Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memasuki Masa Prapaskah dengan Hati dan Lidah Lebih Damai

6 Maret 2025   10:00 Diperbarui: 6 Maret 2025   08:30 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersyukur (Sumber: Unsplash)

Masa Prapaskah adalah periode yang penting bagi umat Kristiani. Waktu ini menjadi kesempatan untuk kita merenung, bertobat, dan mempersiapkan diri menyambut Paskah. 

Biasanya, orang-orang memilih untuk berpuasa dari makanan tertentu, tetapi bagaimana jika kali ini kita mencoba sesuatu yang berbeda? 

Misalnya, menahan diri dari kebiasaan ngomel atau bergosip. Kedengarannya sederhana, tetapi sebenarnya bisa menjadi tantangan tersendiri.

Mengendalikan Lidah, Mengendalikan Hati

Berpuasa dari makanan tentu membawa manfaat, tetapi mengendalikan kata-kata bisa lebih berdampak pada hubungan kita dengan sesama dan juga dengan Tuhan. 

Terkadang, tanpa sadar kita mudah mengeluh tentang hal-hal kecil, seperti kemacetan di pagi hari, kerjaan yang menumpuk, atau bahkan cuaca yang tidak sesuai ekspektasi. 

Lalu, ada juga kebiasaan bergosip yang sering kali dianggap sebagai obrolan ringan padahal bisa menyakiti orang lain.

Dalam Yakobus 3:5-6, dikatakan bahwa lidah itu kecil, tetapi bisa membakar seluruh hutan. Artinya, perkataan kita bisa membawa kedamaian atau justru menciptakan konflik. 

Maka, jika kita ingin menjalani Prapaskah dengan lebih bermakna, mengendalikan ucapan bisa menjadi salah satu bentuk latihan rohani yang penting. 

Saat godaan untuk mengeluh muncul, mungkin ini saat yang tepat untuk menggantinya dengan doa syukur. Begitu pula saat ingin membicarakan orang lain, mengingatkan diri sendiri untuk berbicara dengan kasih bisa menjadi langkah sederhana yang berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun