Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Listrik (dan Emak) Pintar untuk Kehidupan Lebih Baik

17 April 2016   11:17 Diperbarui: 17 April 2016   11:21 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Listrik (dan Emak) Pintar untuk Kehidupan Lebih Baik

[caption caption="Listrik Pintar. Sumber website PLN"][/caption]

Dulu emak saya yang tinggal di Sukanagara, Cianjur sering mengeluh bingung menentukan tarif listrik kepada tetangga yang "nyolok" dari rumah. Tetangga yang saat itu belum pasang listrik "meminta" sambungan listrik dari rumah, dengan imbalan setiap bulan membayar alakadarnya ke emak.

Pertama tidak ada masalah. Namun lain cerita saat tetangga yang awalnya meminta listrik untuk penerangan hanya tiga gantungan saja, kamar dapur dan ruang tamunya, ternyata membuat sendiri colokan hingga bisa bebas mengakses listrik untuk keperluan mereka seperti penggunaan alat elektronik yang bukan hanya satu dua.

Bayaran listrik di rumah mulai meninggi. Emak kewalahan karena di rumah emak memakai listrik sendiri dan selalu berhemat. Lampu dan tv ditambah rice cooker biasa paling tinggi bayar selama ini 50 ribu per bulan. Tiba-tiba melonjak mencapai seratus lima puluh ribu hingga 200 ribu! Jelas membuat heran dan keadaan semakin memanas saat mengetahui penyebabnya kemungkinan ada pemakaian nonstop (berlebihan) dari tetangga.

Mau diputus sambungannya kasihan karena mereka belum pasang listrik sendiri dengan alasan tidak ada biaya serta persyaratan yang belum bisa dipenuhinya. Dibilangin baik-baik permasalahannya juga tetangga malah ngeyel, katanya memakai alat elektronik hanya sesekali saja kok. Saat dimintai bayaran lebih untuk membayar listrik bulanan pun tidak memberi.

[caption caption="KWh pascabayar di rumah tua kami. Dokpri"]

[/caption]

Solusi akhirnya datang manakala Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengadakan program pemasangan listrik pintar. Tidak ada alasan lagi saat ada pemasangan listrik masal untuk tidak memasang. Emak saya menyindir tetangga dengan kalimat:"Masa pulsa buat quota hape puluhan ribu mampu, buat beli listrik 20 ribu saja tidak?" Akhirnya tetangga pun sampai sekarang menggunakan listrik sendiri dengan sistem token.

Keadaan kembali tenang dan sama-sama senang. Emak tidak lagi mengeluh karena meski menggunakan listrik pasca bayar, namun pembayaran kembali normal, sesuai dengan pemakaian. Tetangga pun bisa lebih leluasa menggunakan listrik sesuai kemampuan mereka dalam mengisikan "pulsanya".

Tak kenal maka tak sayang. Saya yang tidak pernah update terkait berbagai perkembangan di tanah air jadi penasaran apa itu Listrik Pintar, bagaimana bisa pakai listrik pakai token layaknya mengisi pulsa hape, dan apa keuntungannya menggunakan listrik dengan sistem ini sehingga sangat dianjurkan, bahkan memang tidak ada pilihan lain jika mau memasang listrik untuk bangunan baru saat ini semuanya hanya sistem token yang tersedia. Rumah kami yang tepat berada di depan Kantor PLN Kecamatan Pagelaran Cianjur memberikan banyak kesempatan sehingga saya bisa main membawa anak sekaligus banyak mendapatkan informasi terkait listrik pintar ini dari petugasnya langsung.

[caption caption="Sering main ke Kantor PLN membuat saya banyak mendapat informasi seputar PLN terkini. Dokpri"]

[/caption]

Pengalaman ini akhirnya saya alami sendiri saat tahun 2014 akhir ketika keluarga membangun rumah di Arwinda, Karangtengah. Sistem listrik pintar atau menggunakan sistem token ini lah yang kami pasang. Beda dengan sistem listrik meteran atau listrik pasca bayar yang sudah kami pasang di rumah di Kecamatan Pagelaran sejak tahun delapan puluhan, saat pertama kali listrik masuk desa.

Saat tembok (rumah) sudah berdiri kami langsung datang ke kantor PLN setempat untuk meminta pemasangan sambungan listrik pintar. Dokumen yang kami bawa hanya kartu identitas yang masih berlaku saja. Pemasangan terbilang cepat dan mudah karena tidak banyak membobok tembok dikarenakan rumah yang akan dipasang memang baru berdiri. Oya, jika berhalangan atau sibuk, mendaftar sambungan ini juga bisa lewat telepon lho! Call center PLN123 akan membantu dengan ramah.

[caption caption="Pelayanan PLN terus meningkat. Sumber website PLN"]

[/caption]

Kami sendiri menyelesaikan proses administrasi langsung di Kantor PLN, karena bayar biaya sambungan hanya bisa di Kantor PLNterkait dan atau melalui rekening Bank. Setelah semua proses dilalui termasuk menandatangani surat jual beli listrik, petugas PLN langsung melakukan pemasangan sambungan.

Seiring perkembangan dan kecanggihan teknologi saat ini. Pelayanan listrik oleh PLN semakin simple termasuk cara dan syarat pemasangannya. Sebagai pelanggan saya dibuat mudah, nyaman dan bebas. Pertama kali mengisi pulsa listrik dengan nilai yang cukup terjangkau. Beberapa nominal harga isi ulangnya mulai harga 20 ribu, 50 ribu, 100 ribu sampai 1 juta. Belinya pun tidak susah karena di perkampungan penduduk, banyak yang menjual pulsa listrik sebagaimana layaknya yang menjual pulsa ponsel. Atau mau beli melalui ATM sekalian mengambil atau cek saldo tabungan pun bisa. Tinggal memasukkan kode voucher yang kita terima ke meteran prabayar (MPB). Maka jumlah energi listrik yang kita beli pun sudah langsung bisa dilihat. Karena kami tinggal di Karangtengah jika libur dan pada akhir pekan saja, maka pulsa token sebesar Rp. 20 ribu itu cukup untuk kami pakai selama empat sampai lima bulan! 

Tidak takut kecolongan kehabisan listrik karena secara otomatis MPB akan berbunyi seperti alarm jika simpanan energinya mau habis. Pengalaman pertama kami cukup lucu dan selalu jadi bahan tertawaan terkait energi listrik di MPB kami mau habis. Bunyi "Tit Tit Tit" terus berulang terdengar. Namun kami belum ngeh kalau itu suara alarm tanda listrik hampir habis dan itu saatnya kami harus beli pulsa listrik untuk menambahkan lagi energinya. Saat anak bertanya, "Ibu, itu suara apa?" dengan pedenya saya malah jawab kalau bunyi tit tit tit itu adalah bunyi mobil truk yang sedang parkir!

Hahaha, saya baru tertawa dan menyadari kekeliruan saya ketika iseng bertanya kepada sepupu yang main ke rumah, "Itu mobil kok parkir sekian lama gak selesai-selesai. Mobil apaan sih?"

"Mobil? Itu bukan suara mobil. Tuh listrikmu tandanya minta diisikan pulsa. Aku ke sini justru mau nanyain itu. Meteran bunyi terus kok didiemin, bukannya segera isi. Enggak malu apa sama tetangga?" Ucap sepupu saya panjang lebar. Hihihi... tepok jidat saya saat itu. Segera kami pun membeli pulsa dan mengisikannya hingga MPB tak lagi bernyanyi. Sejak itu saya jadi rajin menengok MPB dan melihat seberapa banyak cadangan listrik yang masih ada. Jadi kami yang benar-benar menentukan pengendalian listrik di rumah.

[caption caption="Listrik Pintar yang sempat membuat saya salah faham. Alarmnya dikira mobil parkir!. Dokpri"]

[/caption]

[caption caption="Dengan MPB para emak di rumah bisa memanage penggunaan listrik sesuai kebutuhan. Dokpri"]

[/caption]

 

 

Mempunyai dan menggunakan dua meteran listrik yang berbeda, antara listrik pasca bayar dan pra bayar akhirnya saya bisa membandingkan jika memakai sistem listrik prabayar atau pulsa memiliki keunggulan, diantaranya:

- Kita bisa mengatur sendiri pemakaian listrik.

Jika mau banyak energi, maka beli pulsa tambahan, dan jika mau ngirit, tinggal kurangi saja pemakaian. Lebih hemat lagi menggunakan listriknya.

- Murah, mudah dan ramah bagi masyarakat bawah.

Pantauan di kampung saya, pulsa listrik Rp 20 ribu untuk rumah di daerah dengan pemakaian listrik standar bisa bertahan satu bulan lebih. Membeli isi ulangnya pun mudah karena layaknya pulsa ponsel, dimana-mana sudah banyak orang yang jual, selain bisa juga beli di ATM.

- Bebas denda!

Ya, jika menggunakan sistem pasca bayar dan terlambat bayar dari tanggal 20 setiap bulan, maka akan kena peringatan sekaligus denda. Ini pengalaman saya gara-gara pernah lupa bayar listrik untuk rumah di Pagelaran bulan Juni tahun lalu. Tapi dengan sistem MPB atau pra bayar, keputusan ada di tangan kita. Kapan saja listrik habis, kapan pula kita akan mengisi ulangnya tanpa harus khawatir kena denda atau dihubungi petugas PLN.

- Bebas dari yang pupuntenan alias tamu yaitu petugas PLN.

Di Karangtengah karena memakai MPB kami tidak pernah buka kunci pintu pagar. Tapi di Pagelaran, setiap satu bulan satu kali harus "siaga" kapan petugas PLN akan datang. Kami tentu saja harus membuka kunci pagar supaya petugas PLN bisa meng-capture meteran pasca bayar yang menempel di dekat pintu masuk rumah.

- Solusi bagi yang masih "nyolok".

Ini seperti permasalahan yang dialami emak saya. Dengan adanya sistem isi ulang ini, tetangga atau orang yang menyewa rumah listriknya tidak harus menginduk kepada rumah lain, karena dengan listrik pintar tetangga atau penyewa rumah bisa bayar (beli) sendiri pulsa isi ulang listriknya.

---

 

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Flashback ke masa kecil saat saya sekolah SMP di Salawu Tasikmalaya. Tinggal bersama nenek yang tidak punya penghasilan, listrik yang menerangi kami didapat "nyolok" juga dari tetangga. Bola lampu 5 watt (saat itu belum biasa pakai lampu neon) menjadi tanggungan yang harus kami bayar sekian ribu rupiah. Hidup matinya listrik yang hanya terdiri dua gantungan di ruang tengah dan dapur pun berada di tangan si empunya listrik. Pukul setengah enam pagi, meski gelap masih kami rasakan, listrik sudah dimatikan dengan alasan pengiritan. Demikian pula saat sore hari jika hujan atau langit mendung. Tidak peduli kami kegelapan, kalau jarum jam belum menunjuk angka enam, listrik belum juga dinyalakan.

Saat itu saya sudah gila membaca. Di rumah bersama nenek tidak banyak kegiatan yang kami lakukan. Saya habiskan untuk membaca buku pinjaman dari perpustakaan. Saya tahu kalau membaca memerlukan pencahayaan yang cukup. Tapi saya tetap membaca dan terus memaksakan menamatkan bahan bacaan meski bola lampu yang memerah bagai bara api di langit-langit bilik kamar hanya remang-remang sampainya di bale bambu tempat saya membaca. Dua tahun lebih terus-menerus membaca dengan kondisi pencahayaan yang kurang mengakibatkan kedua mata saya sakit dan harus memakai kaca mata.

Kini sepertinya kondisi itu tidak mungkin lagi terjadi dan dialami anak-anak lain. Sepelosok-pelosoknya warga di Cianjur, alhamdulillah semua rumah sudah bisa mengakses listrik. Saya menyaksikan sendiri bagaimana kerja kerasnya para petugas PLN memberikan pelayanan maksimal kepada warga terjauh, dan kurang mampu. Pemasangan sambungan dan tiang-tiang listrik beton rutin terus dilakukan PLN menjangkau tempat terpencil sekalipun. Listrik pintar dan listrik bersubsidi memberikan kesempatan kepada masyarakat terbawah untuk mendapatkan penerangan secara maksimal.

Memang jika cuaca buruk kerap terjadi listrik padam. Dan biasanya, warga hanya bisa menyalahkan PLN, atau mengeluh kenapa kondisi itu dibiarkan saja? Padahal, tahukah kalau sebenarnya, listrik padam itu bukan kehendak PLN. Malah para petugas PLN sekalipun, andai bisa memilih, tentu akan memilih listrik tidak pernah padam sama sekali. Karena selain kenyamanan untuk pelanggan, tentu saja juga mengurangi beban kerja mereka. Namun siapa bisa menduga dengan fenomena kejadian alam yang tidak bisa dihindari itu?

Pernah terbangun tengah malam atau dini hari saat hujan besar dan listrik padam? Saya pernah dan sering. Kegaduhan para petugas PLNdi depan rumah yang sigap menyalakan kendaraan, mempersiapkan peralatan, dan tentu saja menyiapkan alat perlindungan pribadi masing-masing kadang membuat saya terbangun dan merasa kasihan. Saat hujan besar kita enak tidur berselimut, mereka petugas PLN yang piket harus menunaikan tugas mencari dimana lokasi penyebab listrik padam dan segera memperbaikinya supaya listrik bisa dinyalakan kembali. Padahal, tidak jarang lokasi yang harus dituju adalah daerah yang rawan longsor dan atau hutan lebat.

Kami di Cianjur Selatan memang masih sering mengalami gangguan listrik padam. Tapi sekali lagi, hal itu tentu saja bukan karena kesalahan PLN. Wilayah kami yang berbukit, sebagian hutan, masih banyak pohon-pohon besar dan tanahnya labil menyebabkan sering terjadinya bencana penyebab listrik padam. Pohon tumbang, longsor, gangguan binatang itu semua menjadi penyebab aliran listrik mati. Mungkin tidak percaya hal itu karena sebelum ada bukti saya pun sempat menyangsikannya. Tapi setelah saya melihat sendiri seekor tupai yang suka berlarian di pepohonan halaman rumah mati menggantung di kawat listrik depan rumah, dengan badan kaku dan mulut gosong karena kesetrum akhirnya saya percaya.

Saat ada longsor mengakibatkan listrik padam cukup lama, sepertinya tidak harus menyalahkan siapa-siapa. Tapi bantulah paling tidak dengan doa, supaya tugas para petugas PLNsegera beres dan selamat. Karena betapa mereka bertaruh nyawa dan banjir keringat saat ada tiang listrik terseret longsor, mereka harus mengangkut tiang listrik pengganti yang beratnya ratusan Kg bahkan mungkin sampai ton lebih itu dengan manual. Saat pertama kali melihat petugas PLN depan rumah gotong royong demi bisa membawa tiang listrik besar ke lokasi, saya sempat kaget dan bertanya, kenapa masih manual, kenapa harus pake tangan? Bukankah dengan alat atau kendaraan khusus semua bisa lebih aman, dan cepat dikerjakan?

[caption caption="Petugas PLN manual bekerja keras mengangkut tiang listrik. Dokpri"]

[/caption]

Si Aa salah satu petugas PLNyang kami kenal menjawab, kalau di kota hal itu pasti bisa dilakukan, tapi di kampung dengan kondisi yang serba minim: tidak ada alat atau kendaraan karena lokasi dari PLNpusat ke Pagelaran cukup jauh; Jalan yang masih sempit dan tikungan tajam membuat kendaraan berat sulit atau beresiko jika didatangkan dari kota; dan alasan lainnya seperti akses ke lokasi tidak mungkin kendaraan masuk sehingga dengan terpaksa mengerjakan dengan manual jadi keharusan. Ini mungkin bisa jadi masukan ke pihak PLN, jika sudah ada listrik pintar, maka kedepannya diimbangi dengan "fasilitas pintar" juga, sehingga para petugas PLN di daerah bisa lebih mudah, cepat dan aman dalam menjalankan tugasnya.

Padahal meski pekerjaan mereka cukup berat, mereka sangat menjungjung tinggi slogan "Kami Bersih, Anda Bersih, Kita Bersih" PLN Bersih No Suap No Korupsi No Gratifikasi. Kehidupan para petugas PLNyang kami temui tetap sederhana dan ramah. Pernah saat sikring di rumah tidak berfungsi, kami memanggil Si Aa petugas PLNmeminta tolong untuk memeriksanya. Ternyata karena sikring sudah puluhan tahun, sudah tua maka fungsinya sudah tidak optimal lagi. Atas saran si Aa sikring harus diganti dengan tipe baru saat ini.

Saat tanya berapa harga? Si Aa jawab 18 ribu. Eh, benar saja saat kami beli dan bertanya di beberapa toko alat listrik harganya memang sama. Tidak ada istilah pembulatan atau uang rokok (kecuali kita ikhlas memberi sendiri). Salut sekali lagi sama mereka. Dukungan serta peran aktif mereka untuk mewujudkan PLN Bersih benar-benar dijaga.

[caption caption="Sikring tua Maret 2016 harus kami ganti setelah puluhan tahun mengabdi. Dokpri"]

[/caption]

[caption caption="Sikring baru yang kekinian pengganti sikring lama. Dokpri"]

[/caption]

Semua itu sudah jadi bukti kalau PLN terus mengupayakan pelayanan terbaiknya demi bisa menjangkau semua lapisan masyarakat di pelosok sekalipun untuk mendapatkan akses listrik demi kehidupan yang lebih baik. Pengorbanan para petugas PLN --khususnya di daerah dengan kondisi yang serba sulit-- seharusnya kita bantu supaya mereka bisa lancar dalam melaksanakan tugasnya.

Apa yang bisa kita lakukan? Selain doa untuk keselamatan dan kelancaran, juga berdoa untuk kesejahteraan para petugas PLN, kita juga bisa berinisiatif segera memotong dahan pepohonan yang mendekati kabel listrik, atau segera menebang pohon yang diperkirakan akan roboh dan mengenai kabel listrik supaya pada saat hujan atau ada angin, dahan atau pohon tidak mengganggu kabel listrik karena sudah lebih dahulu kita bersihkan. Dengan begitu semoga gangguan penyebab listrik padam bisa terus berkurang sehingga PLN dan pemerintah bisa terus memaksimalkan pelayanan listrik pintar merata ke seluruh pelosok Indonesia.

Jadi PLN sudah memberikan kemudahan untuk kita kan, para Emak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun