Mohon tunggu...
Teuku Amnar Saputra
Teuku Amnar Saputra Mohon Tunggu... Hanya orang biasa

Berbagi, Menginspirasi, dan Berbakti pada Negeri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Deep Learning sebagai kurikulum baru ?

25 April 2025   15:11 Diperbarui: 25 April 2025   15:11 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Deep Learning (Sumber: Google)

Pendidikan di Indonesia kini sedang bergerak menuju arah yang lebih kontekstual, bermakna, dan relevan dengan kehidupan nyata. Salah satu pendekatan yang mulai diperkenalkan dan menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan adalah Deep Learning. Istilah ini bukan hanya sekadar metode pembelajaran, tetapi juga mencerminkan perubahan paradigma dalam cara siswa belajar dan guru mengajar.

Secara umum, Deep Learning dalam konteks pendidikan bukanlah tentang teknologi kecerdasan buatan (AI) yang sering dikenal dalam dunia komputer, melainkan tentang pembelajaran mendalam---yakni proses belajar yang menekankan pemahaman konseptual, penerapan pengetahuan dalam konteks dunia nyata, dan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan pembelajar yang mampu berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif, atau yang dikenal sebagai 4C skills.

Kurikulum berbasis Deep Learning tidak lagi berfokus pada hafalan atau penguasaan materi semata, melainkan lebih menekankan pada kemampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan dengan permasalahan nyata di sekitarnya. Misalnya, dalam pelajaran sains, siswa tidak hanya belajar rumus, tetapi diajak untuk mengeksplorasi isu lingkungan dan mencari solusi berdasarkan pemahaman ilmiah yang mereka pelajari. Dalam pelajaran sejarah, siswa tidak hanya menghafal tahun-tahun penting, tapi juga menganalisis dampak sosial dari sebuah peristiwa sejarah terhadap kehidupan masyarakat saat ini.

Pemerintah Indonesia mulai melihat pentingnya mengarahkan kurikulum ke arah Deep Learning sebagai respon terhadap kebutuhan zaman. Dunia kerja kini menuntut lulusan yang adaptif, mampu bekerja dalam tim lintas disiplin, serta punya kepekaan sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah kompleks. Oleh karena itu, pendidikan harus lebih dari sekadar pencapaian nilai akademik.

Implementasi kurikulum ini tentu tidak bisa instan. Diperlukan pelatihan guru secara bertahap, perancangan ulang rencana pembelajaran, hingga dukungan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa aktif, berpikir, dan terlibat secara emosional dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi hanya berperan sebagai penyampai informasi, tetapi menjadi fasilitator, pembimbing, bahkan rekan diskusi bagi siswanya.

Di sisi lain, Deep Learning juga mendorong keterlibatan emosional dan sosial siswa dalam belajar. Mereka didorong untuk belajar dengan tujuan, mengenali nilai-nilai, dan berkontribusi terhadap komunitasnya. Pembelajaran tidak lagi terpisah dari kehidupan, melainkan menjadi bagian penting dari proses tumbuh sebagai manusia utuh.

Dengan adopsi Deep Learning sebagai bagian dari kurikulum baru, diharapkan pendidikan Indonesia tidak hanya mencetak generasi yang cerdas secara akademik, tetapi juga bijak, peduli, dan mampu menghadapi tantangan dunia yang terus berubah. Ini adalah langkah penting menuju transformasi pendidikan yang lebih manusiawi, bermakna, dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun