POLARISASI POLITIK KAMPUS HMI DAN PMII"
setelah berkembangnya organisasi islam di indonesia, polarisasi yang didasari kepentingan organisasi semata relatif kecil, organisasi itu berbondong-bondong mendorong kesamaan visi dan tujuan organisasi, yaitu wadah perjuangan kemerdekaan.
namun seiring waktu berjalan, maksud-maksud diatas pun perlahan terwujud cita-citanya, sembari pelan-pelan berubah haluan orientasi. kasus ini pun juga terjadi bagi banyak organisasi lain, menetralisir alasan-alasan ideologis organisasi itu berdiri.
lalu apa kaitannya dengan politik kampus uin jakarta? Uin jakarta adalah kolase untuk banyak varian organisasi mahasiswa di indonesia, menarik untuk kita melihat skup yang lebih kecil. 2 organisasi mahasiswa islam terbesar seperti di banyak kampus lain menguasai-
percaturan politik kampus. keduanya memperebutkan suara di masing-masing region sampai tingkat jurusan, ada keserupaan yang tampak dari proses dan model politik uin jakarta dengan nasional. 2 organisasi penguasa tadi menciptakan jurang
keterpecahan yang lebar.
penjegalan, patronase dan hak-hak istimewa konstitusi terkapitalisasi organisasi penguasa. latar belakang keterwakilan dan opportunity membuat organisasi tersebut berebut suara demi memudahkan kepentingannya.
kita bisa melihat HMI dan PMII dengan sengaja menanam polarisasi itu dalam-dalam, pemilihan ketua organisasi kampus memaksa keduanya memobilisasi suara, dan cenderung nyaman memelihara polarisasi itu. konsep ini mirip dengan industri senjata yang hidup jika terjadi peperangan
polarisasi berarti peng-aminan terhadap konflik, polarisasi ini akan terus terjadi sebab tidak adanya netralisir dan mustahil mempersatukan dua kubu yang tidak ingin disatukan. fenomena polarisasi yang dibawa organisasi islam mendasari tindakannya dengan slogan-slogan keislaman.
identitas Islam berubah menjadi identitas politik, polarisasi ideologi-agama berkembang menjadi polarisasi politik. dan ini berarti sumber-sumber polarisasi berasal dari menara gading atau elite organisasi. dan kenyataan politik itu menyatakan bahwa-
sikap politiklah yang menyebabkan polarisasi meng-kristal. menyadari titik tolak polarisasi itu bermuara pada perbedaan politik yang berarti tidak lebih buruk dari polarisasi agama. polarisasi politik yang cenderung mudah diredam dengan menyatunya elite organisasi itu.
polarisasi politik tahunan ini menghasilkan kutub-kutub politik berbasis perkaderan dan massa yang menunggu di mobilisasi kembali. kebencian politik itu ditumbuhkan di tengah-tengah kelompok terdoktrin kuat dan tanpa sadar terbentuk relawan simpatisan.