Karena khawatir, saya pun berencana memeriksakan diri ke Klinik dr. Salma, yang lokasinya persis di belakang rumah saya. Mendaftar melalui Mobile JKN dengan keluhan "digigit kucing" dan mendapat nomor antrean 13.
Tiba di klinik, saya lalu ditensi, hasilnya 120/70. Kata petugas termasuk tinggi. Mungkin karena rasa khawatir saya. Degup jantung saya berdebar cepat, kata petugas.
Tidak lama, saya pun dipanggil.Dokter yang memeriksa terkejut melihat luka di tangan saya. Ia mengetik di komputer mengenai kronologi kejadian. Perawat lantas membersihkan luka saya dengan cairan alkohol, dikasih betadine, lalu diperban.
"Kucing yang ngegigit tahu nggak punya siapa? Biar bisa ditanya apakah kucingnya sudah divaksin atau belum. Kalau sudah divaksin kan berarti aman. Kalau tidak ketahuan ya nggak ketahuan riwayat vaksinnya," ucap dr. Wulandari yang memeriksa saya.
Karena saya tidak tahu, jadi kucing itu dianggap kucing liar. Jadi dokter menyarankan saya untuk divaksin antirabies. Ia menyarankan saya ke Puskesmas Ratujaya karena vaksin ini diberikan gratis. Di klinik tidak tersedia layanan vaksin antirabies.
Dikatakan, pemberian vaksin anti-rabies manusia sangat penting untuk mencegah penularan penyakit rabies, terutama jika hewan yang menggigitnya diduga terinfeksi.
"Segera ya Bu, jangan ditunda-tunda. Nggak usah kerja dulu. Saya kasih obat antibiotik dan obat antinyeri ya, Bu," kata dokter.
"Baik Dok," jawab saya seraya meninggalkan ruang pemeriksaan. Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepadanya.
Karena saya ada agenda liputan, jadi saya memutuskan ke IGD Alia Hospital, tapi ternyata tidak gratis untuk vaksin antirabies, tidak dicover BPJS Kesehatan. Ketika saya tanya harganya, lumayan juga hampir setengah juta. Itu belum termasuk jasa konsultasi dokter. Hmmm... lumayan juga itu.
Perawat lalu menyarankan saya ke Puskesmas saja. Kalau di Puskesmas stoknya habis, bisa ke RSUD Kota Depok. Oh, begitu. Baiklah. Saya pun berlalu, kemudian naik angkot menuju Puskesmas Ratu Jaya.