Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat akhirnya bisa bertemu di Monas, setelah sekian lama hanya saling menyapa lewat layar.
Sekilas, persahabatan seperti ini tampak rapuh. Bagaimana mungkin hubungan bisa bertahan kalau hanya mengandalkan komunikasi digital dan pertemuan singkat tahunan?Â
Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Kesetiaan diuji bukan lewat intensitas, melainkan lewat ketulusan untuk terus menjaga komunikasi.
Persahabatan jarak jauh menuntut kedewasaan. Saat lama tidak berkabar, bukan berarti hubungan selesai.Â
Ada keyakinan bahwa masing-masing sedang sibuk dengan hidupnya, tetapi begitu ada waktu untuk kembali menghubungi, semuanya terasa hangat lagi.Â
Tidak ada perasaan ditinggalkan, justru ada kelegaan karena tahu bahwa sahabat tetap ada di sana.
Jarak memang bisa menciptakan rindu, tetapi kepercayaan adalah jembatan yang membuat jarak itu terasa lebih dekat.Â
Dari situ, kita belajar bahwa kesetiaan tidak bergantung pada seberapa sering bertemu, melainkan pada komitmen untuk tetap hadir, meski dengan cara sederhana.
Mengerti Tanpa Banyak Kata
Sahabat sejati bukan hanya orang yang selalu ada secara fisik, tetapi juga mereka yang mampu mengerti tanpa perlu banyak penjelasan.Â
Kadang cukup dengan pesan singkat, "jaga diri ya," sudah bisa membuat hati tenang.Â