lembar kartu lebaran. Di sisinya berjejer rapi. Tak ada yang menyentuh. Kuamati rada lama, baru ada seorang ibu muda. Jari-jari tangan lentiknya tidak pakai lama untuk kemudian mencabut : 2 (dua) lembar.
“Ya, ini untuk relasi yang ada di Jawa Timur. Satunya di Medan,” jelas Bu Nindya Kusumawardhani (36 tahun) ketika kuhampiri di kassa.
Perburuan menengok kartu lebaran dari Toko Buku itu, kulanjutkan ke Kantor Pos Besar di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Lebaran yang tinggal beberapa hari, bukan masalah benar sepinya peminat pada kartu lebaran. Kartu lebaran sebagai bentuk silaturrahmi itu kini sudah jadul habis. Tak laku. Ini seperti pernyataan pedagang kartu lebaran – yang tiap harinya berjualan benda-benda pos, materai, amplop dengan lapaknya. “Laku lima lembar sehari saja bisa bersyukur,” ungkap Durmin lelaki asal Brebes, Jawa Tengah itu.
Era sudah berganti, memang. Dan para pedagang kartu lebaran itu tak sendiri mengalami kelesuan “ucapan selamat hari raya Idul fitri” di era IT kini. Dulu, sebelum HP dan gadget menggerojok, pesta sudah dimulai sejak bulan puasa masuk. Karena calon pengirim mempertimbangkan waktu untuk pengiriman.
Sesepi hati wanita penjual kartu lebaran ini? (foto:TS)
Bisa dimengerti, bila pedagang kartu lebaran di sekitar Kantor Pos tidak lagi menjual jenis kartu elit dan mahal.”Paling yang harga tiga ribu rupiah,” kata lelaki yang menjual kartu sisa tahu sebelumnya. Kebetulan kolom tahun Hijriyyahnya 14 .., yang tinggal diisi bagi pengirim.
Sangat gampang untuk menandai bahwa era kartu lebaran sudah uzur dimakan zaman. Para petugas atau Pegawai Pos tak sesibuk dulu. Ini seperti diakui Ida, Manajer Pelayanan Kantor Pos. Di mana, dulu, aktivitas penyortiran kartu lebaran dilakukan setelah Kantor Pos tutup, di atas pukul 16.00 Wib. “Di sini sampai pada lembur, saking banyaknya kartu lebaran. Nggak lebaran doang, Natal juga ramai,” kisahnya tentang masa-masa kejayaan kartu lebaran dan Kantor Pos sebagai sarananya.
Armada pengangkutan pun itu nongkrong, sepi. (foto:TS)
Apa mau dikata. Dan memang, kartu lebaran dikirim sebagai sebuah ajang komunikasi (silaturrahmi) dalam mempertautkan hati bagi orang-orang dalam menyambut lebaran. Jarak atau ruang dan waktu bisa dijembatani dengannya. Kini, bisa dengan SMS, email atau yang lebih mumpuni – bisa disebutkan sejauh Anda mampu dan menguasai: facebook, MMS dan sejenisnya.
Apalah arti desain bagus, mahal dari sebuah kartu lebaran kini? Tersebab kartu-kartu itu diemohi. Kartu lebaran sudah menjadi onggokan …masa lalu. ***
Kantor Pos Besar pun merana? Sepi saja. (foto:TS)