Mohon tunggu...
Tesya Sonia
Tesya Sonia Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan dan Membaca dapat Membangun Persepektif Seseorang

Pengalaman Menjadi Juara Pembentukan Proses Hidup

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan Mental dan Mahasiswa

25 Juli 2020   07:00 Diperbarui: 9 November 2020   08:02 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangku kuliah adalah masa yang dimana sudah merasa mempunyai tanggung jawab dan beban yang lebih daripada masa di bangku sekolah. Tanggung jawab dan beban ini membangun pola pikir tersendiri. Hingga terkadang membuat emosional mahasiswa bermain. Menurut World Health Organization (WHO), orang yang dapat dikatakan sehat secara mental adalah orang yang dapat mengenali dan memaksimalkan potensi dirinya, mampu mengatasi stress, produktif, serta dapat bermanfaat bagi masyarakat. Jika terdapat hambatan dalam melaksanakan fungsi-fungsi itu, berarti orang tersebut mungkin memiliki permasalahan dengan kesehatan mentalnya. Emosional yang tidak dapat dikontrol dapat membangun kurang sehatnya mental seseorang.

Gejala mahasiswa pada umumnya depresi dan stress. Namun kebanyakan mahasiswa yang mengalami gejala depresi dan stres tidak segera mencari pertolongan. Hal tersebut dikarenakan perspektif dan pandangan masyarakat Indonesia mengenai gangguan mental masih bersifat negatif. Hal ini membuat seorang mahasiswa menjadi enggan untuk terbuka terhadap masalahnya sendiri.

Pembahasan kesehatan mental adalah topik yang sering dibahas belakangan ini. Walaupun begitu tetap saja masih rendahnya keterbukaan kesehatan mental dikalangan mahasiswa. Terkait permasalahan tersebut, khususnya dikalangan mahasiswa UPN Veteran Jakarta. Saya berbincang dengan mahasiswa UPN Veteran Jakarta perihal permasalahan tersebut.

Lastria Ulfanissah - FISIP (Ilmu Komunikasi)

Lastria Ulfanissah biasa dipanggil Ulfa ini berpendapat bahwa kesehatan mental adalah ketika peduli terhadap diri sendiri. Dikalangan mahasiswa sudah mulai banyak yang merasakan Mental Disorder. Ulfa berpendapat mental disorder terjadi karena adanya ketidak terbukaan diri. Ia sendiri  termasuk orang yang tertutup. Banyak dikalangan mahasiswa yang merasa kuat untuk menghadapi persoalannya sendiri. Ulfa sendiri termasuk orang yang tertutup dengan orang tua dan hanya mau terbuka dengan beberapa orang saja.  “Saya sendiri orangnya tertutup dengan orang tua karena memang faktor dari diri saya sendiri yang tidak mau cerita”, tutur Ulfa.

Masalah yang dipendam sendiri menimbulkan emosi tertentu didalam diri. Jika sampai orang tersebut tidak dapat mengkontrol emosi, hal ini dapat menimbulkan seseorang menjadi bukan dirinya sendiri. Maka dari itu kesehatan mental juga harus diperhatikan. Ulfa banyak mengungkapkan pendapatnya mengenai kesehatan mental. Seperti kurangnya aksesbilitas pengobatan kesehatan mental dan kurangnya edukasi mengenai kesehatan mental. Adapun yang Ulfa ungkapkan menjaga kesehatan mental dapat dimulai dari diri sendiri seperti membuat diri kita sendiri bahagia.

Di UPNVJ sendiri sudah mulai terbuka dengan masalah kesehatan mental terutama di jurusan Komunikasi. Ulfa sendiri menyatakan bahwa anak komunikasi nyambung untuk diajak bercengkrama permasalahan kesehatan mental. “Untuk teman teman aku yang merasa mempunyai kesehatan mental coba belajar untuk berbagi ke orang yang kamu percaya jangan kamu pendam sendiri, dan untuk teman-teman aku yang lain jangan jadikan bunuh diri sebagai bahan bercandaan atau jokes.” Begitu pesan Ulfa setelah saya wawancara.

Selain perbincangan dengan Lastria saya melakukan percakapan menarik dengan IY (19) salah satu mahasiswa yang merasa mempunyai gangguan kesehatan mental. IY merasa dirinya sangat baik-baik saja dengan beban dan tanggung jawab yang ia miliki. Hingga sewaktu-waktu IY tidak dapat menahan semuanya sendiri. IY berperilaku seperti “kesurupan” dengan pemikirannya sendiri .

IY membuat stigma bahwa semua orang akan menghina dan bahkan mencaci maki dirinya sendiri. IY menyadari bahwa selama ini dirinya kebanyakan memendam masalah yang ada. IY mengatakan agar kita dapat menyaring kata-kata sebelum berbicara karena kita tidak dapat mengetahui kondisi dan permasalahan seseorang. “Saya menginginkan mahasiswa lebih peka terhadap sesamanya,” tutur IY.

Maka dari itu permasalahan kesehatan mental tidak dapat diselesaikan dari satu pihak saja. Hal ini butuh dukungan dari pemerintah, orang tua bahkan dari lingkungan sekitar. Indonesia harus menjadikan kesehatan mental sebagai prioritas utama karena berdampak pada masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun