Pengalaman ini akhirnya saya alami sendiri saat tahun 2014 akhir ketika keluarga membangun rumah di Arwinda, Karangtengah. Sistem listrik pintar atau menggunakan sistem token ini lah yang kami pasang. Beda dengan sistem listrik meteran atau listrik pasca bayar yang sudah kami pasang di rumah di Kecamatan Pagelaran sejak tahun delapan puluhan, saat pertama kali listrik masuk desa.
Saat tembok (rumah) sudah berdiri kami langsung datang ke kantor PLN setempat untuk meminta pemasangan sambungan listrik pintar. Dokumen yang kami bawa hanya kartu identitas yang masih berlaku saja. Pemasangan terbilang cepat dan mudah karena tidak banyak membobok tembok dikarenakan rumah yang akan dipasang memang baru berdiri. Oya, jika berhalangan atau sibuk, mendaftar sambungan ini juga bisa lewat telepon lho! Call center PLN123 akan membantu dengan ramah.
[caption caption="Pelayanan PLN terus meningkat. Sumber website PLN"]
Kami sendiri menyelesaikan proses administrasi langsung di Kantor PLN, karena bayar biaya sambungan hanya bisa di Kantor PLNterkait dan atau melalui rekening Bank. Setelah semua proses dilalui termasuk menandatangani surat jual beli listrik, petugas PLN langsung melakukan pemasangan sambungan.
Seiring perkembangan dan kecanggihan teknologi saat ini. Pelayanan listrik oleh PLN semakin simple termasuk cara dan syarat pemasangannya. Sebagai pelanggan saya dibuat mudah, nyaman dan bebas. Pertama kali mengisi pulsa listrik dengan nilai yang cukup terjangkau. Beberapa nominal harga isi ulangnya mulai harga 20 ribu, 50 ribu, 100 ribu sampai 1 juta. Belinya pun tidak susah karena di perkampungan penduduk, banyak yang menjual pulsa listrik sebagaimana layaknya yang menjual pulsa ponsel. Atau mau beli melalui ATM sekalian mengambil atau cek saldo tabungan pun bisa. Tinggal memasukkan kode voucher yang kita terima ke meteran prabayar (MPB). Maka jumlah energi listrik yang kita beli pun sudah langsung bisa dilihat. Karena kami tinggal di Karangtengah jika libur dan pada akhir pekan saja, maka pulsa token sebesar Rp. 20 ribu itu cukup untuk kami pakai selama empat sampai lima bulan!Â
Tidak takut kecolongan kehabisan listrik karena secara otomatis MPB akan berbunyi seperti alarm jika simpanan energinya mau habis. Pengalaman pertama kami cukup lucu dan selalu jadi bahan tertawaan terkait energi listrik di MPB kami mau habis. Bunyi "Tit Tit Tit" terus berulang terdengar. Namun kami belum ngeh kalau itu suara alarm tanda listrik hampir habis dan itu saatnya kami harus beli pulsa listrik untuk menambahkan lagi energinya. Saat anak bertanya, "Ibu, itu suara apa?" dengan pedenya saya malah jawab kalau bunyi tit tit tit itu adalah bunyi mobil truk yang sedang parkir!
Hahaha, saya baru tertawa dan menyadari kekeliruan saya ketika iseng bertanya kepada sepupu yang main ke rumah, "Itu mobil kok parkir sekian lama gak selesai-selesai. Mobil apaan sih?"
"Mobil? Itu bukan suara mobil. Tuh listrikmu tandanya minta diisikan pulsa. Aku ke sini justru mau nanyain itu. Meteran bunyi terus kok didiemin, bukannya segera isi. Enggak malu apa sama tetangga?" Ucap sepupu saya panjang lebar. Hihihi... tepok jidat saya saat itu. Segera kami pun membeli pulsa dan mengisikannya hingga MPB tak lagi bernyanyi. Sejak itu saya jadi rajin menengok MPB dan melihat seberapa banyak cadangan listrik yang masih ada. Jadi kami yang benar-benar menentukan pengendalian listrik di rumah.
[caption caption="Listrik Pintar yang sempat membuat saya salah faham. Alarmnya dikira mobil parkir!. Dokpri"]
[caption caption="Dengan MPB para emak di rumah bisa memanage penggunaan listrik sesuai kebutuhan. Dokpri"]
Â